Senin, 19 September 2011

Pesan Buya Hamka dan M Natsir: “Jangan Takut Menegakkan Syariat Islam!”

Isu Negara Islam Indonesia, radikalisme, dan terorisme yang ditayangkan hampir setiap hari di media massa nasional setidaknya mampu membentuk opini di masyarakat—khususnya mereka yang awam terhadap gerakan Islam, untuk mencurigai setiap hal yang berkaitan dengan aktivitas keislaman. Di kampung-kampung, pasca hebohnya pemberitaan tentang NII, masyarakat menaruh kecurigaan terhadap gerakan-gerakan yang selama ini menuntut diberlakukannya sistem Islam dalam pemerintahan, tegaknya syariat Islam, dan menuntut dihentikannya kezhaliman global yang dipertontonkan AS dan sekutu-sekutunya. Apalagi, dalam pemberitaan selalu digambarkan bahwa mereka yang terlibat dalam NII dan terorisme menggunakan atribut-atribut seperti jilbab panjang dan bercadar bagi perempuan, celana cingkrang, berjanggut dan jidat hitam bagi laki-laki.
Tak hanya itu, isu ini juga sukses membuat aktivis parpol Islam sibuk menangkis tudingan bahwa mereka bukan bagian dari NII. Klarifikasi terhadap tudingan bahwa mereka bukan bagian dari NII sah-sah saja. Tapi, setidaknya klarifikasi itu tidak diiringi dengan kata-kata yang terkesan sok dan arogan, dengan mengatakan bahwa gagasan negara Islam adalah “ide kampungan”. Katakanlah tak setuju dengan ide negara Islam atau label negara Islam, setidaknya tak perlu mengeluarkan kata-kata yang terkesan arogan dan merasa paling paham soal konsep bernegara. Apalagi, isu NII ini kuat dugaan adalah rekayasa intelijen yang ingin memberangus ide-ide Islam.
Saat ini, umat dihadapkan pada elit-elit politik Islam yang terkesan mengidap inferiority complex alias minder dengan identitas Islam. Mereka selalu mengelak jika dituding ingin menegakkan syariat Islam. Seolah-olah syariat Islam adalah boomerang yang bisa menghancurkan karir politiknya, merusak reputasinya, bahkan menghambat laju popularitasnya. Islam tak lagi dianggap sebagai identitas yang menjual dalam panggung politik. Karena itu, bagi mereka politik identitas atau politik aliran sudah ketinggalan zaman. Koor ini disambut meriah oleh para politisi dan pengamat politik sekular. Gaung soal partai terbuka dianggap lebih modern dan tidak kampungan. Untuk terlihat matching sebagai partai terbuka dan modern, acara-acara pun diselenggarakan di hotel-hotel mewah. Logika sederhana mengatakan, di tengah umat yang dihimpit oleh kemiskinan, apakah pantas mengadakan acara bermegah-megahan?
Atas nama persatuan dan kesatuan, siasat politik dan toleransi, banyak elit-elit politik Islam yang menghindar jika dituding sebagai bagian dari kelompok yang mempunyai agenda penegakkan syariat Islam dalam konteks berbangsa dan bernegara. Seolah-olah “cap” sebagai penegak syariat akan melunturkan citra politiknya dan membuatnya terasing dari pentas politik.
Terkait dengan hal ini, Allahyarham Mohammad Natsir, tokoh Partai Masyumi, menyatakan,
“Orang yang tidak mau mendasarkan negara itu kepada hukum-hukum Islam dengan alasan tidak mau merusakkan hati orang yang beragama Islam, sebenarnya (dengan tidak sadar atau memang disengaja) telah berlaku zalim kepada orang Islam sendiri yang bilangannya di Indonesia 20 kali lebih banyak, lantaran tidak menggugurkan sebagaian dari peraturan-peraturan agama mereka (agama Islam). Ini berarti merusakkan hak-hak mayoritas, yang sama-sama hal itu tidak berlawanan dengan hak-hak kepentingan minoritas, hanya semata-mata lantaran takut, kalau si minoritas itu “tidak doyan”. Ini namanya “staatkundige”, demokrasi tunggang balik.”
Nasehat bagi mereka yang “takut atau terkesan malu-malu” untuk menegakkan syariat Islam juga disampaikan Buya Hamka. Dalam Tafsir Al-Azhar, Hamka menyatakan,
“Sebagai Muslim, janganlah kita melalaikan hukum Allah. Sebab, di awal surah Al-Maaidah sendiri yang mula-mula diberi peringatan kepada kita ialah supaya menyempurnakan segala ‘uqud (janji). Maka, menjalankan hukum Allah adalah salah satu ‘uqud yang terpenting diantara kita dengan Allah. Selama kita hidup, selama iman masih mengalir di seluruh pipa darah kita, tidaklah boleh sekali-kali kita melepaskan cita-cita agar hukum Allah tegak di dalam alam ini, walaupun di negeri mana kita tinggal. Moga-moga tercapai sekadar apa yang kita dapat capai. Karena Tuhan tidaklah memikulkan beban kepada kita suatu beban yang melebihi dari tenaga kita. Kalau Allah belum jalan, janganlah kita berputus asa. Dan kufur, zalim, fasiklah kita kalau kita pecaya bahwa ada hukum yang lebih baik daripada hukum Allah.
Jika kita yang berjuang menegakkan cita Islam ditanya orang, ‘Adakah kamu, hai umat Islam bercita-cita, berideologi, jika kamu memegang kekuasaan, akan menjalankan hukum syariat Islam dalam negara yang kamu kuasai itu? Janganlah berbohong dan mengolok-olokkan jawaban. Katakan terus terang, bahwa cita-cita kami memang itu. Apa artinya iman kita kalau cita-cita yang digariskan Tuhan dalam Al-Qur’an itu kita pungkiri?
Dan kalau ditanya orang pula, tidaklah demikan dengan kamu hendak memaksakan agar pemeluk agama lain yang digolongkan kecil (minoritas) dipaksa menuruti hukum Islam? Jawablah dengan tegas, “Memang akan kami paksa mereka menuruti hukum Islam. Setengah dari hukum Islam terhadap golongan pemeluk agama yang minoritas itu ialah agar mereka menjalankan hukum Taurat, ahli Injil diwajibkan menjalankan hukum Injil. Kita boleh membuat undang-undang menurut teknik pembikinannya, memakai fasal-fasal dan ayat suci, tapi dasarnya wajiblah hukum Allah dari Kitab-kitab Suci, bukan hukum buatan manusia atau diktator manusia. Katakan itu terus terang, dan jangan takut! Dan insflah bahwa rasa takut orang menerima hukum Islam ialah karena propaganda terus menerus dari kaum penjajah selama beratus tahun. Sehingga, orang-orang yang mengaku beragama Islam pun kemasukan rasa takut itu…” (Hamka, Tafsir Al-Azhar, Juz 6)
Demikian nasihat M Natsir dan Buya Hamka. Sebagai umat Islam, apalagi aktivis partai Islam, kita harus percaya diri bahwa Islamlah yang cukup dan cakap sebagai aturan dalam mengelola bangsa ini. Apalagi, cita-cita para as-saabiqunal awwalun bangsa ini dalam memerdekaan negeri ini adalah agar hukum Islam bisa ditegakkan, bukan hukum buatan manusia apalagi hukum buatan kolonial. Cita-cita menegakkan Islam harus terus disuarakan dan diperjuangkan. Karena, perjuangan menegakkan syariat Islam adalah perjuangan akidah, bukan perjuangan tawar menawar yang bisa dikompromikan. “Adalah satu hal yang sangat tidak bisa diterima akal; mengaku diri Islam, mengikut perintah Allah dalam hal sembahyang (shalat) tetapi mengikuti teori manusia dalam pemerintahan…” demikian ujar Buya Hamka. (aw)

Tanda Akhir Zaman: Syahidnya Usamah Bin Ladin, Zionisme Kristen, Dan Apokaliptisisme Amerika (III-Habis)

