HM. Khoiril Anam
(Ketua PC LDNU Jombang)
الْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِى
وَفَّقَ عِبَادَهُ الْمُؤْمِنِيْنَ لِاَدَاءِ الْاَعْمَالِ الصَّالِحَاتِ.
اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
شَهَادَةً اَرْجُو بِهَا رَفِيعَ الدَّرَجَات. وَاَشْهَدُ اَنّ سَيِّدَ نَا
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الْمُعْجِزَاتِ. اَللهُمَّ
صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِ نَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى الِهِ وَاَصْحَابِهِ
اُولِى الْفَضَائِل وَالْكَرَامَاتِ.
اَمَّا
بَعْدُ , فَيَا اَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ. اِتَّقُوا
اللهَ بِامْتِثَالِ الْمَأْمُوْرَاتِ وَاجْتِنَابِ الْمَنْهِيَّاتِ.
وَاتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ
مُسْلِمُوْنَ. وَاتَّقُوا يَوْمًا تُرْجَعُوْنَ فِيْهِ اِلَى اللهِ ثُمَّ
تُوَفَّى كُلُّ نَفْسٍ مَا كَسَبَتْ وَهُمْ لاَ يُظْلَمُوْنَ .
Hadirin jama’ah jum’ah rahimakumullah
Mari kita tak
henti-hentinya untuk senantiasa meningkatkan kwalitas ketakwaan kita
pada Allah SWT, yang tidak lain adalah dengan menjalankan segala
perintah-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya, karena dengan
takwallah itulah manusia akan memperoleh kebahagian dan kemuliaan yang
hakiki serta derajat yang tinggi di sisi Allah SWT.Hadirin jama’ah jum’ah yang dimuliakan Allah
Siapapun
pasti mendambakan terwujudnya masyarakat atau negeri yang berkah, yaitu
negeri yang aman, nyaman, tenang dan rizkinya melimpah. Sudah barang
pasti dambaan itu tidak akan terwujud tanpa adanya tindakan yang nyata.
Bagaimana mungkin orang akan menjadi dokter kalau dia tidak pernah
sekolah di kedokteran dan bagaimana mungkin orang akan menjadi hakim
kalau tidak pernah menempuh pendidikan di bidang hukum. Orang menjadi
dokter atau hakim tidak dengan tiba-tiba tetapi harus melewati suatu
proses. Demikian juga dengan negeri ini, tidak akan bisa aman, nyaman,
tenang, makmur dan rizkinya melimpah dengan tiba-tiba, melainkan harus
melewati suatu proses. Proses itu tidak lain adalah bahwa penduduk ini
harus benar-benar melaksanakan konsep taqwa, kapanpun dan di manapun
mereka berada, sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an
وَلَوْ
أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى ءَامَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ
بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ
بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ (الأعراف96
Jikalau sekiranya penduduk
negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah kami akan melimpahkan
kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan
ayat-ayat kami , maka kami siksa mereka sebab perbuatan mereka sendiri
(QS. Al-A’raf 97)
Hadirin jama’ah jum’ah rahimakumullah
Kalau
melihat kondisi negeri ini, sebenarnya sangat memprehatinkan,
kemaksiatan merajalela dan kemungkaran terjadi di mana-mana. Ini
merupakan indikasi bahwa penduduk negeri ini belum maksimal dalam
melaksanakan konsep taqwa. Dan rupa-rupanya kemaksiatan itu semakin lama
semaki meningkat bukan berkurang. Kalau ini tidak segera diakhiri, maka
keberkahan yang Allah tumpahkan di negeri ini sehingga menjadi negeri
yang subur makmur gemah ripah loh jinawi dikhawatirkan akan dicabut dan
dibalik menjadi negeri yang hancur sebagaimana firman-Nya dalam
Al-Qur’an
وَضَرَبَ
اللهُ مَثَلاً قَرْيَةً كَانَتْ اَمِنَةً مُطْمَئِنَّةً يَأْتِيْهَا
رِزْقُهَا رَغَدًا مِنْكُلّش مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِاَنْعُمِ اللهِ
فَاَذَاقَهَا اللهُ لِبَاسَ الْجُوْعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوْا
يَصْنَعُوْنَ (النحل 112
Dan Allah telah membuat
perumpamaan sebuah negeri yang dahulunya aman, tentram, rizkinya dating
melimpah ruah dari setiap tempat, tetapi karena penduduknya mengingkari
nikmat-nikmat Allah, maka allah merasakan bencana kelaparan dan
ketakutan sebab ulah prilaku mereka sendiri (QS. An-Nahl 112)
Hadirin jama’ah jum’ah rahimakumullah
Penduduk
yang mengingkari nikmat-nikmat Allah itu adalah penduduk yang tidak mau
mensyukuri nikmat. Karena yang namanya mensyukuri nikmat itu tidak
hanya sekedar mengucapkan Alhamdulillah, tetapi juga harus diwujudkan
dalam bentuk tindakan amal yang nyata, yang tidak lain adalah
menjalankan perintah-perintah Allah dan meninggalkan
larangan-larangan-Nya. Dengan demikian mereka yang menerjang larangan
Allah dan terus menerus melakukan kemaksiatan itu sama saja dengan
mengkufuri atau mengingkari nikmat Allah.
