Sabtu, 19 Februari 2011

Menepis Pengakuan Seorang Habib Tak Terdaftar 27



Saya sengaja menulis pernyataan ini untuk menepis tuduhan dan menetralisir berita yang sedang berkembang terkait tuduhan terhadap Pondok Pesantren Al Mukmin Ngruki dari seorang yang mengaku Habib Abdurrahman Assegaf, yang sebenarnya sama sekali bukan Habib dan bernama asli Abdul Haris Umarella asal Ambon. Hal ini sudah saya konfirmasikan kepada pihak yang mengatur pendataan Habaib se-Indonesia.  Konon, ia pernah tinggal di Bogor, kemudian berita terakhir saya mendapat kabar ia tinggal di Tangerang Jalan Abimanyu, Blok C 20, Kompleks Witana Harja III, Pamulang Barat, Tangerang Selatan.

Pernyataan ini sengaja saya buat untuk menghindari kesalah-pahaman dikalangan Umat Islam khususnya antara keharmonisan Habaib dengan Pondok Pesantren Islam yang ada di Indonesia.  Karena saya melihat ada indikasi adu domba dalam tuduhan Tuan Umarella, yang membuat saya menaruh curiga siapa sebenarnya Tuan ini?. Mudah-mudahan kecurigaan saya salah.   Maka dari itu, Pimpinan Pondok Pesantren Ngruki saya harap dapat memahami dan memaklumi bahwa tuduhan Tuan Umarella tersebut (terlepas tuduhan itu benar ataupun salah) berasal dari pribadinya dan tidak ada hubungan sama sekali dengan Habaib.

Demikian Pernyataan ini saya buat agar tetap terjalinnya silaturrahim antara Umat Islam pada umumnya.
Wa Salam.
Salim Syarief MD

HABIB PALSU, KEJAR "NABI PALSU"


Dear all,

HABIB PALSU, KEJAR "NABI PALSU"

Jumat, 7 Desember 2007 Pk. 13.30 waktu Bogor, Mesjid Al-Fadl (Mesjid Ahmadiyah) di Jl. Perintis Kemerdekaan 34 Kebon Jahe Bogor, di datangi Habib Abdurrahman Assegaf ALIAS ABDUL HARIS UMARELLA bin ISMAIL UMARELLA Putera TULEHU Pulau AMBON


ICRP info. 5 orang bersorban mendatangi halaman mesjid Al-Fadl di pinggir Jalan Perintis Kemerdekaan, di komandani oleh "Habib" Abdurrahman Assegaf alias Abdul Haris Umarella bin Ismail Umarella. Sementara puluhan anggotanya yang mengaku GUII tertahan oleh barisan polisi anti huru hara yang berjarak 200 meter dari lokasi Mesjid. Abdul Haris Umarella meminta ijin kepada polisi untuk mendatangi Mesjid Al-Fadl dengan alasan mau berdialog, polisi mengijinkan hanya 5 orang saja yang mewakili dan boleh memasuki wilayah Mesjid. Dengan berjalan gagah, Abdul Haris Umarella datang mendekati pagar Mesjid yang disambut dengan orasi Mahasiswa Ciputat yang menamakan FORMACI anti kekerasan.


Selama 30 menit, Haris CS di depan pintu pagar Mesjid, sempat pula Haris CS menginjak-injak Buku (yang mereka meng-infokan adalah kitab yang di imani oleh Jemaat Ahmadiyah) yang sebenarnya Kitab tersebut adalah kumpulan cerita dan mimpi dari Mirza Ghulam Ahmad. Namun para Jemaat Ahmadiyah yang sebagian berada di dalam Mesjid, tidak terpancing, bahkan menertawakan aksi tersebut.


Ini kali ke 2 Abdul Haris Umarella tidak berhasil untuk menutup dan merusak Mesjid Ahmadiyah, sebelumnya terjadi di Jl. Balik Papan I No. 10 pada tanggal 23 Nopember 2007 yang lalu. Kekecewaan Abdul Haris semakin bertambah ketika seorang Jemaat Ahmadiyah menyebut dengan lantang nama ASLInya "Abdul Haris Umarella.... umarellla. ...umarella. .." dengan melunak Haris bertanya "Bapak dari
mana?" di Jawab "Saya?....Ahmadiyah " "oh.....bapak Ahmadiyah?" Lalu Haris kembali bicara "mana nich orang Ahmadiyah, saya datang untuk berdialog... .kok pagar dikunci, ini apa ini, saya datang kesini untuk mengajak bertaubat, tidak ada Nabi selain Nabi Muhammad SAW, selain itu PALSU, kami mengejar nabi palsu...?" sambil terbengong-bengong tangannya memegang pagar besi Mesjid.



Abdul Haris Umarella meninggalka mesjid disambut rintikan air hujan, alam sepertinya memahami bisikan hatinya, bersedih karena malu identitasnya diketahui, marah karena misinya yang ke 2 kalinya gagal. Kali ini Haris berhadapan dengan sekelompok mahasiswa yang mendukung kebebasan beragama dan berkeyakinan, menolak kekerasan dan itimidasi dan AKKBB (Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan)


Aneh sekali, nama Tuhan di kumandangkan untuk melakukan tindak kekerasan??? ?.....

Salam,
Ilma

Sabtu, 12 Februari 2011

3 Korban Tewas Ahmadiyah Su'ul Khatimah, Ini Dalilnya!


Oleh: Badrul Tamam
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, keluarga, dan para sahabatnya.
Bentrok berdarah antara warga muslim dengan jemaat Ahmadiyah di Cikeusik, Pandeglang, Banten, Ahad 6 Februari 2011 lalu menyisakan kontrofersi. Yaitu tentang status tiga orang anggota jemaat Ahmadiyah yang tewas dalam bentrokan tersebut karena membela keyakinannya, gugur mereka sebagai syahid ataukah tidak?
Menurut Juru Bicara Jamaah Ahmadiyah Indonesia, Zafrullah Ahmad Pontoh, tiga anggotanya yang tewas dalam penyerangan Ahad lalu, mati syahid. "Pemuda kami mati syahid, mereka mempertahankan aset Ahmadiyah," kata Zafrullah Pontoh, juru bicara Jemaat Ahmadiyah Indonesia, saat mengadu ke Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Selasa (8/2/11).
Sedangkan menurut Majelis Ulama Indonesia (MUI) tidak mengkategorikan ketiga jemaah Ahmadiyah tersebut mati syahid. Sebab, MUI berpendapat mereka tidak sedang berjuang membela agama Islam.
“Mereka tidak termasuk mati syahid. Karena orang yang mati syahid adalah orang yang berjuang di jalan Allah. Kalau mereka kan berjuang untuk Mirza Ghulam Ahmad,” kata Ketua MUI Ahmad Chalil Ridwan kepada okezone, Selasa (8/2/2011).
Keutamaan Mati Syahid
Syahid di medan jihad memiliki kedudukan yang mulia dalam Islam. Al-Qur'an dan Sunnah telah banyak menyebutkan keutamaannya. Para sahabat dan ulama salaf telah berlomba untuk mendapatkannya.
Al-Qur'an menyebutkan bahwa kesyahidan merupakan anugerah nikmat dari Allah bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Anugerah ini menghantarkan pemiliknya kepada kesempurnaan hidup, keberuntungan dan kebahagiaan. Allah berfirman:

وَمَن يُطِعِ اللّهَ وَالرَّسُولَ فَأُوْلَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللّهُ عَلَيْهِم مِّنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاء وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا
Mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka Itulah teman yang sebaik-baiknya.” (QS. Al Nisaa: 69)
Maksud syuhada' pada ayat di atas, sebagaimana yang disebutkan oleh Syaikh Abdurrahman al-Sa'di, adalah orang-orang yang berperang fi sabilillah untuk meninggikan kalimat Allah, lalu mereka terbunuh. Kemudian di akhir ayat, Allah menyebutkan bahwa mereka adalah teman terbaik di surga bagi orang yang senantiasa taat kepada Allah dan Rasul-Nya.
Orang yang mati syahid merupakan manusia yang paling tinggi kedudukannya. Pahala amalnya tetap mengalir sehingga ia dibangkitkan. Bau darahnya sewangi kesturi. Arwahnya ditempatkan di surga Firdaus yang tertinggi di dalam tembolok burung hijau. Baginya ada lentera-lentera yang tergantung di 'Arsy. Mereka bebas menikmati surga sekehendak mereka, kemudian singgah pada lentera-lentera itu. Kemudian Rabb mereka memperlihatkan diri kepada mereka dengan jelas, dan kemuliaan-kemuliaan lain bagi para syuhada’.
Apakah Mati di Atas Keyakinan Ahmadiyah Syahid?
Syahid adalah orang beriman yang berperang di bawah bendera Islam (di jalan Allah) untuk meninggikan kalimat-Nya sehingga dia gugur di tangan musuh atau meninggal karena penyakit dan lainnya dalam perjalan jihad fi sabilillah.
Kesyahidan dalam perjuangan fi sabilillah merupakan kesyahidan tertinggi. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menyebutkan beberapa macam kesyahidan bagi umatnya. Dan menyebutkan pada urutan pertamanya, “Siapa yang terbunuh di jalan Allah adalah syahid. Dan siapa yang meninggal di jalan Allah dia syahid. . . ” (HR. Muslim)
Mereka itulah yang disebut dengan syahid dunia-akhirat, yaitu: orang yang terbunuh dikarenakan berperang melawan orang kafir untuk meninggikan kalimat Allah dengan tanpa nifak, riya’ (pamer), menilap ghanimah. Dan ini merupakan kesyahidan yang sempurna, kesyahidan paling mulia dan baginya pahala yang besar. (Lihat: al-Jihad Sabiluna, Abdul Baqi Ramdhun, hal. 155)
Syarat utama dari syahid ini adalah mereka yang berjuang di jalan Allah dan bertujuan untuk meninggikan kalimat-Nya. Dan ini merupakan syarat sahnya jihad yang bisa menghantarkan kepada kesyahidan. Ada seorang Badui datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menanyakan tentang orang yang berjihad di jalan Allah, lalu beliau shallallahu 'alaihi wasallam menjawab, “Siapa yang  berperang dengan tujuan supaya kalimat Allah-lah yang tertinggi maka dia fi sabilillah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Sedangkan jemaat Ahmadiyah yang berperang membela agama dan keyakinanya yang kufur, maka mereka bukan fi sabilillah. Tapi fi sabilit taghut (jalan taghut, yakni siapa yang melampaui batas). Maka dalil yang pantas untuk mereka adalah:
الَّذِينَ آَمَنُوا يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِينَ كَفَرُوا يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ الطَّاغُوتِ فَقَاتِلُوا أَوْلِيَاءَ الشَّيْطَانِ إِنَّ كَيْدَ الشَّيْطَانِ كَانَ ضَعِيفًا
Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thaghut, sebab itu perangilah kawan-kawan syaitan itu, karena sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah.” (QS. Al-Nisa’: 76)
Orang-orang beriman berperang dalam ketaatan kepada Allah dan mencari ridha-Nya. Berperangnya mereka karena tuntutan iman dan pembelaan kepada keyakinannya. Sedangkan orang-orang kafir (di antaranya yang murtad seperti Ahmadiyah yang meyakini ada nabi sesudah Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam) berperang dalam rangka mentaati syetan yang menyeru untuk menyimpang dari jalan Islam. Maka berperangnya ini termasuk cabang kekufuran dan tuntutan dari kekufuran yang diyakininya.
Jemaat Ahmadiyah yang berperang membela agama dan keyakinanya yang kufur, maka mereka bukan fi sabilillah. Tapi fi sabilit taghut . . .
Perang mereka untuk membela keyakinan yang bertentangan dengan sharih nash Al-Qur’an dan sunnah yang menerangkan bahwa Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam adalah penutup para Nabi. Sedangkan siapa saja yang berkata ada Nabi sesudahnya, dia murtad (keluar) dari Islam. Karena berarti dia telah mendustakan ayat-ayat Al-Qur’an dan sunnah shahih yang sangat jelas menerangkan bahwa beliau shallallahu 'alaihi wasallam sebagai penutup para nabi. (Lebih lengkapnya silahkan baca: Ahmadiyah Murtad & Dimusuhi Karena Ajarkan Ada Nabi Lagi Sesudah Muhammad)
Menyimpang dari Akidah, Mati Su’ul Khatimah
Sebab utama seseorang mati su’ul khatimah (akhir hayat yang buruk) adalah karena rusaknya akidah. Siapa saja yang meyakini akidah yang berseberangan dengan akidah yang shahih, baik atas penalarannya sendiri atau mengambil dari orang yang berakidah batil, maka tetap berada dalam lingkup bahaya. Kezuhudan dan keshalihan tidak sedikitpun membawa manfaat baginya. Dan sesungguhnya yang bisa mendatangkan kebaikan pada dirinya adalah akidah yang benar, yang sesuai dengan Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya shallallaahu 'alaihi wasallam. Karena akidah dalam Islam tidak dianggap kecuali yang berasal dari keduanya.
Maka Jemaat Ahmadiyah yang memiliki keyakinan yang  berseberangan dengan akidah Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah, bahkan keyakinan tersebut merupakan keyakinan pokok yang tidak boleh di tawar lagi, meninggalnya mereka itu seperti yang disebutkan oleh Allah Ta’ala,
قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا * الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا
 Katakanlah: "Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?" Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.” (QS. Al-Kahfi: 103-104)
Matinya tiga orang jemaat Ahmadiyah di Cikeusik bukan sebagai syahid, tapi su'ul khatimah... Karena mereka memiliki keyakinan yang  berseberangan dengan akidah Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah, bahkan keyakinan tersebut merupakan keyakinan pokok yang tidak boleh di tawar lagi,
Kesimpulan
Perjuangan jemaat Ahmadiyah bukan fi sabilillah, tapi fi sabilit taghut. Karenanya tewasnya tiga jemaat Ahmadiyah dalam bentrokan berdarah di Desa Umbulan, Kecamatan Cikeusik, Kabupaten Pandeglang, Banten, Ahad (6/2/11) lalu bukan sebagai syahid.
Maka sangat tepat pernyataan yang dikeluarkan oleh ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), Chalil Ridwan: “Mereka tidak termasuk mati syahid. Karena orang yang mati syahid adalah orang yang berjuang di jalan Allah. Kalau mereka kan berjuang untuk Mirza Ghulam Ahmad.”
Gelar yang pantas untuk mereka adalah su’ul khatimah, karena mereka meninggal di atas  keyakinan yang batil yang mengeluarkan dari Islam. Mereka meyakini ada nabi (yakni Mirya Ghulam Ahmad) sesudah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Padahal Al-Qur’an dan Sunnah yang shahih dengan jelas menerangkan bahwa Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam adalah nabi terakhir, tidak ada nabi dan rasul sesudahnya. Wallahu Ta’ala a’lam. . . [PurWD/voa-islam.com]

Selebritis Paris Hilton Murtad ke Budha Karena Bosan Shalat dan Puasa?

JAKARTA (voa-islam.com) – Makin jelas kebohongan Dailysquib yang memberitakan selebritis Paris Hilton Masuk Islam beberapa waktu lalu. Beberapa hari setelah mengisukan Paris Hilton masuk Islam, kini Dailysquib kembali mengisukan berita miring bahwa mantan model porno Hollywood itu bosan melakukan  kewajiban shalat lima kali sehari dan puasa, lalu beralih menjadi seorang Budha.
Kamis (03/02/2011) Johnny Wilko menulis berita berjudul “Paris Hilton Converts to Islam” di laman Dailysquib bahwa Paris Hilton telah masuk Islam, sesuai dengan pernyataan juru bicaranya, Ian Brinkham. Keputusan masuk Islam ini bermula ketika Paris Hilton  dipenjara di Fasilitas Penahanan Century Regional pada tahun 2007, ia terinspirasi oleh beberapa orang yang telah memeluk Islam.
Setelah menjadi muslimah, tulis Johnny Wilko, Paris Hilton mengubah namanya menjadi ‘Tahirah’ yang berarti murni dan suci dan memutuskan bertaubat menghindari kehidupan lamanya sebagai selebriti dengan kehidupan bebas dan ugal ugalan. Selanjutnya, Hilton berencana untuk kembali ke Los Angeles minggu depan untuk mulai mendirikan sekolah Islam di pusat Beverly Hills yang begitu gemerlap yang akan dimulai pada bulan Juli mendatang.
Berita keislaman Paris Hilton yang dirilis dailysquib.co.uk tersebut memunculkan pro dan kontra. Sebagian percaya dan menyebarluaskan di berbagai blog dan situs jejaring sosial, sedangkan sebagian besar lainnya menganggapnya sebagai “hoax” belaka.
Belum reda pro dan kontra tentang rumor masuk Islamnya bintang porno kelas dunia itu, sepekan kemudian, Rabu (09/02/2011), Dailysquib merilis berita tak kalah sensasionalnya. Seorang jurnalis yang menamakan diri Dick Saloman menulis berita berjudul “Paris Hilton Converts to Buddhism.” Lagi-lagi, Dailysquib mengklaim mengutip pernyataan Ian Brinkham juru bicara Paris Hilton.
“Paris Hilton has now decided to convert to Buddhism, after sensationally converting to Islam last week, her press officer, Ian Brinkham has revealed,” tulis Dailysquib dalam leadingnya. (Paris Hilton telah memutuskan untuk masuk agama Buddha, menyusul berita sensasional pekan sebelumnya bahwa ia memeluk agama Islam, kata Ian Brinkham juru bicaranya).
Paris Hilton, tulis Dailysquib, meninggalkan Islam karena bosan dengan kewajiban shalat lima kali sehari.
“Inilah yang bisa kami katakan, Paris memeluk suatu agama di minggu lalu tapi dengan cepatnya dia merasa bosan. Dalam agama (Islam) tersebut diwajibkan beribadah shalat rutin lima kali sehari dan berpuasa. Hal inilah yang terasa begitu melelahkan untuknya,” jelas Brinkham sebagaimana dikutip Dailysquib.
Dailysquib menambahkan, mantan model porno yang telah tidur dengan 12.000 orang terkenal ini telah menemukan agama yang tepat untuk dirinya. “Tampaknya Paris Hilton telah mencapai akhir dari perjalanan spiritualnya dengan mendapatkan pencerahan kemarin. Dia kemudian merayakannya dengan membeli sepasang sepatu seharga $ 8,000,” tulisnya.
Untuk meyakinkan pembaca, Dailysquib membuat kronologis yang membuat Paris Hilton tertarik dan menjadi pemeluk Budha. Mulanya, dia bertemu dengan mantan penjahat, Bodhidharma Mahatma Ibnu Himar, di daerah perbelanjaan terkenal, Rodeo Drive di Beverly Hills. Dia kemudian yakin untuk bergabung dengan sekte Buddhanya.
“Saya rasa ini saat ini adalah agama yang tepat baginya walaupun saya harus mengatakan dalam tahun ini saja, dia telah melalui sekitar 23 agama dan sekte,” kata kakaknya, Nicky Hilton seperti dikutip Dailysquib.
Di akhir tulisannya, Dailysquib menjustifikasi beritanya dengan mengutip pernyataan Brad Mullet, pacar terbaru Paris Hilton: “Paris mencoba Islam selama seminggu, dan sekarang dia sedang dibimbing oleh seorang pendeta Buddha dan saya kira dua minggu dari sekarang ia mungkin akan mencoba sesuatu yang lain lagi.”
Menyikapi status agama Paris Hilton yang simpang siur itu seharusnya umat Islam jangan mudah terkecoh. Karena materi berita dalam situs Dailysquib itu tak bisa dipercaya.
Alasannya, sebagaimana diberitakan voa-islam.com sebelumnya, karena dalam  situs dailysquib telah dicantumkan copyright bahwa materi di situs tersebut adalah berita satire (parodi, ironi, sarkasme) belaka. Berikut kutipan copyright dailysquib:
© Copyright 2011 dailysquib.co.uk | The Daily Squib is a curious satirical publication and should therefore be taken fu**ing seriously.
Menilik dari namanya saja situs www.dailysquib.co.uk sudah sangat meragukan. Wikipedia menjelaskan squib sbb: “A squib is a brief satirical or witty piece of writing or speech, like a lampoon, or a short, sometimes humorous piece in a newspaper or magazine, used as a filler. It can be intended to ignite thinking and discourse by others on topics of theoretical importance - e.g., see MIT Press's journal, Linguistic Inquiry, but is often less substantial than this and just humorous.”
Sejauh ini, sulit dipastikan kebenaran berita masuk Islam maupun murtadnya Paris Hilton. Jika benar selebritis Hollywood ini masuk Islam lalu murtad menjadi Budha karena bosan shalat dan puasa, bisa dipastikan media seluruh dunia akan gempar.
Namun hingga kini belum ada kantor berita internasional terkemuka yang memberitakan hal ini. Juga belum ada konfirmasi resmi dari Paris Hilton akan berita keislamannya baik di facebook fans pagenya, twitter maupun artikelnya di Wikipedia. Wallahu a’lam [taz, aa, syahidah]

Ziarah Ke Yaman 2

Bersama dengan Habib Umar bin Hafiz (kanan)
Di depan maqam Habib Abdullah bin Sakran

Di depan maqam Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad

Ziarah Ke Yaman

Darul Mustafa di Ribat, Tarim
Bersama dengan Habib Abdullah bin Syihab
Jajarkan ke TengahDi depan Masjid Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad

Ziarah Yaman 4





Ziarah 3





Profil Dar Al-Musthafa

Pendahuluan

Sesungguhnya yang menjaga syari’at lebih dari 14 abad bukanlah suatu kelemahan atau ketidak mampuan seseorang untuk menjaganya di abad yang akan datang, semenjak Sayyidina Al-Muhajir Ahmad bin Isa memegamg bendera da’wah sampai sekarang ini telah berlalu 1100 tahun, akan tetapi tetaplah kokoh dan tangguh, dan masih tercium harum aroma da’wah ilallah.