Hal yang membuat penulis semakin yakin bahwa peperangan antara Umat Isam yang diwakili Usamah dengan Pihak Kuffar Barat yang diwakili Israel dan Amerika adalah peperangan menuju akhir zaman adalah video Usamah bin Ladin seminggu sebelum Syahid.
Disitu Usamah bin Ladin memuji revolusi yang menyapu dunia Arab, dan menyerukan untuk lebih banyak "tiran" lagi yang harus digulingkan. Dengan lantang ia menyatakan bahwa Matahari revolusi telah meningkat dari Maghrib yang berasal dari lampu revolusi Tunisia.
Dalam rekaman itu, Usamah Bin Ladin juga mendukung upaya untuk menggulingkan pemimpin lain di dunia Muslim, menyerukan para pendukungnya untuk mengatur ruang operasi yang menindaklanjuti peristiwa dan bekerja secara paralel untuk menyelamatkan orang-orang yang berjuang untuk menurunkan tiran pemimpin-pemimpin Arab.
Pemimpin Arab memang akan menjadi batu sandungan bagi para Mujahidin. Tengoklah ucapan Majelis Syuro Saudi kepada Obama pada tanggal 2 April lalu, "Anda menginvasi Bahrain. Kami ambil alih Muammar Gaddafi di Libya." Ungkapan pendek ini merupakan inti dari pembicaraan yang dilakukan oleh administrasi Presiden AS Barack Obama dengan Parlemen Saudi. Bayangkan bagaimana Arab bersekongkol dengan Amerika untuk melumat Bahrain.
Dua sumber diplomatik di Amerika Serikat secara independen juga mengkonfirmasi bahwa Washington, melalui Menteri Luar Negeri Hillary Clinton, memberikan 'ACC' kepada Saudi Arabia untuk menginvasi Bahrain dan menghancurkan gerakan protes di negara tetangga mereka.
Mungkin pemimpin Saudi juga tidak sadar bahwa skenario melumat negaranya adalah bagian dari teologi mesianik Zionis. Madinah dianggap bagian dari Israel Raya karena pernah didiami oleh Yahudi Bani Nadhir dan Bani Qainuqo yang diperangi oleh Nabi Muhammad SAW.
Kasus ini terakhir terjadi saat Israel bersama Amerika melumat Irak. Jika Amerika mengambil limpahan minyak Irak di wilayah Utara, Israel lebih memilih mengambil sisi selatan dimana Situs Nebukadnezar pernah berdiri.
Bangsa Saudi selalu bertahan dengan dalih hadis dimana wilayah Madinah tidak akan dimasuki Dajjal. Namun mereka lupa, Dajjal, bukan saja tampilan fisik, tapi juga millah. Millah ini lah yang juga menjadi target Yahudi menghancurkan Saudi.
Jika anda ke Saudi saat ini, liberalisme sedang berlangsung hangat-hangatnya. Tentu miris di tengah negeri seperti Mesir yang menuydahi pemikiran Liberal dengan sukses mengusir para pemikir Liberal ke luar Mesir, di Saudi justru liberalisme sedang merekah.
Saudi punya seorang feminis Liberal seperti Nadine el-Bedair. Ia aktif melemparkan faham feminisme dan liberalisme. Sebagai wanita muda, ia rajin menulis di banyak tempat mulai dari Koran Saudi, ‘Okaz’, kemudian di majalah ‘al-Majallah’, dan surat kabar ‘al-Wathan’. Kemudian bekerja sebagai pembawa program ‘al-musawat’ (kesetaraan) di TV al-Hurrah (kebebasan).
Saudi juga punya Turki bin Abdul Aziz Al Saud, pangeran murni Kerajaan yang memiliki corak pemikiran liberal dengan merongrong legitimasi Undang-undang Islam. Dia memperingatkan bahwa keluarga kerajaan Saudi tidak lagi boleh memaksakan peraturan pada masyarakat atas hukum-hukum Islam yang diadopsi di negara itu. Bagi sang pangeran, kebijakan hukum di Saudi saat ini telah mengganggu kehidupan pribadi seseorang dan undang-undang tersebut bukanlah dasar spiritual dari masyarakat Saudi: menarik..
Dalam peta terbaru yang dikeluarkan Ralph Peters, seorang perwira Intelejen Amerika di tahun 2006, memperlihatkan bahwa Arab Saudi akan dipecah menjadi dua: antara Mekah dan Madinah. Kedua ‘negara’ ini nantinya menjadi sebuah Negara independen bernama Islamic Sacred State. Sementara Arab Saudi wilayahnya akan merangsek garis batas Yaman bagian selatan.
Peta menguasai Timur Tengah jauh sebelum Ralph, sudah dicanangkan Theodorl Herzl yang mengatakan bahwa cakupan Zionis akan membentang dari sungai Nil ke Eufrat. Begitu pula dengan testimoni Rabi Fischman di tahun 1947 yang berujar bahwa Tanah yang Dijanjikan Tuhan untuk bangsa Yahudi dimulai memanjang dari Sungai Nil ke Eufrat. Itu termasuk bagian Suriah dan Lebanon.
Oded Yinon dalam doktrinnya yang tercantum dalam Kivunin dan dikeluarkan oleh The World Zionist Organization juga mengatakan, “The Moslem World is built like a temporary house of card put together by foreigners divide into 19 states, all made combination of minorities dan ethnic group wich are hostile to one another, so that every Arab Moslem state nowaday faces ethnic social destruction from within, and in some a civil war already raging,”
Oleh karena itu, clash antara Islam dan kuffar ini akan terus berlangsung bahkan ketika Dajjal turun. Syahidnya Usamah adalah momentum untuk Islam bersatu. Terpecahnya Negara-negara Islam adalah jalan bagi tiap umat menyadari bahwa mereka hanya bisa disatukan lewat akidah, bukan yang lain.
Inilah pertaruhan bagi tirai baru umat Islam untuk bersatu, bersama, membebaskan dataran Afrika dan Arab dari cengkaraman zionis. Semuanya akan berlajan beriringan dengan semangat militansi Kristen, Yahudi, untuk juga membantai Islam demi menyambut sang messiah. "Ini adalah awal dari sebuah upaya jangka panjang," kata seorang pejabat Gedung Putih.
“Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.” (Kejadian 12:2-3)
Wallahua'lam. (pz)