Oleh karena itu, agar negeri ini
aman dari ancaman bencana dan menjadi negeri yang berkah, hendaknya kita
mulai dari diri kita sendiri terlebih dahulu dan keluarga kita sendiri
sebagaimana firman Allah
يَا
اَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوْا قُوْا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا
وَقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلاَئِكَةٌ غِلاَظٌ
شِدَادٌ لاَ يَعْصُوْنَ اللهَ مَا اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا
يُؤْمَرُوْنَ ( التحريم 6
Hai orang-orang yang beriman,
peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya
adalah manusia dan batu , penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang
keras yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintah-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan (QS.
At-Tahrim 6)
Hadirin jama’ah jum’ah rahimakumullah
Betapa
Allah telah memberikan langkah-angkah praktis bagaimana menuju
masyarakat yang baik dan negeri yang berkah, yaitu dimulai dari diri
sendiri dan keluarga, sebab hanya kedua unsur inilah pilar pokok sebuah
masyarakat dan negara. Kalau masing-masing dari kita sebagai warga
negara bisa menjaga diri dan keluarga dari perbuatan-perbuatan yang
menyesatkan maka dengan sendirinya juga akan terbentuk negeri yang
berkah. Tetapi kalu masing-masing dari kita dan keluarga penuh dengan
dosa-dosa dan kemaksiatan maka akan tebentuk negeri yang rentan, ibarat
tubuh penuh dengan penyakit dan kotoran yang menjijikkan, maka tidak
akan produktif bahkan tidak bisa diharapkan kebaikannya.
Hadirin jama’ah jum’ah rahimakumullah
Lebih
lanjut Imam Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah menyebutkan tentang bahaya dari
dosa yang dilakukan oleh manusia di antaranya adalah :
1. Dosa
akan memperlemah kesadaran akan kegagunggan Allah dalam hati. Artinya
orang yang sering melakukan perbuatan dosa tidak akan bersungguh-sungguh
mengagungkan Allah, kaki terasa berat untuk melangkah ke masjid, badan
terasa sulit untuk bangun di waktu fajar untuk melakukan sholat shubuh,
telinga tidak suka lagi mendengarkan ayat-ayat Al-Qur’an, akhirnya
lama-kelamaan hati menjadi keras seperti batu bahkan lebih keras lagi
sebagaimana firman Allah
ثُمَّ
قَسَتْ قُلُوبُكُمْ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ
أَشَدُّ قَسْوَةً وَإِنَّ مِنَ الْحِجَارَةِ لَمَا يَتَفَجَّرُ مِنْهُ
الْاَنْهَارُ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَشَّقَّقُ فَيَخْرُجُ مِنْهُ الْمَاءُ
وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَهْبِطُ مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ وَمَا اللَّهُ
بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ (البقرة 74 )
Kemudian setelah itu hatimu
menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal di antara
batu-batu itu ada yang mengalir sungai-sungai dari padanya, dan di
antranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air dari padanya,
dan di antaranya sungguh ada yang meluncur jatuh karena takut pada
Allah, dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan.
(QS. Al-Baqarah 74)
2. Dosa akan menghilangkan ruh
cemburu. Orang yang sering melakukan dosatidak akan sensitive bila
melihat orang-orang berbuat dosa, ia tidak tersinggung dengan isterinya
yang auratnya dilihat banyak orang, bahkan ia sengaja mengijinkan untuk
mempertontonkan auratnya di depan banyak orang. Ia tidak merasa
tersinggung dengan anaknya yang berbuat dosa di depan matanya, anaknya
yang sering teler, mabuk tidak pernah diperingatkan dibiarkan begitu
saja.