Diantara waktu tersebut sampai sekarang ini, berapa banyak da’wah yang tersebar keberbagai penjuru alam. Mengapa tidak padam semangat da’wak tersebut? Kerena kekokohan da’wah tersebut seperti kekokohan da’wah Al-Muhajir Al-Awal SAW.

Dengan kekokohan da’wah yang tampak itu tersebarlah tempat ilmu, adab, dan da’wah di negeri Hadramaut umumnya dan Tarim pada khususnya yang terbit cahaya yang terang benderang dengan ilmu Islam dan dikatakan bahwa sepertiga dunia Islam masuk Islam penduduknya berkat da’wah ulama Hadramaut yang perintisnya Sayyidina Al-Muhajir Ahmad bin Isa yang keluar dengan agamanya dari kota Basyrah ke kota Hadramaut pada abad ketiga hijriyah, dan negeri yang penuh berkat ini terhias dengan hiasan ilmu, ikhlas, khauf, dan wara’ sejarah pun telah mengutipnya.

Alhamdulillah, Allah SWT telah menempatkan kita dalam mimbar yang indah dan baik dari mimbar-mimbar ilmu yang sedikit didapatkan yang sepertiganya di dalam dunia Islam pada saat ini dan akan terlihat keluarnya para rijal yang menyebar pada penjuru alam yang membawa bendera untuk mengibarkan da’wahnya sebaik-baik pemimpin (Nabi Muhammad SAW)

Begitulah dengan besar hati dan bangga dengan keterus terangan ini semoga kebaikan menjadi saksi bagi alam. Mereka rijal yang pena mana pun tidak mampu mensifati macam-macam sifat mereka dengan sesuatu yang membawa kalimat dengan maqam-maqam sidiq, ikhlas, dan semangat yang tinggi dalam da’wah ilallah, bagaimana pena-pena akan mampu mensifati mereka cahaya dari obor yang berasal dari cahaya nubuwwah dan obor yang terang benderang dari nur-nya Nabi Muhammad SAW. Sungguh Allah SWT telah menolong agamanya dan menjaga syariatnya dan mereka para rijal semoga Allah SWT meredhai mereka, Amien.

Latar Belakang

Dar Al-Musthafa adalah satu ibarat dari salah satu pusat ilmu, adab, dakwah ilallah dan juga salah satu bukti dari pemeliharaan Allah SWT akan agamanya dan syariatnya serta bukti pertolongan Allah SWT. Allah SWT berfirman: “..Sesungguhnya kamilah yang menurunkan Al-Qur’an dan sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya…” (Al-Hijr,ayat 9).

Salah satu sebab didirikannya Dar Al-Musthafa disebabkan banyaknya pelajar yang datang dari berbagai daerah dari negeri Yaman dan juga luar Yaman, yang mereka belajar dan menuntut ilmu-ilmu syari’at di sisi Al-Habib Umar bin Muhammad bin Salim ibn Syekh Abu Bakar bin Salim di kota Tarim Al-Ghanna, maka mereka membutuhkan tempat yang khusus agar memungkinkan mereka menuntut ilmu dan tidak disibukkan dengan kesibukan manusia. Sebelum di bangun Dar Al-Musthafa pelajar tinggal di Rubath Al-Musthafa yang berada di kota Syihir lalu mereka pindah ke kota Tarim dan tinggal di kamar kamar mesjid At-Taqwa dan rumah Assana serta tempat mereka belajar di mesjid Maula Aidied di Tarim, ketika selesai pembangunan Dar Al-Musthafa mereka pindah ke bangunan yang baru yang telah diresmikan lima hari sebelumnya yaitu pada bulan muharam tahun 1417 H.

Dar Al-Musthafa adalah tempat berkumpul dan bertemunya para pelajar pelajar yang datang dari berbagai penjuru dunia, baik itu dari Yaman, Zajirah Arabia, Afrika, Inggeris, Amerika, Asia Timur, Thailan, Singapura, Malaysia dan Indonesia.

Pelajar yang pertama tama datang ke Dar Al-Musthafa adalah pelajar dari Indonesia yang berjumlah sekitar tiga puluh orang pada tahun 1416 hijriah. Itu di sebabkan kunjungan pertama Habib Umar bin Muhammad bin Hafizd ke Indonesia pada tahun 1414 hijriah, kunjungan ini dilaksanakan kerena melaksanakan perintah guru beliau Al-habib Abdul Qadier bin Ahmad Assegaff dan Al-Habib Muhammad bin Abdullah Al-Haddar. Benarlah kata orang “ sesungguhnya kunjungan itu bisa memberi bekas yang besar pada penyebaran ilmu dan pelurusan akhlak serta bisa menggantungkan hati pada dakwah ilallah, dan sebagian dari tujuan kunjungan adalah untuk memberi peringatan bagi orang awam, memberi memfaat kepada orang lain dan juga bertujuan menguatkan ikatan di antara sesama saudara se-Islam dan menyempurnakan persaudaraan sesama muslim diberbagai negara yang berbeda beda. Maka nampaklah bekas yang hebat pada kunjungan Habib Umar bin Muhammad bin Hafizd ke Indonesia dan menjadi bukti pembaruan hubungan antara Indonesia dan Hadramaut dan juga menguatkan ikatan antara sadah alawiyyin dan pencinta mereka di Indonesia dan Hadramaut.

Seiring berjalannya waktu selesailah pelajaran pelajar pelajar tadi di Dar Al-Musthafa pada tahun 1419 hijriah.dan sekarang mereka menyebarkan dakwah di negeri masing masing dan memberikan manfaat untuk umat Islam di desa maupun di kota. Oleh kerana itu Alhamdulillah pada tahun 1421 hijriah jumlah pelajar Indonesia yang berdomisili di kota Tarim sekitar 400 orang. Dari jumlah tersebut dua ratus orang belajar di Dar Al-Musthafa dan sisanya ada yang belajar di Rubath Tarim dan Kuliah Syariah dan Hukum Universitas Al-Ahgaff.

Nama Lembaga

Dar Al-Musthafa Lembaga Pendidikan Islamiyah.

Pendiri

 Al Habib Ali Masyhur bin Muhammad bin Salim bin Hafidz.
 Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz.

Tahun Berdiri

Dimulai pembangunan Dar Al-Musthafa pada bulan Syawal tahun 1410 H dan peresmian pertama pada hari Selasa Tanggal 29 Dzulhijjah 1411 H bertepatan hari wafat Al-Habib Muhammad bin Salim bin Hafidz ibn Abu Bakar bin Salim, dan peresmian kedua pada bulan Muharram 1417 H.

Tujuan Didirikannya

Tidaklah dibangun perguruan ini kecuali untuk mencetak ulama ulama yang kuat pada ilmu dan beradab dengan adab nubuwwah, dan memikul beban umat dengan mengajak mereka kejalan Allah SWT dan memberikan manfaat kepada mereka dan menyelamatkan mereka dari kegelapan, kebodohan kecahaya ilmu dan menguatkan keimanan mereka dan mengikat mereka dengan sunnah sunnah Nabi SAW.

Asas Asas

Sungguh terwujud tujuan yang besar ini dengan peletakan tiga sasaran yang merupakan sebagai tujuan pokok :
1. Penguasaan ilmu ilmu Islam secara murni.
2. Pembersihan jiwa dan pemurnian akhlak
3. Da’wah kejalan Allah

Program Program

Untuk mencapai sasaran dan menghasilkan hasil yang memuaskan Dar Al-Musthafa membuat program program pada tiap tiap tujuan :

1. Pada ilmu

Pelajar diberi dua pilihan :
A. Belajar kitab kitab yang sudah ditetapkan di Dar Al-Musthafa.
B. Menghafal Al Quran disertai dengan belajar fiqh dan nahwu.

2. Pada suluk

Dianjurkan bagi tiap pelajar meresapi dan mengamalkan akan dasar dasar pada suluk :
A. Pembersihan diri dari sifat sifat tercela.
B. Mempunyai perhatian dengan sunnah-sunnah dan adab Nabi SAW.
C. Beradab dengan pergaulan sesama makhluk.
Selalu melazimi petunjuk dan nasehat nasehat. Dalam hal ini Al Habib Umar bin Hafidz mengumpulkan untuk santri santrinya azkar dan aurad dalam satu kitab yang diberi nama “Khulasah Al Madad Annabawi”, yang mana dianjurkan kepada para santri santrinya untuk membacanya pada waktu waktu yang sudah ditentukan.





3. Pada Da’wah

Pihak pengurus membuat satu jadual bagi para santri yang punya kemauan dalam da’wah, seperti : keluar da’wah mingguan setiap hari kamis sampai hari jum’at, keluar da’wah tahunan selama 40 hari, ini bagi para santri yang membaca kitab ‘Umdatus salik dan menziarahi para ulama, tempat tempat bersejarah, mesjid mesjid dan maqam maqam para aulia yang ada di Hadhramaut. Dan ada juga da’wah dilingkungan Dar Al-Musthafa seperti pertemuan santri santri yang berasal dari satu daerah.

Waktu Belajar

Pelajaran dimulai setelah shalat subuh sampai jam 08.30 pagi, diajarkan tiga mata pelajaran. Tiap-tiap satu mata pelajaran memakan waktu 45 menit. Kemudian pelajaran diteruskan setelah shalat dzuhur, diajarkan satu mata pelajaran. Kemudian pelajaran diteruskan kembali setelah shalat maghrib satu mata pelajaran dan setelah shalat isya setoran hafalan.

Kitab kitab yang dipelajari.