Eufimisme dan Penipuan Kesadaran Manusia

 Islam mengenal hakikat keadilan adalah meletakkan segala sesuatu pada tempatnya. Dan bila meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya, maka hal itu dikatakan sebuah kezaliman. Hal ini tidak hanya berlaku pada satu hal, namun pada semua aspek kehidupan umat manusia. Termasuk penggunaan bahasa.
Dalam ilmu bahasa dikenal ada istilah “Eufimisme” atau yang secara harfiah bisa diartikan sebagai “penghalusan bahasa”. Eufimisme pada hakikatnya sangat diperlukan oleh manusia di dalam hubungan sosialnya, terlebih lagi bagi bangsa Indonesia yang dikenal sebagai bangsa yang aslinya memiliki watak berbudi luhur dan penuh dengan kesopan-santunan.
Sebab itu, dalam pergaulan keseharian kita lebih suka menggunakan istilah “Kamar Kecil” untuk menyebut tempat membuang hajat, kita lebih suka menggunakan istilah “Kurang Bagus” untuk menyebut sesuatu hal yang jelek, mengunakan istilah “Kurang Pandai” untuk seseorang yang “Bodoh”, istilah “Kurang Banyak” untuk “Sedikit”, dan sebagainya.
Dalam ranah psikologi, eufimisme sering digunakan untuk memotivasi seseorang. Eufimisme juga sering dimanfaatkan di dalam kelas-kelas hubungan masyarakat, kelas etiket dan kepribadian, dan lainnya. Namun di dunia ini segala sesuatu tentu ada sisi baik dan buruknya. Istilah populernya, Man Behind The Gun. Tergantung siapa yang berada di belakang segala sesuatunya.  
Eufimisme yang awalnya digunakan untuk hal-hal yang positif dalam artian menjaga hubungan antar manusia agar menjadi lebih baik dan bijak, ketika diseret ke ranah politik menjadi sesuatu hal yang jahat.
Politik adalah seni atau cara untuk merebut kekuasaan dan mempertahankan kekuasaan itu sendiri. Di dalam kekuasaan, terdapat berbagai keistimewaan yang tidak akan diperoleh seseorang atau suatu kelompok jika dia tidak berkuasa. Sebab itu, kekuasaan seringkali membuat lupa seseorang atau sekelompok orang. Jika seseorang atau sekelompok orang telah berhasil meraih kekuasaan, maka dengan cara apa pun, tak perduli halal atau haram, baik atau buruk, dengan sekuat tenaga mereka akan mempertahankan kursi kekuasaan itu. Bahkan dengan menjual keyakinannya sekali pun atau membunuh suara hati nuraninya sendiri.
Eufimisme Sebagai Alat Pelanggeng Status Quo
Semakin media massa suatu negara banyak menggunakan eufimisme atau penghalusan kata, maka semakin tiranik dan koruplah sifat dari rezim yang berkuasa, bahkan bila penguasa tersebut menyebut sistem kekuasaannya sebagai demokrasi, maka hal itu adalah demokrasi-demokrasian alias pseudo-democration. Ini merupakan hukum besi sejarah.
Dalam ranah politik, eufimisme lazim dimanfaatkan untuk menutupi kejahatan, kebobrokkan, dan kinerja penguasa, dari rakyatnya sendiri. Dengan menggunakan eufimisme, rakyat dikelabui, ditipu, oleh penguasa dengan istilah-istilah yang terdengar bagus.
Di Indonesia, rezim yang mengawali pemanfaatan eufimisme untuk melanggengkan status quo kekuasaannya adalah rezim Jenderal Harto. Kita tentu masih ingat bagaimana penguasa menyebut “Sistem Ekonomi Pancasila” bagi sistem kapitalisme yang dianutnya. Lalu istilah “diamankan” atau “disukabumikan”, sebagai istilah untuk menangkap dan membunuh siapa pun yang dianggap berbahaya bagi kekuasaan Jenderal Harto.
Kita tentu masih ingat bagaimana “Utang Luar Negeri” disebut sebagai “Bantuan Luar Negeri”. Padahal dua hal ini sangat berbeda. Bantuan tentu tidak perlu dikembalikan, sebagaimana halnya Hibah. Namun Utang wajib dikembalikan berikut bunga dan syarat-syarat yang sangat mengikat bagi negara yang berhutang. Rezim Jenderal Harto juga sering mengistilahkan Kenaikan Harga sebagai “Penyesuaian Harga”. Lalu status Indonesia sebagai “Negara Terkebelakang”, disebutnya dengan istilah “Negara Berkembang”, dan banyak lagi yang lainnya.
Mei 1998 Jenderal Harto memang lengser. Namun sistem kekuasaan yang dibangunnya ternyata diwarisi para penguasa setelahnya. Bahkan kian hari kian gila dan konyol. Para penguasa tanpa malu-malu—dan dengan sangat kreatif—membuat istilah-istilah baru yang terdengar sangat indah di telinga namun pada hakikatnya adalah lagu lama.  
“Suap” yang dulu sering disebut sebagai “Uang Pelicin”, sekarang diberi istilah keren bernama  “Gratifikasi”, bahkan ada yang tanpa malu menyeretnya ke ranah pembenaran religius dengan menyebutnya sebagai “Mahar Politik”. Padahal ya suap itu-itu juga. Entah, apakah dengan memberi embel-embel bernuansa religi ini hati nurani bisa dibohongi? Padahal statusnya tetap saja haram. Bangkai tetap saja akan mengeluarkan bau busuk walau disiram dengan minyak wangi berkilo-kil liter banyaknya.
Lalu “Maling Uang Rakyat” disebutnya sebagai “Koruptor”. Dan dukun yang dari dulu sampai sekarang akrab dengan para petinggi negeri ini malah diberi nama yang keren, bukan lagi disebut “Paranormal”, namun “Konsultan Metafisika”.
Dan adalah kenyataan jika istilah “Wakil Rakyat” yang sekarang disandang para anggota DPR, sesungguhnya sudah berkonotasi penipuan dan pembohongan publik, karena secara de facto mereka setiap detiknya selalu bekerja demi kemashlahatan partai politik tempatnya bernaung.
Menjadi anggota DPR sekarang ini bagi kebanyakan orang bukanlah pengabdian, tapi tempat mencari nafkah, tempat mengubah hidup dari miskin menjadi kaya raya, tempat pelarian dari karir yang mentok, dan sebagainya. Ini bagi kebanyakan orang. Walau mungkin ada sedikit sekali dari mereka yang mau menjadi anggota DPR hanya sebagai tempat aktualisasi diri. Partai politik sekarang ini merupakan jembatan emas menuju kekayaan. Ini secara de facto. Sebab itu, sebutan “Wakil Rakyat” seharusnya diubah menjadi “Wakil Partai”. Ini baru benar.
Katakan Kebenaran Walau Pahit
Bagi orang yang terdidik, eufimisme mungkin tidak terlalu menjadi soal, karena mereka bisa memahami dengan baik jika “Gratifikasi” atau “Mahar Politik” itu hanyalah nama lain dari “Suap” atau “Sogokan”. Dalam Islam tentu saja ini HARAM. Atau “Koruptor” itu hanyalah nama lain dari “Maling Uang Rakyat”. Namun bagi orang-orang yang tidak terdidik, apakah itu ada di kota maupun di kampung, istilah-istilah itu tentu memiliki ‘suasana batin’ yang berbeda.
Sudah saatnya, media massa dan para jurnalis mempergunakan kata atau istilah yang sesungguhnya. “Koruptor” tulis saja sebagai “Maling Uang Rakyat”, “Gratifikasi” tulis saja sebagai “Suap”, “Penyesuaian Harga” tulis saja sebagai “Kenaikan Harga”, dan istilah “Wakil Rakyat” sudah seharusnya diganti menjadi “Wakil Partai”.
Umat harus dicerdaskan. Harus dicerahkan. Buanglah semua eufimisme di dalam penulisan media massa, karena eufimisme hanya akan menguntungkan kepentingan penguasa dan membunuh kekritisan umat, padahal untuk bisa bekerja dan membangun negeri dibutuhkan umat yang kritis dan cerdas, bukan yang taqlid muqoliddun, yang hanya berkata iya dan iya sembari cengar-cengir tak tentu arah. Hanya kebenaranlah, al-haq, yang mampu membangun negeri ini, bukan “kebeneran”. Wallahu’alam bishawab. [rz]   

Pancasila dalam Doktrin Zionisme dan Freemasonry

Gerakan Zionisme dan Freemasonry di seluruh dunia sesungguhnya memiliki asas yang sama. Asas dari dua gerakan ini disebut “Khams Qanun”, lima sila, atau Panca Sila. Kelima Sila itu adalah:
1. Monotheisme
2. Nasionalisme
3. Humanisme
4. Demokrasi
5. Sosialisme
Penjelasan tentang lima sila yang terdapat dalam doktrin Yahudi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Monotheisme: Kesatuan Tuhan (Ketuhanan yang Maha Esa)
Hendaklah bangsa Yahudi bertuhan dengan Tuhannya masingmasing dan merupakan kesatuan gerak. Maka hai orang-orang atheis dan bebas agama di kalangan bangsa Yahudi hendaklah engkau pun bertuhan dengan tuhanmu sendiri bukankah alam pun tuhanmu dan bukankah kudrat alam pun tuhanmu juga? Kalian berlainan agama, kalian berlainan kepercayaan, kalian berlainan keyakinan, tetapi kalian harus bersatu dan gunung zionisme telah menan-timu. Hendaklah kalian tenggang menenggang, hormat menghormati hai Yahudi seluruh dunia!
2. Nasionalisme - Kebangsaan : Berbangsa satu bangsa Yahudi, berbahasa satu bahasa Yahudi dan bertanah air satu tanah air Yahudi Raya (Israel Raya).
3. Humanisme: Kemanusiaan yang adil dan beradab berlakulah, janganlah kalian menjadi peniru bangsa Babilon yang telah membuangmu, tetapi bagi luar bangsamu dan yang hendak membinasakanmu, kalian adalah bangsa besar dan engkau pun jika keperluanmu mendesak.
Ber-lakulah Syer Talmud baginya, seperti nyanyian Qaballa berbunyi:
“Taklukanlah mereka,binasakanlah mereka akan mengambil hakmu, engkau adalah setinggi-tinggi bangsa seumpama menara yang tinggi. Gunakanlah hatimu ketika menghadapi sauda-ramu, karena mereka itu keturunan Yaqub, keturunan Israel. Buanglah hatimu ketika menghadapi lawanmu karena mereka itu bukan sekali-kali saudaramu, mereka adalah kambing-kambing perahan dan harta mereka adalah hartamu, rumah mereka adalah rumahmu, tanah mereka adalah tanahmu”, (Syer Talmud Qaballa XI :45).
4. Sosialisme: Keadilan sosial yang merata pada masyarakat Yahudi, sehingga setiap orang Yahudi menjadi seorang kaya raya dan menjadi pimpinan dimana pun ia berada, dan menjadi protokol pembuat program. Dalam Nyanyian Qaballa Talmud dikatakan:
“Dengan uang kamu dapat kembali ke Yudea, ke Israel karena agama itu tegak dengan uang dan agama itu uang, sesungguhnya wajah Yahwe sendiri yang tampak olehmu itu adalah uang! Cintailah Zion, cintailah Hebran, cintailah akan Yudea dan cintailah seluruh tanah pemukiman Israel, karena engkaulah bangsa pemegang wasiat Hebran tertua yang berbunyi: ”Cinta pada tanah air itu sebagian dari iman!” (XL : 46).
5. Demokrasi: Dengan cahaya Talmud dan Masna dan segala ucapan imam-imam agung bahwa telah diundangkan “Bermusyawarahlah dan berapatlah dan berlakulah pilihan kehendak suara banyak itu karena suara banyak adalah suara
Tuhan!”
Asas Zionisme atau Khams Qanun:
1. Internasionalisme
2. Nasionalisme
3. Sosialisme
4. Monotheisme Cultural
5. Demokrasi
Asas Freemasonry dan Zionisme pada dasarnya sama, yang berbeda hanya urutan saja. Keduanya diilhami oleh ajaran Talmud, kitab suci agama Yahudi?
Pengaruh Doktrin Zionisme dan Freemasonry terhadap Pemikiran Tokoh Pergerakan di Eropa dan Asia
Gerakan Zionisme yang diemban dengan baik oleh gerakan Freemasonry, telah berhasil meng-garap korban-korbannya, baik di Eropa maupun di Asia. Hal ini terbukti dengan apa yang terjadi di Perancis dan di negara-negara Asia Tenggara. Freemasonry Perancis pada 1717 M berasaskan Plotisma.
Istilah Plotis merupakan istilah khas mereka yang disebutkan berasal dari dialek Yunani Koin. Plot berarti ambang atau terapung. Plotisma adalah suatu paham untuk mengambangkan segala ajaran di luar Freemasonry.
Jika telah mengambang disuntikkanlah paham-paham bebas dari Freemasonry itu. Freemasonry Perancis pada 1717 M itu terpaksa memasukkan kata-kata “Ketuhanan” dan “Triko-nitas” untuk menarik simpatik golongan Katolik.
Lima dasar dari Freemasonry Perancis:
1. Nasionalisme
2. Sosialisme
3. Demokrasi
4. Humanisme
5. Theologi Kultural.
“Hai saudara-saudaraku dengan plotisme kita pun mendapat kunci pembuka seribu pintu kemenangan, dengan plotisme kita mempunyai seribu kunci etika pergaulan.” (Siasah Masuniyah muka 43).
Dalam dasar Freemasonry Italia terdapat perbedaan sedikit:
1. Nasionalisme
2. Trinitas
3. Humanitas
4. Sosialisme
5. Demokrasi.
Dalam dasar Freemasonry Palestina terdapat sedikit perbedaan pula:
1. Nasionalisme
2. Monotheisme
3. Humanisme
4. Sosialisme
5. Demokrasi
Pandit Jawarhal Nehru pernah mempunyai gagasan dasar negara India merdeka, yang dibahas di depan Indian Kongres Panc Svila:
1. Nasionalisme
2. Humanisme
3. Demokrasi
4. Religius
5. Sosialisme
Bandingkan dengan San Min Chu I dari Sun Yat Sen:
1. Mintsu
2. Min Chuan
3. Min Sheng
4. Nasionalisme, Demokrasi dan Sosialisme
Bandingkan dengan lima asas dari Muhamad Yamin, yaitu:
1. Perikebangsaan
2. Perikemanusiaan
3. Periketuhanan
4. Perikerakyatan
5. Kesejahteraan rakyat
Bandingkan dengan lima asas dari Soepomo:
1. Persatuan
2. Kekeluargaan
3. Keseimbangan lahir batin
4. MusyawarahKeadilan rakyat
Bandingkan dengan lima asas dari Soekarno:
1. Nasionalisme (Kebangsaan)
2. Internasionalisme (Kemanusiaan)
3. Demokrasi (Mufakat)
4. Sosialisme
5. Ketuhanan
Bandingkan dengan lima asas Aquinaldo, pimpinan Nasionalis Filipina. Lima asas ini disebut asas yang lima dari gerakan Katipunan. Sesungguhnya lima asas Katipunan ini disusun oleh Andres Bonifacio 1893 Masehi:
1. Nasionalisme
2. Demokrasi
3. Ketuhanan
4. Sosialisme
5. Humanisme Filipina
Bandingkan dengan empat asas Pridi Banoyong dari Thailand pada 1932 M:
1. Nasionalisme
2. Demokrasi
3. Sosialisme
4. Religius
Prinsip indoktrinasi Zionisme, agaknya cukup fleksibel karena mampu beradaptasi dengan pola pikir pimpinan politik di setiap negara. Mengenai urut-urutannya boleh saja berbeda, tetapi prinsipnya tetap sama, mengacu kepada doktrin baku Zionisme.
**
Sumber: Buku 'Doktrin Zionisme dan Ideologi Pancasila': "Menguak Tabir Pemikiran Founding Fathers RI. Editor: Muhamad Thalib dan Irfan Awwas". Penyusun: Rinaldi.