3. Dosa membuat orang tidak mempunyai rasa malu. Rasa malu
inilah yang membedakan antara manusia dengan binatang. Kalu rasa malu
itu sudah tidak ada pada diri manusia, maka tak ubahnya seperti binatang
yang semaunya melakukan sesuatu tanpa mempertimbangkan apakah itu haram
apa tidak, ada manfaatnya pa tidak. Akibatnya tidak merasa berdosa
ketika melakukan penyelewengan, tidak mempunyai rasa iba dan kasihan
ketika melakukan penganiayaan, tidak merasa bersalah ketika melakukan
sesuatu yang merugikan orang lain dan tidak malu lagi ketika melakukan
perzinaan tetapi malah bangga dan ditunjukkan pada orang lain.
Masyarakat yang seperti ini adalah masyarakat yang jauh dari
kemanusiaandan penuh dengan nuansa kekejaman, kedzaliman dan
kebinatangan.
4. Dosa membuat orang semain jauh dari ihsan yaitu
sikap di mana seseorang meninggalkan perbuatan dosa. Dari kesadaran
ihsan inilah orang akan benar-benar menjaga dirinya dari melanggar
aturan-aturan Allah. Dalam sebuah hadits, Nabi menyatakan
اَلاِحْسَانُ اَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَاَنَّكَ تَرَاهُ فَاِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَاِنَّهُ يَرَاكَ
Ihsan adalah beribadah kepada Allah seakan-akan kamu melihat Allah dan bila tidak bisa melihat Allah maka allah melihat kamu.
Dengan
berbekal ihsan inilah orang tidak akan mudah melakukan perbuatan dosa,
sebab setiap kali akan melakukan maksiat selalu ingat bahwa apa yang
dilakukan dilihat leh Allah, demikian juga ketika melakukan kewajibanapa
itu tugas di lingkungan kerja, mengajar, melayani masyarakat atau yang
lain, pasti akan melakukan dengan sepenuh hati dan sebaik-baiknya, sebab
apa yang dilakukan dilihat oleh Allah dan dimintai pertanggung
jawabannya kelak di akherat. Kalau orang terbiasa berbuat dosa, secara
otomatis ia telah menghancurkan kesadaran ihsannya. Hilangnya kesadaran
ihsan adalah malapetaka bagi manusia. Bila suatu masyarakat yang terdiri
dari individu-individu yang tidak mempunyai kesadaran ihsan, maka tidak
mustahil masyarakat tersebut akan selalu dihantui berbagai tindakan
kedzaliman dan jauh dari nilai-nilai kemanusiaan yang mulia.
5.
Dosa menghilangkan nikmat dan menggantikannya dengan bencana. Allah
selalu menceritakan bahwa diadzabnya umat-umat terdahulu adalah karena
mereka selalu berbuat dosa, sebagaimana firman-Nya
فَكُلًّا
أَخَذْنَا بِذَنْبِهِ فَمِنْهُمْ مَنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِبًا
وَمِنْهُمْ مَنْ أَخَذَتْهُ الصَّيْحَةُ وَمِنْهُمْ مَنْ خَسَفْنَا بِهِ
الْأَرْضَ وَمِنْهُمْ مَنْ أَغْرَقْنَا وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ
وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ ( العنكبوت 40 )
Maka masing-masing mereka itu
kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang kami
timpakan kepadanya hujan batu keriki, ada yang ditimpa suara keras yang
mengguntur, ada yang kami benamkan ke dalam bumi, ada yang kami
tenggelamkan dan Allah sekali-kali tidak menganiaya mereka akan tetapi
merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri (QS. Al-Ankabut 40)
اِنَّ
اَحْسَنَ الْكَلَامِ كَلَامُ اللهِ الْمَلِكِ الْعَلَّامِ , وَاللهُ
سُبْحَانَه وَتَعَالَى يَقُوْلُ , وَبِقَوْلِهِ يَهْتَدى الْمُهْتَدُوْنَ .
وَاِذَا قُرِءَ الْقُرْأَنَ فَاسْتَمِعُوْا لَهُ وَاَنْصِتُوا لَعَلَّكُمْ
تُرْحَمُوْنَ . اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ
اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحيْمِ . يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوْا قُوْا
اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ
عَلَيْهَا مَلاَئِكَةٌ غِلاَظٌ شِدَادٌ لاَ يَعْصُوْنَ اللهَ مَا
اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ .
بَارَكَ
اللهُ لِى وَلَكُمْ فِى الْقُرْأَنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِى وَاِيَّاكُمْ
بِمَا فِيْهِ مِنَ الْايَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّى
وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
وَاسْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