 Fiqh
 Risalatul jami’ah
 Safinatun najah
 Muqaddimatul hadhramiyah
 Matan Abi Syuja’
 Yakut An Nafis
 Umdatus Salikin
 Aqidah
 Aqidatul Awam
 Al Aqidah (karangan Imam haddad)
 Durus tauhid
 Jauhar tauhid
 Nahwu
 Matan asas
 Al jurumiyah
 Mutammimah Aljurumiyah
 Qatrun nida
 Hadits
 Mukhtar Alhadits
 Arba’in Nawawiyah
 Nurul iman
 Mukhtar Riyadushhalihin
Metode pengajaran adalah sistem halaqah.
Setelah pelajar meyelesaikan kitab kitab diatas, pelajar diberi pilihan untuk masuk jurusan (takhasus), penjurusannya sebagai berikut :
1. Al Quran dan ilmunya
2. Al Hadits dan ilmunya
3. Sirah
4. Lughah arabiyah
5. Fiqh dan ushulnya
Dan juga Dar Al Musthafa mengadakan pesantren kilat pada masa liburan musim panas untuk para mahasiswa mahasiswa, pegawai dan guru guru selama 40 hari, dan juga mengadakan pesantren kilat untuk para kiai selama tiga bulan.

Sarana dan Fasilitas fasilitas

 Asrama bagi para santri, setiap kamar dilengkapi dengan AC, kipas angin, almari, meja belajar dan ranjang
 Toserba
 Ruang makan
 Warnet
 Wartel
 Klinik
 Perpustakaan
 Toko buku
 Transportasi sebanyak 4 bis
 Money changer
 Rumah tamu
 Stasiun radio
 Terevel umrah dan haji

Proses pendaftaran

Syarat syarat qabul:
• Minimum berusia 15 tahun
• Mendapat izin dari orang tua/wali murid
• Bisa menulis, berbicara dan membaca bahasa arab
• Hapal sebagian surah Al-qur’an
• Harus aktif mengikuti pelajaran di Dar Al-Musthafa secara kontiniu dalam menyelesaikan studinya
• Dalam waktu 2-4 tahun bersedia tidak pulang kecuali ada suatu hal yang memungkinkan untuk pulang
• Berniat didalam hatinya setelah keluar dari Dar Al-Mushtafa akan aktif dalam khidmah Islam dan muslim dan da’wah kejalan Allah SWT
• Kedatangan calon santri lewat komisi yang sudah ditunjuk oleh pengurus Dar Al-Musthafa dimasing-masing daerah
• Kedatangan para calon santri pada bulan yang sudah ditentukan yaitu pada bulan Muharram dan Rajab
• Sanggup membayar uang yang dibutuhkan dalam pendaftaran dan penerimaan santri baru, dengan rincian sebagai berikut:
a. Uang jaminan pulang sebesar USD $ 500,-
b. Uang iqamah selama 4 tahun sebesar USD $ 85,-
c. Uang medical selama 4 tahun sebesar USD $ 52,-
d. Uang bulanan tiap bulan selama 4 tahun sebesar USD $ 260,-

Alamat

 Dar Al-Musthafa–Rebublic Of Yemen–Hadramout–Tarim-Aideed
P.O.Box: 58049
 Tel Management : (00967)(5)417880-Fax: (00967)(5)417883
 Tel Dar Al-Musyhafa : (00967)(5)417888-Fax: (00967)(5)417886
 Web Side : www.daralmustafa.com
 Perwakilan di Indonesia:
 Kantor pusat komisi dibawah pimpinan Alhabib Ali Al-Haddad, beralamatkan:Jl.Raya condet depan maqam hawi,Jakarta Timur
HP : (0062)8159616099
 Kalimantan Selatan :
- Alhabib Ali Hasan Al-Kaff, beralamatkan:JL.HasanuddinHM/
P.Samudera. No:12/4, Rt15, Banjarmasin P.O.Box:70111
Tel/Fax : (0062)(511)58472
Hp : (0062)8152119158
Email : daarmusthofa-bjm@telkom.net
- Ustadz Shalahuddin (Majelis Annur) Jl. Sekumpul Sungai Kacang Martapura.
Hp : (0062)8164537517
- Ustadz Mulkani
Hp : (0062)8125014527

Profil Rubat Tarim

Pendahuluan

Kota Tarim sejak dulu merupakan pusat ilmu dan penyebaran agama Islam, pakar sejarah mengatakan demikian. Kerena, melalui perantau yang berasal dari kota ini pada khususnya dan Hadramaut pada umumnya Islam menyebar hingga ke Timur Asia, India, Indonesia, Malaysia, Berunei Darussalam, Fhilipina, Singapura, juga belahan Afrika, Kongo, Somalia, dan Sudan.

Mereka para muhajirin tersebut pergi untuk berda’wah dan untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka dicukupi dengan berdagang, hingga negeri-negeri yang dulunya kafir berubah menjadi negeri-negeri Islam.

Sayyidina Imam Ahmad bin Hasan Al-Attash menyebutkan bahwa sebagian ulama Tarim telah hijrah sejak lebih dari 1000 tahun lalu, diantara mereka ada yang menjadi qadhi (hakim) di Mesir, padahal negeri ini dan Al-Azharnya sudah terkenal sejak dulu sebagai pusat cendikiawan-cendikiawan muslim.

Pada abad-abad selanjutnya fenomena ini mulai berubah, jika sebelumnya para ulama hijrah dari kota Tarim Al-Ghanna ini, kini orang mulai berdatangan ke Tarim untuk menuntut ilmu. Itu terjadi baik dimasa hidup Habib Syekh Abu Bakar bin Salim, masa putra beliau Hamid dan Husin juga dimasa Imam Abdullah Al-Haddad. Hal ini terjadi terus menerus hingga pada paruh pertama abad ke-13 H. Kota Tarim kian dipenuhi pendatang asing, diantara mereka Sayyid Imam Al-Habib Sholeh Al-Bahrain, Salim bin Sa’id bin Syumaeil, Syekh Abdullah Basaudan, Al-Habib Abu Bakar bin Abdullah Al-Attash, dan sebagainya. Pendatang-pendatang ini tinggal dimesjid-mesjid dan juga di zawiyah zawiyah yang ada di Tarim.

Kota yang besarnya tidak lebih dari luas kota kecamatan di Indonesia ini memang sangat istimewa. Walaupun kecil namun jumlah mesjidnya saja sangat banyak lebih dari 365 buah dan zawiyah-zawiyah yang makna asalnya pojok-pojok yang berfungsi sebagai tempat ibadah para ubbad (ahli ibadah). Disitu para pelajar belajar ilmu nahwu, Fiqh, dan ilmu-ilmu lainnya dengan para guru-guru yang ada di tiap-tiap zawiyah atau mesjid tersebut. Seperti zawiyah Syekh Ali bin Abu Bakar As-Syakron bin Abdurrahman As-Segaf yang diasuh oleh Al-Allamah Mufti Diyar Hadramiyah Al-Allamah Al-Habib Abdurrahman bin Muhammad Al-Masyhur, kemudian zawiyah mesjid Sirjis dan Al-Awwabin dengan Syekh Al-Allamah Muhammad bin Ahmad Al-Khatib, zawiyah mesjid Nafi’ diasuh Al-Allamah Syekh Ahmad bin Abdullah Al-Bakri Al-Khatib (setelah wafat guru beliau yang juga pendiri zawiyah tersebut, Al-Allamah Ahmad bin Abdullah Balfaqih pada tahun 1299 H, dan setelah wafat Al-Habib Abu Bakar bin Abdullah Bakar Al-kherred), kemudian mesjid Suwayyah pengajarnya juga Syekh Ahmad, mesjid bani Hatim (sekarang dikenal dengan mesjid ‘Asyiq) mudarrisnya Al-Allamah Alwi bin Abdurrahman bin Abu Bakar Al-Masyhur, zawiyah Syekh Salim bin fadhal Bafadhal dengan pengasuh Al-Habib Abu Bakar bin Abdullah Al-kherred (meninggal tahun 1312 H) dan lain sebagainya.

Demikinlah kegiatan-kegiatan ilmiah yang ada dikota ini begitu ramai dan tatkala pelajar dari luar Tarim kian banyak dan dirasa kian sulit mendapatkan tempat tinggal, berkumpullah para pemuka kota ini guna memecahkan masalah itu, diantara mereka dari keluarga Al-Haddad, As-Sirri, Al-Junaid dan Al-Arfan.

Nama Perguruan

Pertemuan itu menghasilkan kesepakatan untuk mendirikan sebuah rubath (ma’had) yang kemudian dinamakan “RUBATH TARIM”. Persyaratan bagi calon pelajar juga dibahas pada kala itu, kriteria utama antara lain: calon santri adalah penganut salah satu mazhab dari empat mazhab fiqh (Maliki, Hanafi, Syafi’i, dan Hambali) dan dalam aqidah bermazhab Asy’ariyah (mazhab Imam Abi Hasan Al-Asy’ari)

Tahun Diresmikan

Setelah membuat kesepakatan diatas dimulailah pembangunan Rubath Tarim. Untuk keperluan ini, Habib Ahmad bin Umar As-Syatiri (wafat di Tarim tahun 1306 H) mewakafkam rumah beliau (dar muhsin) dan pekarangannya yang berada disebelah pasar di halaman mesjid Jami’ Tarim dan mesjid Babthoinah (sekarang mesjid Rubath Tarim). Wakaf juga datang dari Al-Allamah Al-Muhdisth Muhammad bin Salim As-Sirri (lahir di Singapura 1264 H, dan wafat di Tarim 1346 H)

Habib Salim bin Abdullah As-Syatiri (pengasuh Rubath Tarim sekarang) menambahkan bahwa pedagang-pedagang dari keluarga Al-Arfan juga mewakafkan tanah yang mereka beli di bagian timur, mereka kemudian dijuluki tujjaru ad-dunya wa al-akhirah (pedagang dunia dan akhirat). Datang juga sumbangan melalui wakaf rumah, kebun, dan tanah milik keluarga-keluarga habaib di luar Yaman, seperti Indonesia, Singapura, dan Bombosa Afrika.

Akhirnya selesailah pembangunan Rubath Tarim di bulan dzulhijjah tahun 1304 H dan secara resmi dibuka pada 14 muharram 1305 H, keluarga Al-Attash tercatat sebagai santri pertama yang belajar di Rubath Tarim kemudian datang keluarga Al-Habsyi begitu selanjutnya berdatangan para pelajar, baik dari Hadramaut sendiri maupun dari luar Hadramaut bahkan dari luar negeri Yaman. Habib Ahmad bin Hasan Al-Attash berkata: “perealisasian pembangunan Rubath Tarim ini tidak lain adalah niat semua salafusshalihin alawiyiin, hal ini terbukti dengan mamfaatnya yang besar serta meluas mulai dari bagian Timur bumi dan Barat”.