Barus dan Sejarah Peradaban Islam yang Terlupakan

Mungkin, sebagian di antara kita masih ada yang merasa asing dengan nama “Barus”-sebuah kota tertua di Indonesia yang terletak di pinggir pantai Barat Sumatera. Tapi, tahukah kita bahwa Barus merupakan perkampungan Arab Muslim pertama di Indonesia? Dan sadarkah kita bahwa karena ketidaktahuan kita, kita melupakannya?
Sekilas tentang Barus
Sebelum menjadi sebuah kecamatan di Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, Barus merupakan kota Emporium dan pusat peradaban pada abad 1 – 17 M, Barus disebut juga dengan nama lain, yaitu Fansur (1). Kampung kecil ini merupakan sebuah kampung kuno yang berada di antara kota Singkil dan Sibolga, sekitar 414 kilometer selatan Medan. Pada zaman Sriwijaya, kota Barus masuk dalam wilayahnya. Namun, saat Sriwijaya mengalami kemunduran dan digantikan oleh kerajaan Aceh Darussalam, Barus pun masuk dalam wilayah Kerajaan Aceh.
Lalu kenapa Barus di sebut sebagai kota tertua? Karena mengingat dari seluruh kota di Nusantara, hanya Barus yang namanya sudah disebut-sebut sejak awal masehi oleh literatur-literatur Arab, India, Tamil, Yunani, Syria, Armenia, China dan sebagainya.
Sebuah peta kuno yang dibuat oleh Claudius Ptolomeus, salah seorang Gubernur Kerajaan Yunani yang berpusat di Alexandria, Mesir, pada abad ke-2 Masehi, juga telah menyebutkan bahwa di pesisir barat Sumatera terdapat sebuah bandar niaga bernama Barousai (Barus) yang di kenal menghasilkan wewangian dari kapur barus. Bahkan, dikisahkan pula bahwa kapur barus yang diolah dari kayu kamfer dari kota itu telah dibawa ke Mesir untuk dipergunakan bagi pembalseman mayat pada zaman kekuasaan Fir’aun sejak Ramses II atau sekitar 5.000 tahun sebelum Masehi (2).

Berdasarkan buku Nuchbatuddar karya Addimasqi, Barus juga dikenal sebagai daerah awal masuknya agama Islam di Nusantara sekitar abad ke-7 Masehi. Sebuah makam kuno di kompleks pemakaman Mahligai, Barus, di batu nisannya tertulis bahwa Syaikh Rukunuddin wafat tahun 672 Masehi dan terdapat pula makam Syaikh Ushuluddin yang panjangnya kira-kira 7 meter. Ini memperkuat dugaan bahwa komunitas Muslim di Barus sudah ada pada era itu. (3)
Sebuah tim Arkeolog yang berasal dari Ecole Francaise D’extreme-Orient (EFEO) Perancis yang berkerjasama dengan peneliti dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (PPAN) di Lobu Tua-Barus, telah menemukan bahwa pada sekitar abad ke 9-12 M, Barus telah menjadi sebuah perkampungan multi-etnis dari berbagai suku bangsa seperti Arab, Aceh, India, China, Tamil, Jawa, Batak, Minangkabau, Bugis, Bengkulu dan sebagainya.
Tim tersebut menemukan banyak benda-benda berkualitas tinggi yang usianya sudah ratusan tahun, dan ini menandakan dahulu kala kehidupan di Barus itu sangatlah makmur. (4) hal ini dapat dibuktikan dari banyaknya pedagang Islam yang terdiri dari orang Arab, Aceh dan sebagainya, hidup dengan berkecukupan di kota Barus dan sekitarnya. (5)
Kapan Islam masuk ke Barus?
Masuknya cahaya Islam ke kota Barus juga tak terlepas dari peran Banda Aceh yang rute pelayaran perniagaannya telah dikenal sejak zaman dahulu oleh para pedagang Arab, India dan China.
Adanya jalur perdagangan utama dari Nusantara – terutama Sumatera dan Jawa – dengan Cina diakui oleh sejarawan G.R Tibbetts. Tibbetts meneliti hubungan perniagaan yang terjadi antara para pedagang dan jazirah Arab dengan para pedagang dari wilayah Asia Tenggara pada zaman pra Islam. Tibbetts menemukan bukti-bukti adanya kontak dagang antara negeri Arab dengan nusantara saat itu. “Keadaan ini terjadi karena kepulauan Nusantara telah menjadi tempat persinggahan kapal-kapal pedagang Arab yang berlayar ke negeri Cina sejak abad kelima Masehi”. (6)