Pengasuh

 Pengasuh I

Mufti Diyar Hadramiyah Sayyidina Al-Imam Al-Habib Abdurrahman bin Muhammad Al-Masyhur (pengarang kitab Bugyatul Mustarsidin), beliau lahir di Tarim tahun 1250 H. Beliau mengasuh Rubath Tarim hingga tahun 1320 H, dengan di bantu ulama-ulama lain yang ada pada masa itu, seperti Al-Allamah Syekh Ahmad bin Abdullah Al-Bakri Al-Khatib (1257-1331 H), Al-Allamah An-Nahrir Habib Alwi bin Abdurrahman Al-Masyhur (1263-1341), Al-faqih Al-Qadhi Husein bin Ahmad bin Muhammad Al-kaff (pejabat qadhi di Tarim selama dua kali, wafat 1333 H), Al-Allamah As-Sayyid Hasan bin Alwi bin Sihab, Al-Allamah Syekh Abu Bakar bin Ahmad Al-Bakri Al-Khatib (1286-1356). Para mudarris inilah yang mengajar di Rubath Tarim sejak pertama kali dibuka pada tahun 1305 hingga tahun 1314 H.

 Pengasuh II

Al-Allamah Al-Habib Ali bin Abdurrahman Al-Masyhur (lahir di Tarim tahun 1274 H), mudarris di zawiyah Syekh Ali bin Abu Bakar bin Abdurrahman As-Segaf. Beliau mengasuh Rubath Tarim sejak wafatnya sang ayah (Al-Habib Abdurrahman bin Muhammad Al-Masyhur) pada tahun 1320 H dan terus berlangsung hingga tahun 1344 H ketika beliau berpulang kerahmatullah pada tahun itu pada tanggal 9 syawal.

 Pengasuh III

Al-Habib Abdullah bin Umar As-Syatiri ra (lahir di Tarim bulan Ramadhan tahun 1290 H), yang kemudian diberi mandat oleh pemuka kota Tarim untuk menjadi pengasuh ketiga yang semula menjadi wakil Habib Ali bin Abdurrahman Al-Masyhur sejak tahun 1341 H jika beliau berhalangan mengajar dan telah menjadi mudarris di Rubath Tarim sejak datang dari Mekkah pada tahun 1314 H. Pada mulanya beliau belajar di kota kelahiran kepada para masyayikh di sana terutama kepada Habib Abdurrahman Al-Masyhur, Habib Alwi bin Abdurrahman Al-Masyhur dan Habib Ahmad bin Muhammad Al-Kaff. Kemudian beliau pindah ke Seiwun (25 KM sebelah barat laut kota Tarim) dan belajar di Rubath Habib Ali bin Muhammad bin Husien Al-Habsyi selama kurang lebih empat bulan, juga kepada Habib Muhammad bin Hamid As-Segaff, dan saudara beliau Umar bin Hamid As-Segaf, serta Habib Abdullah bin Muhsin As-Segaf.

Pada waktu berumur 20 tahun (tahun 1310 H), beliau pergi ke Mekkah bersama orang tua beliau Habib Umar As-Syatiri, untuk menunaikan ibadah haji dan ziarah kepada Rasulullah SAW. Setelah selesai menunaikan ibadah haji, beliau meminta izin kepada ayah beliau untuk tinggal di Mekkah guna menuntut ilmu. Dan tercatat sejak tanggal 15 muharram 1211 H hingga 15 dzulhijjah 1313 H beliau belajar pada ulama-ulama di kota suci itu diantaranya kepada Syekh Al-Allamah Umar bin Abu Bakar Ba Junaid, Syekh Al-Allamah Muhammad bin Said Babsheil, Habib Husien bin Muhammad bin Husien Al-Habsyi (saudara Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi, Seiwun), Habib Ahmad bin Hasan Al-Attash, dan Al-Faqih Al-Abid Abu Bakar bin Muhammad Syatho (pengarang kitab hasyiyah I’anatu at-Thalibin ‘ala fathi al-mu’in).

Konon ilmu nahwu sangat sulit bagi beliau, sampai beliau berujar (sebagaimana yang dituturkan putera beliau Habib Salim bin Abdullah As-Syatiri):”…..dulu saya punya kitab kafrawi syarah al-jurumiah yang penuh dengan air mata….. “ kerena sulitnya ilmu itu bagi beliau. Namun kemudian Allah SWT menganugerahi beliau ke-futuh-an.”….tatkala saya berada di Mekkah, semua risalah yang datang, saya taruh dibawah tempat tidur, saya berdo’a di Multazam agar Allah SWT membukakan bagi saya ilmu yang bermamfaat, dan agar ilmu saya menyebar di bumi barat dan timur, maka acap kali saya berdo’a dengan do’a ini, terlintas dalam benak, bahwa saya akan menjadi musafir yang pindah dari dari negeri satu kenegeri yang lain untuk mengajar umat akan tetapi berapa lama umur manusia untuk semua itu ?…”. Maka Allah SWT mengabulkan do’a beliau, Allah SWT memudahkan perjalan Rubath ini, sehingga datang kesana para penuntut ilmu dari penjuru dunia, mereka menjadi ulama, dan menyebarkan ilmu mereka masing-masing maka menyebarlah ilmu beliau (Habib Abdullah bin Umar As-Syatiri) di timur dan barat.

Sayyid Muhammad bin Salim bin Hafizd (salah seorang murid beliau) berujar:”……..Habib Abdullah bercerita kepada kami bahwa lama tidur beliau kala itu (selama balajar di Mekkah) tidak lebih dari 2 jam saja setiap harinya, beliau belajar kepada guru-gurunya sebanyak 13 mata pelajaran pada siang dan malam, serta menelaah kembali semua pelajaran itu (tiap hari)……”.

Selama kurang lebih lima puluh tahun beliau mengajar di Rubath Tarim (1314-1361 H) selama itu hanya enam jam beliau berada dirumah, sedang delapan belas jam dari dua puluh empat jam tiap hari, beliau berada di Rubath Tarim untuk mengajar dan memimpin halaqah-halaqah ilmiah, jumlah murid yang telah belajar di Rubath Tarim tak dapat diketahui secara pasti jumlahnya. Dalam biografi Habib Muhammad bin Abdullah Al-Hadar (salah seorang murid di Rubath Tarim) menyebutkan bahwa lebih dari 13.000 alim telah keluar dari Rubath Tarim Dibawah asuhan Habib Abdullah bin Umar As-Syatiri.


 Pengasuh IV

Al-Habib Hasan bin Abdullah bin Umar As-Syatiri.

 Pengasuh V

Al-Habib Salim bin Abdullah bin Umar As-Syatiri (pengasuh sekarang).

Luas Bangunan

Saat ini, bangunan Rubath Tarim yang luasnya sekitar 500 m persegi ini menampung pelajar dari berbagai belahan dunia terutama pelajar Indonesia yang hampir mendominasi warga Rubath Tarim.

Sistem Belajar

Sejak berdiri hingga sekarang (kurang lebih 121 tahun) pengajian di Rubath Tarim dilaksanakan dengan sistem halaqah yang dibimbing oleh para masyayikh. Klasifikasi ini disesuaikan dengan tingkatan masing-masing pelajar. Tiap halaqah mengkaji berbagai fan keilmuan tak kurang dari sepuluh halaqah sejak pagi hingga malam mengkaji ilmu-ilmu agama dan di ikuti oleh para pelajar dengan disiplin dan khidmat.


Kitab-Kitab Yang Dipelajari

Adapun kitab-kitab yang dikaji pada tiap halaqah disesuaikan dengan kemampuan (semacam tingkatan kelas), antara lain:
 Umdah
 Fathul mu’in
 Minhajut thalibin dan sarahnya
 Nahwu
 Fawaid sugra dan kabir
 Matan al-jurumiah
 Al-fushul alfikriah Fiqh
 Ar risalatul al jamiah
 Safinatun najah
 Mukhtasar shagir
 Mukhtasar kabir
 Abi suja’
 Fathul qarib
 Zubad

 Mutammimah
 Qatrun nada
 Syaddzu adzhab
 Alfiah Ibnu Malik
 Zawaid (tambahan) alfiah Ibnu Malik
Setelah menamatkan kitab-kitab diatas para pelajar melanjutkan pada materi-materi lain, seperti Hadist, Tafsir, Usul fiqh.

Waktu Belajar

Para pengurus Rubath Tarim memperhatikan semua aktifitas pelajar dengan secara cermat. Jadual rutinitas keseharian para pelajar dimulai sejak sebelum shalat subuh dengan melaksanakan shalat tahajud, dilanjutkan shalat subuh berjamaah dimesjid Babthoin, disertai pembacaan aurad.

Baru kira-kira pukul 05.00 s.d 07.00 pagi, digelar pengajian nahwu atau lebih akrab disebut dars nahwu. Setelah itu para pelajar dipersilahkan makan pagi. Pada jam 07.30 dilaksanakan mudzakarah tiap halaqah selama sekitar setengah jam untuk persiapan pengajian yang akan di pelajari bersama masyayikh yaitu hafalan matan sampai pukul 09.00.

Selam tiga jam berikutnya adalah waktu istirahat hingga dzuhur, setelah menunaikan shalat dzuhur diadakan hizb (tadarus) Al-Qur’an selama setengah jam. Setelah itu para pelajar dianjurkan tidur siang untuk persiapan mengaji pada sore hari.

Pada pukul 15.00 setelah shalat ashar berjamaah, semua pelajar mengaji tiap halaqah sampai pukul 17.00, setelah shalat magrib dilanjutkan dengan hizb (tadarus) Al-Qur’an dan pengajian halaqah sampai pukul 20.15. Setelah makan malam para pelajar diharuskan mengikuti halaqah selama setengah jam untuk persiapan pelajaran pagi.


Staf Pengajar

1. Al-Habib Salim bin Abdullah bin Umar As-Syatiri
2. Syekh Abu Bakar Muhammad Balfaqih
3. Syekh Umar Abdurrahman Al-Atthas
4. Syekh Abdullah Abdurrahman Al-Muhdhar
5. Syekh Muhammad Ali Al-Khatib
6. Syekh Muhammad Ali Baudhan
7. Syekh Abdullah Umar bin Smith
8. Syekh Abdurrahman Muhammad Al-Muhdhar
9. Syekh Hasan Muhsin Al-Hamid
10. Syekh Abdullah Shaleh Ba’bud
11. Syekh Muhammad Al-Haddad
12. Syekh Abdullah Umar Bal Faqih
Selain para masyayikh diatas, para senior juga diwajibkan membimbing halaqah tingkat bawahnya.