Sebuah dokumen kuno asal Tiongkok juga menyebutkan bahwa menjelang seperempat tahun 700 M atau sekitar tahun 625 M – hanya berbeda 15 tahun setelah Rasulullah saw. menerima wahyu pertama atau sembilan setengah tahun setelah Rasulullah berdakwah secara terang-terangan kepada bangsa Arab – di sebuah pesisir pantai Sumatera sudah ditemukan sebuah perkampungan Arab Muslim yang masih berada dalam kekuasaan wilayah Kerajaan Buddha Sriwijaya.
Disebutkan pula bahwa di perkampungan-perkampungan ini, orang-orang Arab bermukim dan telah melakukan asimilasi dengan penduduk pribumi dengan jalan menikahi perempuan-perempuan lokal secara damai. Mereka sudah beranak-pinak di sana. Dari perkampungan-perkampungan ini mulai didirikan tempat-tempat pengajian al-Qur’an dan pengajaran tentang Islam sebagai cikal bakal madrasah dan pesantren, umumnya juga merupakan tempat beribadah (masjid).
Selain itu, mereka juga memiliki kedudukan yang baik dan mempunyai pengaruh cukup besar di dalam masyarakat maupun pemerintah (Kerajaan Buddha Sriwijaya). Bahkan, kemudian ada juga yang ikut berkuasa di sejumlah bandar. Semakin lama, semakin banyak pula penduduk setempat yang memeluk Islam. Bahkan, ada pula raja, adipati, atau penguasa setempat yang akhirnya masuk Islam. Tentunya dengan jalan damai. (7)

Bahkan, Buzurg bin Shahriyar al-Ramhurmuzi pada tahun 1000 M menulis sebuah kitab yang menggambarkan betapa di zaman keemasan Kerajaan Sriwijaya sudah berdiri beberapa perkampungan Muslim. Perkampungan itu berdiri di dalam wilayah kekuasaan Sriwijaya. Hanya karena hubungan yang teramat baik dengan dunia Islam, Sriwijaya memperbolehkan orang-orang Islam yang sudah ada di wilayahnya sejak lama hidup dalam damai dan memiliki perkampungannya sendiri, dimana di dalamnya berlaku syari’at Islam. (8)
Temuan lain mengenai Barus juga diperkuat oleh Prof. Dr. HAMKA, yang menyebutkan bahwa, seorang pencatat sejarah Tiongkok yang mengembara pada tahun 674 M telah menemukan satu kelompok bangsa Arab yang membuat kampung dan berdiam di pesisir Barat Sumatera. Ini sebabnya, Hamka menulis bahwa penemuan tersebut telah mengubah pandangan orang tentang sejarah masuknya agama Islam di Nusantara. Hamka juga menambahkan bahwa temuan ini telah diyakini kebenarannya oleh para pencatat sejarah dunia Islam di Princetown University di Amerika. (9)
Perjalanan dari Sumatera sampai ke Mekkah sendiri pada abad itu (dengan mempergunakan kapal laut dan transit lebih dulu di Tanjung Comorin, India) konon memakan waktu 2,5-hampir 3 tahun. Jika tahun 625 dikurangi 2,5 tahun, maka yang didapat adalah tahun 622 M lebih enam bulan. Untuk melengkapi semua syarat mendirikan sebuah perkampungan Islam, setidaknya memerlukan waktu 5-10 tahun. Jika ini yang terjadi, maka sesungguhnya para pedagang Arab yang mula-mula membawa Islam masuk ke Nusantara adalah orang-orang Arab Islam generasi pertama para sahabat Rasulullah saw., segenerasi dengan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu’anhu.
Dalam literatur kuno asal Tiongkok tersebut, orang-orang Arab disebut sebagai orang-orang Ta Shib, sedangkan Amirul Mukminin disebut sebagai Tan mi mo ni’. Disebutkan bahwa duta Tan mi mo ni’, utusan Khalifah, telah hadir di Nusantara pada tahun 651 M atau 31 H dan menceritakan bahwa mereka telah mendirikan Daulah Islamiyah dengan tiga kali berganti kepimimpinan. Maka dengan demikian, duta Muslim itu datang ke Nusantara di perkampungan Islam di pesisir pantai Sumatera pada saat kepimimpinan Khalifah Utsman bin Affan (644 -656 M). hanya berselang 20 tahun setelah Rasulullah saw. wafat (632 M). (10)
Dari bukti-bukti di atas, dapatlah dipastikan bahwa Islam telah masuk ke Nusantara pada masa Rasulullah masih hidup. Secara ringkas dapat dipaparkan sebagai berikut:
• Rasulullah menerima wahyu pertama di tahun 610 M, 2,5 tahun kemudian menerima wahyu kedua (kuartal pertama tahun 613 M).
• Lalu selama 3 tahun lamanya berdakwah secara diam-diam – periode Arqam bin Abil Arqam (sampai sekitar kuartal pertama tahun 616 M) dan setelah itu baru melakukan dakwah secara terbuka dari Mekkah ke seluruh Jazirah Arab.
• Menurut literatur kuno Tiongkok, sekitar tahun 625 M telah ada sebuah perkampungan Arab Islam di pesisir Sumatera (yang disebut Barus).
Jadi, hanya 9 tahun sejak Rasulullah saw. memproklamirkan dakwah Islam secara terbuka, di pesisir Sumatera sudah terdapat sebuah perkampungan Islam. (11)

Inilah, yang oleh banyak sejarawan dikenal dengan Teori Mekkah. Sehingga Teori Gujarat yang berasal dari Orientalis Snouck Hurgronje terbantah dengan sendirinya. Dan Barus akan tetap menjadi sejarah peradaban Islam yang tak akan terlupakan bagi siapa saja yang mengetahuinya. (Penulis, Sarah Larasati Mantovani)
Footnote:
(1) http://id.wikipedia.org/wiki/Barus,_Tapanuli_Tengah, data-data ada yang di ambil dari buku Rizki Ridyasmara, Gerilya Salib di Serambi Mekkah: Dari Zaman Portugis hingga Paska Tsunami, Pustaka al-Kautsar, 2006, Jakarta.

(2) Ibid, hlm. 4-5. Lihat Akhir Perjalanan Sejarah Barus, KOMPAS, 1 April 2005.

(3) Lihat Naskah Jawi yang dialihtuliskan dan dipetik dari kumpulan naskah Barus dan dijilidkan lalu disimpan di Bagian Naskah Museum Nasional Jakarta dengan no. ML 16. Dalam Katalogus van Ronkel naskah ini yang disebut Bat. Gen. 162, dikatakan berjudul “Asal Toeroenan Radja Barus”. Seksi Jawi pertama berjudul “Sarakatah Surat Catera Asal Keturunan Raja Dalam Negeri Barus”, lihat juga Sejarah Raja-Raja Barus, Ecole Franéaise d'Extréme-Orient, 1988 dan A Kingdom of Words: Language and Power in Sumatra, Oxford University Press, 1999.
(4) Ibid, hlm. 5.

(5) Ibid, hlm. 6. Lihat Sagimun M.D., Peninggalan Sejarah, Masa Perkembangan Agama-Agama di Indonesia, CV. Haji Masagung, cet. 1, 1998, hlm. 58.

(6) Ibid, hlm. 3. Lihat G.R Tibbetts, Pre Islamic Arabia and South East Asia, JMBRAS, 19 pt.3, 1956, hlm. 207. Penulis Malaysia – Dr. Ismail Hamid dalam Kesusastraan Indonesia Lama Bercorak Islam, terbitan Pustaka al-Husna, Jakarta, cet.1, 1989, hlm. 11 juga mengutip Tibbetts.

(7) Ibid, hlm. 3-4. Lihat Kitab Chiu Thang Shu, tanpa tahun.

(8) Ibid, hlm. 12. Lihat Buzurg bin Shahriyar al Ramhurmuzi, Aja’ib al Hind.

(9) Ibid, hlm. 4. Lihat HAMKA, Dari Perbendaharaan Lama, Pustaka Panjimas, cet. 3, Jakarta, 1996, hlm. 4-5.

(10) Ibid, hlm. 9.
(11) Ibid, hlm. 7. Lihat Joesoef Sou’yb, Sejarah Khulafaur Rasyidin, Bulan Bintang, cet. 1, 1979, hlm. 390-391.
Foto: Masyarakat Barus Tempo Dulu

Perjalanan Sayyid Quthb ke Amerika: Islam Selesaikan Masalah Hanya Dengan Butuh Beberapa Ayat Qur'an (7)


Amerika memang Negara dengan segudang kisah, segenap kasus, dan sejuta cerita tidak putus-putus perihal kemaksiatan. Kita bisa tertawa, tersenyum geli, mengurut dada, bahkan sejenak kita bisa termenung. Alhasil, Amerika terlalu sayang untuk dilewati untuk mengenali sebuah kejahiliyahan agar kita mampu mengambil ibroh dari kerusakan bangsa yang konon dikatakan maju namun kewalahan menghadapi masyarakatnya.
Setelah mengemukakan berbagai contoh tentang kehancuran masyarakat Eropa, Sayyid Quthb kembali membicarakan sebuah bangsa tragis seperti Amerika yang masih relevan dibicarakan hingga saat ini. Kisah ini pernah beliau tulis di Kitab Fi Dzhilalil Qur’an jilid yang kedua.
Saat Sayyid Quthb berada di Amerika, beberapa polisi berhasil menangkap suatu komplotan yang mempunyai banyak cabang di berbagai kota. Mereka sendiri bisa dikata sekelompok bandit yang terdiri dari para dokter, pengacara, dan elite kalangan intelektual. Mereka diam-diam membantu pasangan-pasangan suami isteri untuk melakukan selingkuh dan berbuat zina dengan pasangan lainnya.
Akibat standar materialisme yang diterapkan, maka banyak suami dan istri di Amerika tidak lagi bisa dipercaya dalam hal cinta. Kesetiaan sebuah pernikahan yang telah terpatri amat mudah luntur jika digoda atas nama cinta. Maka di Amerika banyak berdiri kantor-kantor yang memiliki tugas diluar penalaran umat manusia: mencari para istri dan suami yang kabur dari rumahnya. Apa yang dimaksud dengan tugas kantor-kantor itu, dengarlah perkataan Sayyid Quthb berikuti ini:
“Hal itu terdapat dalam sebuah masyarakat Amerika dimana seorang suami tidak tahu apakah ia akan kembali dan menemukan istrinya di dalam rumah atau telah kabur bersama pacarnya.
Demikian pula dengan sang istri, mereka tidak tahu apakah suami yang keluar di pagi hari bersamanya, akan pulang kembali kepadanya atau malah ia akan digaet oleh wanita lain yang lebih cantik dan lebih menarik darinya. Itulah masyarakat dimana rumah-rumah mereka dipenuhi keresahan yang tidak memberi nafas pada syarafnya untuk beristirahat.”
Sayyid Quthb jadi teringat kitab Al Hijab karangan Abul Ala Al Maududi tentang tiga serangkai syetan yang menciptakan perang seksual di Amerika, yakni adab yang keji, film-film bioskop yang terbuka, dan ketelanjangan para wanita. Mengenai temuan Al Maududi itu, Sayyid Quthb pun berkomentar, “yang timbul adalah Amerika tidak hanya terpengaruh oleh ketiga faktor ini, bahkan menyerah total kepadanya, sementara ia menempuh jalan yang ditempuh oleh bangsa Romawi.”
Dari serangkain fenomena penyakit masyarakat di Amerika, menurut Sayyid Quthb maka arus kejahatan terbesar di Amerika banyak dilakoni oleh para remaja. Gubernur Negara bagian New York kala itu sampai-sampai mengumumkan bahwa ia akan menjadikan upaya mengatasi penyimpangan ini sebagai program utama dari perbaikan yang dilakukannya di Negara bagian tersebut. Gubernur itu kemudian mendirikan tempat-tempat rehabilitasi serta perkumpulan olahraga. “Tetapi ia jelaskan bahwa pengobatan atas kecanduan obat bius yang melanda para mahasiswa tidak masuk dalam programnya, dan ia menyerahkan urusannya kepada para pejabat kesehatan,” tukas Sayyid Quthb.
Komite 14 Amerika yang bertugas mengawasi keadaan moral negeri itu telah menaksir bahwa 90% dari rakyat Amerika, menderita penyakit kelamin yang berbahaya. Hal ini terjadi sebelum ditemukannya obat-obatan modern yang mampu mengatasi itu semua. Bahkan seorang hakim di kota Denver menyatakan bahwa dalam setiap dua kasus perkawinan terjadi satu kasus perceraian.
Menurut Sayyid Quthb sesungguhnya pemerintah Amerika pernah berusaha melenyapkan keadaan ini. Lalu dibuatlah UU Tahun 1919 yang bernama Undang-undangan “Kekeringan”. Nama UU yang menyertakan kata “Kekeringan” tampaknya memang sengaja dipakai pemerintah sebagai bahan ejekan terhadap pecandu bir yang dilarang minum khamr hingga terkesan tenggorokan mereka akan kering akibat penerapan UU ini.
Uniknya, 14 tahun kemudian, pemerintah Amerika malah menghapus UU ini. Padahal untuk propaganda Anti minuman keras bagi masyarakatnya, Pemerintah Amerika telah menggelontorkan dana propaganda senilai 60 juta US Dollar: sebuah angka fantastis untuk ukuran tahun itu. Ya meski di Amerika.
Tidak hanya itu, Pemerintah Amerika juga telah mengeluarkan banyak buku dan selebaran yang sudah tidak terbilang jumlahnya. Semenjak 14 tahun dikeluarkannya larangan tentang minuman keras saat itu, pemerintah telah menghukum mati sekitar 300 jiwa. 532.335 orang pun tercatat masuk bui akibat kebijakan UU ini. Denda yang dibayar para bandit pun mencapai angka 16 juta pound, sementara harta benda yang disita ditaksir senilai 404 juta pound.
Namun, memang dasar pemerintah Amerika, setelah segala propaganda yang menghabiskan tenaga fikiran, ratusan juta pound, pemerintan malah mencabut kembali dan menghapuskan undang-undang itu. Tidak jelas apakah hal ini didasari tekanan masyarakat Amerika yang terbiasa hidup liberal atau memang hal ini sebagai bentuk keputus-asaan pemerintah memberantas minuman keras.
Kondisi seperti diatas tidak pernah ditemukan dalam Islam. Islam, menurut Sayyid Quthb lebih memiliki solusi mengakar untuk menciptakan masyarakat yang sehat jiwanya. Jika Amerika mencetak banyak buku dan menghabiskan ratusan juta pound, maka dengan bahasa elegan Sayyid Quthb berujar, “Sementara Islam melenyapkan kebiasaan yang telah mengakar di masyakarat jahiliah hanya dengan beberapa lembar ayat Qur’an.” Subhanallah.
Maka itu benarlah bahwa sebuah peradaban tanpa petunjuk iman hanya akan melahirkan konsep tambal sulam dalam mengentaskan masalah masyarakat bangsanya.
“Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali…” (An-Nahl :92). (pz/bersambung)
Hampir setiap orang pernah merasakan nyeri atau sakit kepala. Data menunjukkan bahwa 90% populasi manusia pernah mengalami gangguan ini sekali atau dua kali dalam setahun. Sakit kepala juga menjadi alasan terbanyak kedua seseorang untuk mengunjungi dokter.

Penyebab dan macam sakit kepala memang cukup banyak. Karenanya, mengetahui dengan pasti penyebab dan jenisnya merupakan langkah awal untuk penyembuhannya. Berikut ini beberapa jenis gangguan nyeri kepala yang sering diderita:

• Sakit kepala karena tegang. Gejalanya diawali dengan ketegangan di otot leher, bahu, dan tengkorak akibat tekanan emosional. Sakitnya selalu berawal dari kepala belakang, merambat ke depan, lalu ke kedua sisi kepala.

• Sakit kepala migren. Umumnya sakit kepala yang dirasakan lebih berat ketimbang sakit kepala akibat ketegangan. Migren selalu dirasakan pada satu sisi kepala saja dan sering juga di belakang salah satu mata. Maka muncullah istilah “sakit kepala sebelah”. Penderita migren pada wanita kira-kira tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan pria. Penyebabnya terutama karena perubahan hormonal.

• Sakit kepala dengan beragam gejala. Gangguan ini terutama menyerang kaum pria. Gejalanya berupa nyeri luar biasa dan umumnya terfokus di sekitar rongga mata dengan mata berair dan hidung meler.
• Sakit kepala pasca-trauma. Ini sering muncul sebagai dampak dari suatu kecelakaan, meski hanya terjadi sedikit cedera di kepala. Rasa sakitnya kadang-kadang muncul setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan setelah cedera dan dapat berlangsung sampai setahun setelah trauma.
• Sakit kepala alergi. Gangguan ini sering ditemani dengan gejala hidung meler, mata berair, dan kerongkongan sakit. Kemunculannya dapat ditimbulkan oleh makanan tertentu atau segala sesuatu yang bisa menimbulkan alergi.

• Sakit kepala sinus. Gangguan ini mudah diketahui dari gejalanya. Lubang hidung tertutup satu atau keduanya dan nyeri meluas ke atas pipi dan dahi. Bagian-bagian tersebut terasa sangat peka sehingga disentuh saja akan kontan terasa nyeri.
• Di samping sakit kepala yang penyebabnya spesifik itu, ada pula sakit kepala yang timbul semata-mata sebagai gejala sekunder dari kondisi tubuh yang tidak beres dan memerlukan penanganan medis.
Petunjuk berikut ini bisa dijadikan acuan untuk memecahkan masalah sakit kepala, yaitu:
• Jika sakit kepala dirasakan lebih parah di pagi hari ketimbang siang hari, pertanda adanya tekanan darah tinggi.
• Bila sakit kepala dibarengi oleh rasa nyeri di mata, telinga atau gigi, menunjukkan terjadinya infeksi.
• Seandainya sakit kepala selalu terjadi setelah melakukan tugas yang mengandalkan indera penglihatan seperti membaca atau menjahit, pertanda ada ketidakberesan pada mata.
• Tumor, stroke, atau mungkin sulit tidur dapat menjadi penyebab sakit kepala mendadak yang amat nyeri. Akibatnya, tubuh terasa lemah dan dibarengi dengan penglihatan yang kabur. Sakit kepala ini berawal sebagai nyeri kecil dan semakin parah di pagi hari. Diperlukan pemeriksaan sesegera mungkin untuk mengetahui penyebabnya.
• Jika sakit kepala dibarengi dengan demam dan leher pegal, kemungkinan Anda terserang meningitis. Penanganan medis sangat diperlukan.
• Bila sakit kepala muncul tiba-tiba dan sangat nyeri, pertanda adanya pembuluh darah arteri di otak yang pecah. Hal ini dapat mengancam jiwa. Penanganan medis harus segera dilakukan.