Fasilitas-Fasilitas

 50 kamar
 Wartel
 Toserba
 Perpustakaan


Biaya-Biaya yang diperlukan dalam pendaftaran

a. bulanan selama satu tahun sebesar USD $ 240,-
b. Jaminan tiket pulang sebesar USD $ 500,-
c. Iqamah pertahun sebesar Ry 4000,-

 Untuk keterangan lebih lanjut bisa menghubungi :
 Al-Habib Abdurrahman bin Syekh Al-Atthas
d.a. P.T. Barfo Mahdi
Jl. Asem Baris Raya, No: 3 - Kebun Baru – Tebet – Jakarta
Telp: - Kantor: (0062)(21)8303762
830244
- Rumah: (0062)(21)8354445
 Alhabib Ali Hasan Al-Kaff, beralamatkan:JL.HasanuddinHM/
P.Samudera. No:12/4, Rt15, Banjarmasin P.O.Box:70111
Tel/Fax : (0062)(511)58472
Hp : (0062)8152119158

Penutup

Sebagian ulama Yaman yang telah belajar di Rubath Tarim, juga yang berasal dari luar negeri, antara lain:
 Al-Imam Syaikhul Islam Al-Habib Muhammad bin Abdullah Al-Haddar (1340-1418 H), mufti muhafazd propinsi Baidha, Yaman dan pendiri Rubath Al-Haddar lil ulumus Syariat.
 Al-Allamah Habib Hasan bin Ismail bin Syekh, pendiri Rubath Inat Hadramaut.
 Al-Allamah Al-Habr, pejabat qadhi as-syar’i Baidha, Habib Muhammad bin Husien Al-Baidhawi.
 Al-Habib Abdullah bin Abdurrahman Ibn Syekh Abu Bakar bin Salim, pendiri Rubath Syihir.
 Al-Habib Husien Al-Haddar, ulama besar kelahiran Indonesia dan meninggal di Mukalla Hadramaut.
 Al-Habib Muhammad bin Salim Bin Hafizd Ibn Syekh Abu Bakar bin Salim, pengarang dari berbagai kitab figh dan faraid ayah dari Al-Habib Ali Masyhur bin Hafizd dan Al-Habib Umar bin Hafizd pendiri ma’had Dar Al-Musthafa Tarim Hadramaut.
 Al-Habib Al-Wara’ As-Shufi Ahmad bin Umar As-Syatiri, pengarang kitab Yakutun nafis, Nailurraja’ syarah Safinatun naja’ dan sebagainya.
 Al-Habib Muhammad bin Ahmad As-Syatiri, pengarang kitab Syarah yakutun nafis, Mandzuma Al-Yawaqit fifanni Al-Mawaqit (ilmu falaq), kitab Al-Fhatawa Al-Muassyirah dan sebagainya.
 Al-Allamah Syekh Muhammad bin Salim Al-Baihani, pendiri ma’had Al’ilmi, Aden.
 Al-Allamah Habib Muhammad bin Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi, Jakarta, Indonesia.
 Al-Wajih An-Nabil Al-Habib Abdul Qadir bin Ahmad Balfaqih (wafat tahun 1381 H), pengasuh ma’had Darul Hadist Al-Faqihiyyah, Malang, Indonesia.
 Al-Faqih An-Nabil pejabat qadhi as-syar’i Banjarmasin Syekh Ahmad Said Ba Abdah.
 Habib Abdullah Al-Kaff, Tegal, Indonesia.
 Habib Ahmad bin Ali Al-Attash, pekalongan.
 Habib Abdurrahman bin Syekh Al-Attash, Jakarata.
 Habib Abdullah Syami Al-Attash, Jakarta.
 Syekh Al-Allamah Umar Khatib, Singapura.
 Habib ‘Awad Ba ’Alawi, sesepuh ulama singapura.
 Syekh Abdurrahman bin Yahya, qadhi Kelantan, Malaysia.
 Sayyid Al-Muhafizd Al-Majid Al-Adib Hamid bin Muhammad bin Salim bin Alwi As-Sirri, pengajar di Rubath Tarim dan Jam’iyatul Al-Haq di kota yang sama, kemudian pindah dan mengajar di Malang, Indonesia.
 Habib Alwi bin Thohir Al-Haddad, Mufti Johor, Malaysia.

Dan banyak lagi para ulama yang telah belajar di Rubath Tarim ini, yang tak mungkin disebutkan nama nama mereka yang mencapai ribuan. Habib Alwi bin Muhammad bin Ahmad Al-Muhdhar di Indonesia, berujar:”…tak kutemukan satu daerah atau pulau di Indonesia yang saya masuki, kecuali saya dapati orang orang yang menyebarkan ilmu disana adalah alumni Rubath Tarim ini atau orang yang belajar kepada orang yang telah belajar disini…”.

Habib Musthafa bin Ahmad Al-Muhdar menulis pada sebagian surat beliau kepada ahli Tarim:”….Ilmu As-Syatiri (Habib Abdullah bin Umar As-Syatiri) teruji dengan penyebarannya menyebar kesegala penjuru, dari daerah yang satu kedaerah yang lain, menyebar ke Hindia, China, negara-negara Arab, Somalia, Malabar, dan sebagainya….”.

Sayyid Muhammad bin Salim bin Hafizd menambahkan:”…..(Habib Abdullah As-Syatiri) berhak mengatakan jika beliau mau sebagaimana yang dikatakan Imam Abi Ishaq As-Syairozi tatkala memasuki Khurasan,”tak aku dapati disatu kota pun dari kota-kota disana, Qadhi atau Alim kecuali dia adalah muridku atau murid dari muridku……..”

Demikian lah sekelumit sejarah Rubath Tarim yang panjang dan agung, yang telah belajar disana beribu-ribu ulama, al-allamah, faqih, mufti, qadhi, syair bahkan para aulia Allah SWT. Dan saat ini Rubath Tarim telah memasuki usia yang ke-121 tahun, ratusan pelajar dari Yaman, Indonesia, Malaysia, Singapura, Tanzania, Afrika, dan sebagainya tengah menimba ilmu di sana, di bawah asuhan Al-Allamah Habib Salim bin Abdullah As-Syatiri.

Allahumma ya Man waffaqa ahla khoir li khoiri wa a’annahum ‘alaihi, waffiqna lil khoiri wa a’innaa ‘alaihi, Amin.

Hb. Abdul Rahman Bukit Duri

Habib Abdur Rahman bin Ahmad bin Abdul Qadir as-Seggaf rahimahUllah adalah seorang ulama dan waliyUllah yang dilahirkan di Cimanggu, Bogor pada tahun 1908. Beliau yang mesra dengan dipanggil sebagai "walid", adalah seorang anak yatim yang miskin di mana ayahanda beliau al-Habib Ahmad as-Seggaf wafat ketika beliau masih kecil. Namun kemiskinan tidak menghalang beliau untuk menuntut ilmu pengetahuan dan menguasainya. Beliau menimba ilmu di Jami`at al-Khair, di samping dengan para ulama di tempatnya. Antara guru beliau adalah Habib 'Abdullah bin Muhsin al-'Aththas (Habib Keramat Empang Bogor), Habib 'Alwi bin Thohir al-Haddad (mantan Mufti Johor), Habib 'Alwi bin Muhammad bin Thohir al-Haddad, Habib 'Ali bin Husain al-'Aththas (Habib Ali Bungur), Habib 'Ali bin Abdul Rahman al-Habsyi (Habib Ali Kwitang), KH Mahmud Betawi dan KH 'Abdullah bin Nuh, rahimahumUllahu jami`an.

Habib 'Abdur Rahman mempunyai kecintaan yang luar biasa kepada ilmu. Beliau sanggup menjalani perjalanan yang jauh dan sukar semata-mata untuk menghadiri majlis-majlis ilmu. Semasa menuntut ilmu, Habib Abdur Rahman sangat tekun dan rajin, itulah sebabnya beliau mampu menyerap ilmu yang diajarkan guru-gurunya. Ketekunannya yang luar biasa menjadikan beliau menguasai semua bidang ilmu agama. Justru itu, beliau amat disayangi para gurunya dan menjadi kebanggaan mereka.

Setelah mencapai usia dewasa, Habib Abdur Rahman diberi kepercayaan menjadi tenaga pengajar di madrasahnya. Disinilah bakat dan keinginannya untuk mengajar semakin menyala. Beliau menghabiskan waktunya untuk mengajar. Dan hebatnya, Habib Abdur Rahman ternyata tidak hanya piawai dalam ilmu-ilmu agama, tapi bahkan juga pernah mengajar atau lebih tepatnya melatih bidang-bidang yang lain. Belakangan beliau berpindah ke Bukit Duri dan berbekal pengalaman yang luas, beliau pun mendirikan madrasah sendiri yang dinamakan Madrasah Tsaqafah Islamiyyah, yang hingga sekarang masih ada di Bukit Duri, Jakarta.

Sebagai ulama sepuh yang sangat alim, beliau sangat disegani dan menjadi contoh tauladan. layak diteladani. Selain gigih mendidik dan mengajar, beliau juga produktif menulis. Kitab-kitab karyanya tidak sebatas satu macam ilmu agama, melainkan juga mencakup berbagai macam ilmu, mulai dari Tauhid, Tafsir, Akhlaq, Fiqih hingga Sastra. Bukan hanya dalam bahasa Arab, tapi juga dalam bahasa Melayu dan Sunda yang ditulis dengan huruf Arab - dikenal sebagai huruf Jawi atau pegon. Antaranya karya beliau adalah:-
(i) Hilyatul Janan fi Hadyil Qur`an;
(ii) Safinatus Sa`id;
(iii) Misbahuz Zaman;
(iv) Bunyatul Ummahat;
(v) Untaian Syair Bunga Melati;
dan lain-lain lagi.
Pada hari Isnin 7 Rabi`ul Awwal 1428H / 26 Mac 2007, Habib 'Abdur Rahman telah kembali ke rahmatUllah dalam usia sepuh. Dan keesokan harinya jenazah beliau diiringi lautan pelayat d dikebumikan di belakang makam guru beliau, Habib 'Abdullah bin Muhsin al-'Aththas. Moga rahmat Allah sentiasa dilimpahkan atas beliau ... al-Fatihah.