Nyeri kepala adalah nyeri yang paling banyak dikeluhkan penderita selain nyeri pinggang saat berobat ke dokter, dan nyeri kepala merupakan gejala awal yang diderita sekitar 30 persen penderita tumor otak.
“Gejala tumor otak tergantung letak dan kecepatan pertumbuhannya. Namun gejalanya muncul secara tersamar yang biasanya dimulai dengan gangguan mental ringan yang hanya dapat dirasakan oleh orang yang berhubungan dekat dengan penderita, seperti mudah tersinggung, emosinya labil, pelupa, lamban dan kurang inisiatif, serta depresi,” kata dokter ahli saraf di Lampung, dr Ruth Mariva SpS di Bandarlampung, belum lama ini, seperti diberitakan Antara.

Dalam seminar sehari tentang nyeri kepala yang diselenggarakan RS Imanuel Way Halim, di Bandarlampung itu, Ruth mengatakan nyeri kepala biasanya sulit digambarkan dan bervariasi, mulai dari yang ringan dan episodik sampai berat dan berdenyut atau meletup, yang umumnya bertambah berat pada malam, saat bangun pagi dan saat perubahan posisi.

Pada awalnya, nyeri kepala tumor disebabkan pembengkakan lokal sekitar tumor atau akibat kerusakan pembuluh darah sekitar tumor, dan akhirnya disebabkan oleh tekanan tinggi di dalam kepala.
Selain nyeri kepala, katanya, pada tumor otak juga ditemukan gejala mual muntah terutama jika lokasi tumor di bagian belakang, kejang- kejang, dan mengalami gangguan penglihatan dan kelemahan saraf lainnya.
“Penderita biasanya datang ke dokter dengan keluhan nyeri kepala di daerah depan (dahi) dan kepala belakang, yang biasanya sudah berlangsung lama dan progresif,” katanya.

Berdasarkan penelitian IHS (International Headache Society) tahun 1988 dan disepakati oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI), terdapat 13 kelompok nyeri kepala, di antaranya adalah migren, nyeri kepala tipe tegang, nyeri kepala akibat trauma kepala, nyeri kepala akibat infeksi, dan nyeri kepala akibat gangguan metabolik.

Jika dilihat dari waktu dan lamanya serangan, nyeri kepala dapat dibagi atas nyeri kepala akut dan kronis. Menurut dr Ruth, nyeri kepala akut dan hebat memerlukan penanganan segera karena merupakan gejala dari penyakit-penyakit berbahaya, seperti penyakit pada pembuluh darah otak (stroke, thrombosis, hipertensi maligna), infeksi otak (meningitis, ensefalitis, abses) dan keracunan karbon monoksida.

Disebutkannya, kebanyakan nyeri kepala merupakan gejala yang ringan, namun dapat juga sebagai gejala suatu penyakit yang serius atau berbahaya, misalnya apabila nyeri kepala hebat secara tiba-tiba, bertambah berat dan progresif, disertai kejang dan pingsan, terjadi saat aktifitas dan gangguan penglihatan.

Ruth menambahkan, nyeri kepala harus ditangani secara komprehensif, tidak hanya mengobati gejala/ keluhannya saja dengan memberikan obat penghilang nyeri, tetapi juga dengan mendeteksi dan menyingkirkan penyebab terjadinya keluhan tersebut. Penggunaan obat nyeri kepala yang tidak tepat dan berlebihan akan menimbulkan ketergantungan dan nyeri kepala susulan yang berkepanjangan.

Dalam kesempatan itu, ia juga menyebutkan bahwa 20 persen pasien yang berobat ke Poliklinik Saraf RS Imanuel Bandarlampung, Januari-Juni 2007, adalah penderita nyeri kepala. Sekitar 65 persen penderitanya adalah perempuan dan lebih dari 50 persen menderita nyeri kepala tegang. (fn/dc/rs) www.suaramedia.com

Bangsa Maling Israel Rampas Warisan Budaya Palestina

KANADA (Berita SuaraMedia) - Perdana Menteri Otoritas Palestina Salam Fayad telah membuat keluhan resmi kepada pemerintah Kanada tentang tujuan Toronto's Royal Ontario Museum untuk berkolaborasi dengan Israel Antiquities Authority untuk menyelenggarakan "Gulungan Laut Mati: Kata-kata yang Mengubah Dunia" dari 12 Juni hingga 16 Agus, 2011.

Direktur Jenderal Departemen Arkeologi Palestina, Hamdan Taha menjelaskan, "Pameran tersebut akan membawakan dan menampilkan artefak yang dipindahkan dari wilayah Palestina ... saya rasa itu penting bagi institusi Kanada akan bertanggung jawab dan bertindak sesuai dengan kewajiban dari Kanada. "
Pameran Israel tersebut melanggar konvensi internasional atau protokol yang telah meratifikasi dan melindungi properti budaya selama konflik bersenjata. Negara Israel menduduki Rockefeller Museum yang dimiliki Yordania di Yerusalem pada tahun 1967 mengambil gulungan-gulungan tersebut dan terus melakukan hal serupa terhadap kekayaan budaya Palestina sejak itu. Di bawah Convention on the Means of Prohibiting and Preventing the Illicit Import, Export and Transfer of Ownership of Cultural Property pada tahun 1970 dan Konvensi Hague pada tahun 1954 beserta dua protokol yang terkait, Kanada adalah berkewajiban "untuk mengambil langkah-langkah yang tepat untuk memulihkan kembali dan setiap kekayaan budaya" atas permintaan pihak yang dirugikan.

Pameran Dead Sea Scrolls tersebut merupakan bagian dari upaya Israel untuk memberi merek kepada diri mereka sendiri. Menurut The Economist, kelompok diplomat Yahudi Amerika dan Israel berusaha untuk menciptakan persepsi Israel dengan citra "trendy, keren, beradab, menyenangkan dan kreatif." Kampanye tersebut juga termasuk menempatkan iklan bernada seksual di Maxim dan majalah pria lainnya.

Professor Stephen Walt dari Harvard di blognya menyarankan Kebijakan Luar Negeri bahwa upaya Israel tersebut akan berakhir dalam sebuah kegagalan: "Memulihkan citra Israel dari gambar di Barat bukan soal memutar atau dengan PR atau 're-branding;' melaikan dengan meninggalkan kebijakan yang ada sekaranglah yang akan meraih simpati masyrakat dunia. Hanya sesederhana itu."

Namun, komponen arkeologi dari kampanye propaganda tersebut menggunakan sugesti bawah sadar untuk memotong argumen politik seperti itu. Seorang penasehat re-branding Israel terkemuka berpendapat, "Mari kita raih ke level dimana orang Israel dihubungkan dengan ilmu pengetahuan dan musik dan arkeologi "
Dalam Facts on the Ground Columbia, Profesor Nadia Abu Al Haj menulis, "Dalam konteks Israel dan Palestina, arkeologi muncul sebagai pusat disiplin ilmiah karena sikap dimana pemukiman kolonial yang terbentuk dalam bahasa, dan kepercayaan, akan nasional Yahudi kembali." Meskipun menyatakan kepemilikan ke negara setelah ketidakhadiran selama 2000 tahun adalah mustahil, pencurian yang dilakukan terhadap Palestina dari penduduk asli adalah dilegalkan melalui klaim bahwa orang-orang Yahudi hari ini merupakan turunan dari penduduk dari Greco-Roman Judea.

Menurut reporter New York Times, Ethan Bonner dan Isabel Kershner dalam "Parks Fortify Israels Claim to Jerusalem," "Ada peperangan untuk legitimasi sejarah di sini. Sebagai bagian dari upaya, Arkeolog menemukan bukti yang tak dapat disangkal bahwa Yahudi kuno pernah hidup di sini. "

Klaim tersebut tidak masuk akal.

Intelektual Yahudi berasal dari abad ke-19 di Jerman, dipengaruhi oleh karakter dari kaum nasionalisme Jerman, menciptakan narasi lokal mereka 'secara retrospektif,' dari kehausan untuk menciptakan orang-orang Yahudi modern, ujar Professor Shlomo Sand dari Universitas Tel Aviv, pengarang Bagaimana dan Bila Orang Yahudi Diciptakan.