************************************************
Cuplikan dari "Untaian Syair Bunga Melati".

Puji dan syukur Lillahi Akbar
Atas nikmatnya kecil dan besar
Sholawat akmal beserta salam
Di atas Nabi Pelita Alam

Dan atas keluarganya Nabi
Fathimah, Hasan, Husein dan Ali
Dan turunannya Hasan dan Husein
Hingga kiamat beserta Qur`an

Sebelum sesuatu terjadi
Allah jadikan cahyanya Nabi
Allah jadikan dari cahya-Nya
Nur Nabi Muhammad kekasih-Nya

Dan segenap para Nabi
Dijadikan dari cahaya Nabi
Demikian pun Arsy dan Kursi
Loh, Qalam, Syurga, Bidadari

Dan langit, bumi, bulan dan bintang
Dan matahari yang sangat terang
Dan lain-lain makhluknya Rabbi
Asal mula dari cahaya Nabi

Jika tak kerna wujudnya Nabi
Tak ada Syurga dan Bidadari
Tak ada Arsy, Loh dan Qalam
Tak ada Kursi tak ada alam

Tak ada dunia, langit dan bumi
Tak ada bulan, bintang dan matahari
Tak ada malam, tak ada siang
Tak ada gelap, tak ada terang

Tak ada manusia dan hewan
Tak ada emas, perak, intan, berlian,
Seluruh itu Allah siapkan
Kerna Nabi akan dizahirkan

Dizahirkan Nabi kerna rahmat
Bagi seluruh alam dan umat

Hayatul Anbiya` - Fatwa al-Baarizi

Imamul Fuqaha`, Syaikhul Islam, Syarafuddin, HibatUllah bin 'Abdur Rahim bin Ibrahim al-Baarizi adalah seorang ulama terkemuka bermazhab Syafi`i. Beliau dilahirkan di Hamah pada 27 Ramadhan 645H dan dibesarkan dalam keluarga ilmuwan. Ayahanda beliau, Abdur Rahim digelar sebagai Najmuddin, adalah seorang qadhi. Begitulah juga dengan datuk beliau, Ibrahim yang diberi gelaran Syamsuddin. Pendidikan awalnya diperolehi daripada ayah dan datuknya tersebut. Kemudian, beliau turut belajar dengan ramai ulama terkemuka, antaranya Syaikhul 'Iraq Abil 'Abbas Ahmad bin Ibrahim al-Faarutsi, al-Muhaddits Ibrahim bin 'Abdullah al-Armuni, al-Muhaddits Muhammad bin 'Abdul Mun`im, Syaikhul Qurra` Muhammad bin Ayyub al-Tadzafi dan Hujjatul 'Arab Muhammad bin 'Abdullah bin Malik ath-Tho-ie.

Imam al-Baarizi menekuni jalan ilmu dan menyebarkannya. Kealiman beliau diakui umat sezaman dengannya dan ramai pelajar datang untuk belajar dengan beliau. Di antara murid beliau ialah Qadhi Qudhah Ismail bin Muhammad al-Lakhmi an-Andalusi al-Maliki, al-Faqih Muhammad bin Muhammad al-Maushili, Syaikh 'Umar bin Ibrahim al-'Ajmi al-Halabi, al-Hafiz al-Barzali, al-Hafiz adz-Dzahabi, al-Mu`arrikh Ibnul Wardi, Imam Taqiyuddin as-Subki dan ramai lagi. Bahkan menurut Imam Ibnu Hajal al-`Asqalani, Imam as-Sakhawi pernah mengutus beberapa pertanyaan kepada Imam al-Baarizi dan beliau telah memberikan jawapannya yang kemudiannya dicatat oleh Imam as-Sakhawi dalam karya-karya beliau.

Pada tahun 675H, Imam al-Baarizi telah dilantik menjadi qadhi Hamah., jawatan yang dipegangnya selama 40 tahun. Tugas sebagai qadhi dilaksanakannya dengan menuruti sunnah Junjungan Nabi SAW dengan penuh amanah dan adil. Beliau menolak upah atau gaji yang diberikan kepadanya sebagai seorang qadhi dan memilih untuk hidup zuhud dengan menjauhi segala perhiasan duniawi. Beliau mempunyai kegemaran membaca dan mengumpul berbagai jenis kitab, bahkan dikatakan bahawa tiada siapa yang memiliki koleksi kitab sepertinya. Setelah beliau wafat, kitab-kitabnya diwakafkan bagi penuntut ilmu dan dianggarkan nilainya berjumlah 100,000 dirham.

Imam al-Baarizi meninggalkan banyak karya tulis dalam bidang fiqh, tauhid, hadits, qiraah dan sebagainya. Qadhi Safadi Syamsuddin Muhammad bin 'Abdur Rahman al-'Uthmani dalam tabaqatnya menyebut bahawa Imam al-Baarizi menulis lebih dari 70 buah kitab. Di antara karya beliau adalah:-
  1. al-Asas fi Ma'rifah Ilahin Naas;
  2. Badi`ul Qur`an;
  3. Asrarut Tanzil;
  4. an-Nasikh wal Mansukh;
  5. al-Bustan fi Tafsiril Qur`an;
  6. al-Faaridah al-Baariziyyah fi Syarhi asy-Syathibiyyah;
  7. Tautsiqu 'Ural Imaan fi Tafdhil Habibir Rahman;
  8. al-Wafa` fi Ahaditsil Musthofa;
  9. al-Mujarrad minal Musnad;
  10. at-Tamyiz;
  11. Nadzam al-Hawi ash-Shoghir;
  12. Syarah al-Hawi ash-Shoghir.
Imam al-Baarizi dikurniakan umur yang panjang lagi berkat. Beliau wafat pada malam Rabu tanggal 20 haribulan Dzul Qa`idah, 738H dalam usia 93 tahun. Semoga Allah mencucuri rahmat ke atasnya sepanjang masa dan ketika. .... al-Fatihah.

Imam al-Baarazi rahimahUllah telah ditanyai berhubung Junjungan Nabi SAW, samada baginda hidup (yakni dengan kehidupan barzakhiyyah) selepas kewafatan baginda. Beliau menjawab soalan tersebut dengan katanya:-

Sesungguhnya baginda SAW itu hidup (yakni dengan kehidupan barzakhiyyah yang sempurna). Telah berkata al-Ustaz Abu Manshur 'Abdul Qaahir bin Thohir al-Baghdaadi, seorang yang faqih lagi ahli ushul, syaikhnya para pengikut mazhab asy-Syafi`iyyah: "Ulama ahli kalam yang benar daripada kalangan sahabat kami (yakni daripada kalangan ulama asy-Syafi`iyyah) berpendapat bahawa Junjungan Nabi kita SAW hidup selepas kewafatan baginda, baginda bergembira dengan ketaatan umatnya dan bersedih dengan maksiat yang dilakukan oleh para penderhaka daripada kalangan umatnya. Bahawasanya disampaikan kepada baginda akan sholawat yang diucapkan kepada baginda oleh umatnya. Sesungguhnya para nabi itu (yakni jasad mereka) tidak punah binasa dan tidak sedikit pun dimakan tanah. Nabi Musa AS telah wafat pada zamannya dan Junjungan Nabi SAW telah mengkhabarkan yang baginda sesungguhnya telah melihatnya di dalam kuburnya menunaikan sholat. Disebut dalam hadits mi'raj bahawa Junjungan Nabi SAW melihat Nabi Musa AS di langit ke-4, baginda juga melihat Nabi Adam AS di langit dunia dan melihat Nabi Ibrahim yang mengucapkan "Selamat datang, wahai anak dan nabi yang sholeh" kepada baginda. Maka bersandarkan kepada asas yang shohih kami menyatakan bahawa Junjungan Nabi kita Muhammad SAW adalah hidup setelah kewafatan baginda dan tetaplah baginda atas maqam kenabiannya. " - tamat perkataan al-Ustaz. Telah berkata al-Hafiz, Syaikhus Sunnah Abu Bakar al-Baihaqi dalam kitab "al-I'tiqad":- "Para nabi 'alaihimus sholatu was salam setelah diwafatkan, dikembalikan roh mereka dan adalah mereka di sisi Tuhan seperti orang-orang yang mati syahid. Junjungan Nabi SAW telah melihat sebahagian daripada mereka dan baginda telah mengimamkan mereka dalam sembahyang. Telah diberitakan daripada riwayat yang benar bahawasanya sholawat kita dibentangkan kepada baginda dan salam kita disampaikan kepadanya. Sesungguhnya Allah ta`ala telah mengharamkan bumi dari memakan jasad para nabi. Kami telah menulis satu kitab yang khusus bagi mentsabitkan kehidupan mereka (setelah wafat)......"
Oleh itu, janganlah pula kita yang mematikan hubungan kita dengan Junjungan Nabi SAW. Berusahalah agar baginda sentiasa hidup dalam diri, hati dan jiwa kita sentiasa. Biarlah berderai air mata kita tatkala mengucapkan salam dan sholawat atas baginda, kerana pasti ianya diketahui dan disampaikan kepada baginda dan percayalah baginda pasti akan membalas kebaikan dengan kebaikan. Baginda terlalu mulia dan tinggi untuk melupai kebaikan seseorang walaupun kebaikan itu sebenarnya tiada nilai sekupang pun. Syafaat ... Syafaat Ya RasulAllah.

Habib Sangeng al-Haddad

Beliau adalah Habib 'Abdullah bin 'Ali bin Hasan bin Husain bin Ahmad bin Hasan bin Shohibur Ratib Habib 'Abdullah al-Haddad.

Dilahirkan pada tanggal 2 Shafar al-Khair 1261H di Kota Hawi, Tarim, Hadhramaut. Habib 'Abdullah bin 'Ali al-Haddad @ Habib Sangeng lahir dalam keluarga yang kuat berpegang dengan agama, keluarga keharuman ahlul bait dan kewalian semerbak mewangi. Sejak kecil lagi beliau dididik dan diasuh sendiri oleh ayahanda beliau sehingga dalam usia kecil tersebut beliau telah hafal al-Quran.

Kemudian beliau berguru pula dengan berbilang ulama besar di Hadhramaut, antara guru beliau adalah:-
  1. Habib 'Abdur Rahman al-Masyhur, mufti Hadhramaut, pengarang kitab "Bughyatul Mustarsyidin";
  2. Habib 'Umar bin Hasan al-Haddad;
  3. Habib 'Aidrus bin Umar al-Habsyi, pengarang "Iqdul Yawaaqit";
  4. Habib Muhsin bin 'Alwi as-Saqqaf;
  5. Habib Muhammad bin Ibrahim BilFaqih;
  6. Habib Thahir bin 'Umar al-Haddad;
  7. Syaikh Muhammad bin 'Abdullah BaSaudan;
  8. Habib Ahmad bin Muhammad al-Muhdhar;
Pada tahun 1295 H, berangkatlah beliau menuju ke Haramain untuk menunaikan ibadah haji. Di kota Makkah, beliau tinggal di kediaman Al-Habib Muhammad bin Husain al-Habsyi, ayahanda Shohibul Mawlid Habib 'Ali bin Muhammad al-Habsyi, yang berada di daerah Jarwal. Di sana keduanya saling mengisi dengan membaca bersama-sama kitab-kitab agama. Pada saat di kota Madinah, beliau bertemu dengan Asy-Syaikh Muhammad Abdul Mu''thi bin Muhammad Al-'Azab, seorang faqih dan pakar bahasa dan kesusasteraan Arab, serta pengarang kitab Mawlid al-'Azab. Di sana juga keduanya saling mengisi dengan saling memberikan ijazah. Di Kota Madinah juga, kemuliaan dan ketinggian maqam beliau tersingkap apabila Mufti Haramain, Sayyid 'Umar Syatha datang kepada beliau dan sangat-sangat memuliakan beliau. Diceritakan bahawa sebelumnya, Sayyid 'Umar telah bermimpikan Junjungan Nabi SAW yang memerintahkan beliau untuk menziarahi Habib 'Abdullah bin 'Ali al-Haddad dan Junjungan SAW turut memaklumkannya bahawa Habib 'Abdullah al-Haddad ini adalah cucu baginda yang sebenar.

Pada tahun 1297 H, beliau melakukan hijrah dalam rangka berdakwah ke negeri Melayu. Tempat awal yang beliau tuju adalah Singapura, kemudian beliau menuju ke Johor. Di Johor beliau tinggal selama 4 tahun. Setelah itu beliau meneruskan perjalanan dakwahnya ke pulau Jawa. Sampailah beliau di daerah Betawi. Beliau lalu meneruskan perjalanan ke kota Bogor, Solo dan Surabaya. Beliau tidak tertarik tinggal di kota-kota tersebut, walaupun diajak penduduk setempat untuk menetap di kotanya.

Sampai akhirnya pada tahun 1301 H, tepatnya akhir Syawal, beliau tiba di kota Bangil. Disanalah beliau menemukan tempat yang cocok untuk menetap dan berdakwah. Mulailah beliau membuka majlis taklim dan rauhah di kediaman beliau di kota Bangil. Beliau juga mengembangkan dakwah Islamiyyah di daerah-daerah lain di sekitar kota Bangil. Di sana juga beliau mengamalkan ilmunya dengan mengajar kepada murid-murid beliau. Keberadaan beliau di kota Bangil banyak membawa kemanfaatan bagi masyarakat di kota tersebut. Tidak jarang pula, masyarakat dari luar kota datang ke kota itu dengan tujuan untuk mengambil manfaat dari beliau. Di antara murid-murid beliau yang menjadi ulama dan kiyai besar adalah:-
  1. Kiyai Kholil Bangkalan;
  2. Kiyai Zayadi;
  3. Kiyai Husein;
  4. Kiyai Mustafa;
  5. Kiyai Muhammad Thahir;
  6. Habib Muhammad bin Ahmad al-Muhdhar;
  7. Habib 'Alwi bin Muhammad al-Haddad;
  8. Habib 'Ali bin Abdur Rahman al-Habsyi (Habib Ali Kwitang);
  9. Habib Ahmad bin Muhsin al-Haddar.
Beliau juga ada mengarang beberapa karya tulis, antaranya:-
  1. Hujjatul Mukminin fit Tawassul bi Sayyidil Mursalin;
  2. Maulidil Haddad, nazam maulid Junjungan Nabi SAW.
Habib 'Abdullah bin Ali al-Haddad adalah seorang yang sangat pemurah dan sangat memperhatikan para fakir miskin. Bahkan setelah bermastautin di Kota Bangil, beliau bukan sahaja menyara keluarga dan murid-muridnya bahkan puluhan lagi keluarga miskin yang berada di sekitarnya dibiayai belanja mereka pada setiap bulan. Dan sering pada waktu malam, ketika orang tidur, beliau akan meronda sekitar Kota Bangil untuk mencari orang yang perlukan bantuan.

Habib 'Abdullah adalah seorang yang tidak suka dengan kemasyhuran. Beliau tidak suka difoto atau dilukis. Beberapa kali dicoba untuk difoto tanpa sepengetahuan beliau, tetapi foto tersebut tidak jadi atau rusak. Beliau adalah seorang yang mempunyai sifat tawadhu. Beliau selalu menekankan kepada para muridnya untuk tidak takabur, sombong dan riya. Dakwah yang beliau jalankan adalah semata-mata hanya mengharapkan keridhaan Allah Azza wa Jalla. Dan inilah bendera dakwah beliau yang tidak lain itu semua mengikuti jalan yang telah ditempuh oleh para pendahulunya.

Pada hari Jum'at, 15 Shafar 1331 H, sesudah melaksanakan shalat Ashar, berpulanglah Habib 'Abdullah bin 'Ali al-Haddad kepada Tuhan Rabbul Alamin dengan amal baik beliau yang beliau tanam semasa hidupnya. Beliau disemadikan di daerah Sangeng, Bangil. Moga-moga Allah meredhai dan merahmatinya sentiasa dan menghubungkan keberkatan beliau kepada kita sekalian.... al-Fatihah.


*********************************************
Qasidah karangan Habib Sangeng
Dikatakan bahawa bait-bait istighatsah ini adalah mujarrab sebagai wasilah untuk menarik rezeki, menyembuhkan penyakit, menolak bala`, fitnah, pancaroba, wabak dan kejahatan musuh. Boleh dibaca setiap malam selepas membaca ratib.

Allah Tiada Bertempat - Fatawa Fathaniyah

Kita selaku pengikut Ahlus Sunnah wal Jama`ah beri'tiqad dan menyakini bahawa Allah SWT tidak perlu kepada tempat yang merupakan makhluk yang Dia cipta. Maha Suci Allah daripada mengambil faedah daripada ciptaanNya dan Maha Suci Allah daripda mengambil tempat.

Syaikh Wan Ahmad al-Fathani rahimahUllah ditanya orang sebagai berikut:-

(Masalah) Apa kata kamu pada barang yang telah banyak jatuhnya daripada awam, iaitu apabila ditanyakan setengah mereka itu: "Adakah bagi engkau Tuhan?" Menjawab ia: "Ada." Maka ditanyakan: "Apa dalil adaNya?" Katanya: "Langit dan bumi ini." Dan ditanyakan: "Di mana duduk Tuhan?" Katanya: "Tiada tahu di luar alamkah atau di dalamnya, di atasnya kah atau di bawahnya."

(Jawab) Alhamdulillah wa shallaAllahu 'ala Sayyidina Muhammad wa aalihi wa shahbihi wa sallam. Allahumma hidayatan lish showab, Rabbi zidni `ilman. Bermula jawab orang yang 'aami, tatkala ditanyakan dia di mana Tuhan duduk { "Tiada aku tahu di luar alamkah atau di dalamnya, di atasnya kah atau di bawahnya" } itu, tiada jadi murtad ia dengan sebabnya dan tiada pula haram atasnya kerana muwafaqah perkataannya dengan sebenar, iaitu bahawasanya Allah ta`ala itu tiada bagiNya tempat kerana bersifatNya subhanahu wa ta`ala dengan bersalahanNya bagi segala yang baharu, dan lazim daripada ketiadaan tempat bagiNya itu bahawa tidak diketahuikan tempat bagiNya sekali-kali. Dan bahawa tiada diketahui akan keadaanNya di atas sesuatu atau di bawahnya dan di luar sesuatu atau di dalamnya, maka iaitulah makna katanya: "Tiada aku tahu." WaAllahu a'lam.

- Al-Fatawal Fathaniyah, jilid 1, halaman 2 - 3.

Fatwa Mawlid - Abu Zur`ah

Imam al-Faqih al-Ushuli al-Mutafannin al-Hafiz al-Muhaqqiq ًWaliyuddin Abu Zur`ah Ahmad bin al-Hafiz al-Kabir Abi al-Fadhl Zainuddin 'Abdur Rahim bin al-Husain al-'Iraqi rahimahumUllah adalah salah seorang ulama besar bermazhab Syafi`i. Beliau dilahirkan pada bulan DzulHijjah tahun 762H. Didikan agama diperolehinya daripada ayahandanya sendiri yang juga seorang ulama besar yang mempunyai berbagai karangan. Selain itu, beliau juga melazimi pengajian ulama - ulama lain antaranya Imam al-Bulqini, Imam al-Burhan al-Abnaasi, Imam Sirajuddin Ibnu Mulaqqin @ Ibnu an-Nahwi asy-Syafi`i, Imam adh-Dhiya` al-Qazwini dan lain-lain lagi. Beliau mengarang banyak kitab dalam berbagai lapangan ilmu pengetahuan. Antara karya beliau:-
  1. Syarah al-Bahjah;
  2. Syarah Sunan Abi Dawud;
  3. Mukhtashar al-Muhimmat;
  4. Syarah Jam`ul Jawaami' fil Ushul;
  5. Syarah Nadzam al-Baidhawi;
  6. Syarah Taqrib al-Asaanid;
  7. Hasyiah 'ala al-Kasysyaf.
Apabila al-Imam al-Jalal al-Bulqini rahimahUllah wafat pada tahun 824H, maka Imam Abu Zur`ah telah diangkat menjadi qadhi Mesir menggantikannya. Imam Abu Zur`ah sendiri wafat dalam bulan Sya'ban tahun 826H, rahimahUllah.

Imam al-Habib 'Alawi bin Ahmad bin al-Hasan bin Shohibur Ratib al-Qutb al-Habib 'Abdullah al-Haddad rahimahumUllah menulis dalam syarahnya bagi "Ratib al-Haddad", halaman 91 bahawa Imam Abu Zur`ah pernah ditanya mengenai hukum mengadakan sambutan Mawlidin Nabi SAW. Adakah ianya mustahab atau makruh dan apakah ada warid ianya dilakukan oleh generasi salaf terdahulu yang menjadi ikutan umat? Maka beliau, rahimahUllah menjawab sebagai berikut:-

Membuat walimah (kenduri) dan memberikan jamuan makanan adalah sesuatu yang mustahab dilakukan pada bila-bila masa sahaja. Apatah lagi jika ianya disertai kegembiraan atas zahirnya nur an-nubuwwah pada bulan yang mulia ini. Walaupun generasi salaf tidak diketahui melakukan walimah yang sedemikian, namun keadaannya sebagai suatu bid`ah tidaklah memestikan yang ianya dianggap sebagai sesuatu yang dibenci (bid`ah makruhah). Betapa banyak bid`ah yang mustahabbah, bahkan yang dianggap sebagai wajib, apabila ianya tidak dicampuri oleh sesuatu mafsadah.
Jadi jelaslah menurut pandangan Imam Abu Zur`ah, mengadakan kenduri untuk memperingati mawlid Junjungan Nabi SAW adalah suatu bid`ah yang mustahab. Kenduri-kenduri mawlid ini walaupun tidak pernah dikerjakan oleh generasi salaf terdahulu adalah dibenarkan dengan syarat ianya bersih dari perbuatan-perbuatan yang mendatangkan fasad dan kerosakan menurut hukum syarak yang mulia. Maka amat kejilah fatwa songsang zaman ini yang menghukumkan orang-orang yang mengadakan majlis mawlid Nabi SAW sebagai bid`ah yang munkar, sedangkan dalam majlis tersebut tiada perbuatan yang menyalahi syarak. Eloklah kita campakkan sahaja fatwa karut tersebut dan berpeganglah kepada fatwa para ulama kita terdahulu. Bid`ah pun bid`ahlah asalkan bid`ah hasanah.

"MAJELIS RASULULLAH SAW"

"MAJELIS RASULULLAH SAW"









"PERADABAN BARU ISLAM (FITRAH MANUSIA)"

Seaching Blog