Tidak ada satu pendiri populasi untuk setiap golongan Yahudi modern yang lebih banyak dari satu pendiri penduduk Kristen modern atau Islam modern yang ada. Teks dari awal serta akhir abad pertengahan menjelaskan adanya kumpulan masyarakat dengan kesukuan yang beragam yang terkait dengan berhubungan Yudaisme.

Dalam bahasa Inggris untuk menggunakan kata Yahudi adalah anakronistik sebelum abad ke 10 ketika Rabinik Yudaisme diperjelas berkat upaya Saadyah Gaon (Sa'id  bin Yusuf al-Fayyumi) dan rekan-rekannya.
Dengan kodifikasi hukum Rabinik revolusioner masyarakat ini menjadi bagian dari jaringan perdagangan yang luas yang terbentang antara dunia Kristen dan Muslim dan yang diperpanjang ke Cina dan mulai bertukar anggota pada skala besar. Wilayah-ekspor utamanya tampaknya berada di wilayah di dekat Laut Hitam.

Temuan antropologi genetik baru-baru ini yang berdasarkan analisis DNA menunjukkan bahwa leluhur laki-laki dari golongan Yahudi Yiddish adalah dari Eropa Timur dan non-Levantin Barat Daya Asia, sementara pada perempuan adalah berasal dari leluhur Eropa Timur.

Sand mengakui, "kemungkinan bahwa Palestina adalah keturunan orang-orang Yahudi purba jauh lebih besar dibandingkan dengan peluang yang Anda atau saya [berarti Israel Yahudi]."

Leluhur Palestina yang menciptakan Kerajaan Hasmonean, menyusun Alkitab Ibrani, mengikuti Isa AS, menulis Perjanjian Baru, mengumpulkan Mishnah, dan meredaksikan Talmud Yerusalem. Orang-orang Palestina menyusun tautan hidup ke awal warisan dari Taurat dan Injil.

Zionists terlihat menyedihkan, karena mereka jadi malu terhadap sejarah mereka sendiri bahwa mereka merebut milik orang lain. Ketika pemerintah Israel mengirimkan Dead Sea Scrolls ke Kanada, oleh  undang-undang Kanada harus mengembalikan mereka ke pemilik sebenarnya, yaitu orang-orang Palestina.(iw/ip) www.suaramedia.com

Arwani Syaerozi, Doktor Indonesia Termuda di Maroko


Arwani Syaerozi (ppi)Wartaislam.com - Prestasi pria yang satu ini luar biasa. Dia meraih gelar doktor dalam usia 29 tahun. Gelar tersebut diraih Arwani Syaerozi, mahasiswa program doktor pada Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Muhammad V Rabat. Dia menuntut ilmu di universitas ternama di Maroko tersebut sejak tahun ajaran 2007-2008. Tidak hanya meraih gelar doktor termuda dari Indonesia, Kang Wawan, demikian dia biasa disapa, juga menyelesaikan pendidikan doktornya tepat waktu.

Disertasinya yang berjudul Konsep Maqashid Syari'ah dalam Pengembangan Hukum Fikih; Prespektif AlKiya Harrasi, berhasil dipertahankannya pada sidang yang dihadiri Dubes RI untuk Kerajaan Maroko, Tosari Widjaja beserta Ibu Mahjsusoh Ujiati, Staf KBRI Rabat, Pengurus Harian, dan Anggota Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Maroko, serta Dosen utusan dari Ma'had Atiq Imam Nafi'-Tanger, dosen, dan mahasiswa Maroko.

Dalam disertasinya, pria lajang yang lahir dan besar di lingkungan Pesantren Assalafie Babakan Ciwaringin, Cirebon, Jawa Barat ini menulis, Al Kiya Harrasi (Wafat 1110 M/504 H) sebagai ulama tafsir bermadzhab Syafi'i memiliki konsep-konsep maqashid syari'ah dalam buku tafsirnya yang berjudul Ahkamul Qur'an.
"Dia juga dianggap sebagai salah seorang ulama yang menjadi motor kajian maqashid syari'ah. Dan Harrasi sebagai ulama Syafi'iyah, pemikiran-pemikirannya sangat tepat untuk diaplikasikan di Indonesia yang mayoritas masyarakat muslimnya bermadzhab Syafi'i," kata Kang Wawan seperti dikutip dari situs PPI Maroko, Jumat (10/6/2011).

Ketika itu, dewan penguji yang terdiri dari Dr. Abder Razak Eljay, Dr. Mohammed Qajwi, Dr. Ahmad Amharazy 'alawi, dan Dr. Abdel Karim 'Akiwi, menganugerahi Arwani gelar Doktor dengan predikat SUMMA CUMLAUDE (Musyarraf Jiddan).

Pendidikan dasar hingga menengah ditempuh Kang Wawan di kampung halamannya. Dia melanjutkan pendidikan sarjana di fakultas Syari'ah dan Hukum Universitas al Ahgaff Yaman (2000-2004), kemudian menempuh studi master kajian Maqasid Syari'ah di Universitas Ezzitouna Tunisia (2005-2007).****(okez/WI-001)

MUI Prihatian Ada Khatib Jumat Dipukul

wartaislam.com - Majelis Ulama Indonesia (MUI) prihatin dengan aksi pemukulan terhadap khatib salat Jumat di Masjid Raya Gampong (Desa) Jie-jiem, Kecamatan Keumala, Kabupaten Pidie, Aceh.

Terlebih lagi aksi pemukulan dilakukan saat khatib sedang berkhotbah dan ironisnya lagi salah satu pelaku pemukulan adalah wakil rakyat. “Ya tentu saja ini (memalukan). Akan menjadi pembicaraan dunia internasional, terutama di dunia Islam karena ini hanya terjadi di Indonesia dan mungkin yang pertama di dunia,” ujar Ketua MUI Amidhan kepada okezone di Jakarta, Minggu (11/9/2011).

Teungku Saiful Bahri Mila yang bertindak sebagai khatib salat Jumat di masjid Raya Gampong babak belur dihajar oleh sejumlah jamaah saat ia sedang membacakan khotbah. Korban mengalami luka dibagian pelipis kanan, memar di bagian wajah dan mata.

Menurut informasi di lapangan, pemukulan terjadi diduga karena para pelaku tersinggung dengan isi dakwah disampaikan Saiful. Isi khutbah tersebut menyoroti perilaku sebagian politisi lokal dan bekas Gerakan Aceh Merdeka yang dinilai lebih mementingkan pribadi daripada rakyat.

Amidhan menegaskan, khotbah Jumat memang seharusnya menyejukkan. Namun terlepas dari apapun pemicu masalahnya, pemukulan seorang khatib apalagi saat berkhotbah tak bisa dibenarkan.

“Jamaah ketika khatib naik mimbar semua harus mendengarkan dengan baik, tidak boleh protes, tidak boleh emosi, apalagi memukul,” tegasnya.

Dia menyarankan apabila ada kekecewaan dengan materi khotbah bisa diselesaikan setelah prosesi salat Jumat selesai dilaksanakan. “Bagaimana pun kecewanya biar diselesaikan khotbahnya, ini memang preseden yang sangat aneh,” tandasnya.

Teungku Lim, seorang saksi mata kejadian, mengatakan seorang jamaah tiba-tiba bangun dari saf dan berteriak meminta khatib turun. Kemudian diikuti oleh beberapa orang lain. Namun Ustaz Saiful saat itu tetap melanjutkan khutbahnya. “Saat itulah keributan terjadi, Tengku Saiful dipukul di atas podium,” katanya saat dihubungi okezone.

Puluhan jamaah lain mencoba melerai sambil meneriakkan Allah Akbar. Saiful akhirnya berhasil dibawa ke luar masjid dan diamankan di Mapolsek Keumala.

Dalam kasus ini polisi telah menetapkan anggota DPRD Kabupaten Pidie, Aceh Ilyas Abu Bakar menjadi tersangka penganiayaan. Selain dia polisi juga telah menetapkan Sabirin (35), Zulkifli (28), dan Nurdin (32). Keempat orang di atas diduga kuat ikut melakukan penganiayaan kepada khatib salat Jumat***(Okezone.com/WI-003)

Jalaluddin Rumi

Maulana Jalaluddin Rumi Muhammad bin Hasin al Khattabi al-Bakri (Jalaluddin Rumi) atau sering pula disebut dengan nama Rumi adalah seorang penyair sufi yang lahir di Balkh (sekarang Afganistan) pada tanggal 6 Rabiul Awwal tahun 604 Hijriah, atau tanggal 30 September 1207 Masehi. Ayahnya masih keturunan Abu Bakar, bernama Bahauddin Walad. Sedang ibunya berasal dari keluarga kerajaan Khwarazm. Ayah Rumi seorang cendekia yang saleh, mistikus yang berpandangan ke depan, seorang guru yang terkenal di Balkh. Saat Rumi berusia 3 tahun karena adanya bentrok di kerajaan maka keluarganya meninggalkan Balkh menuju Khorasan. Dari sana Rumi dibawa pindah ke Nishapur, tempat kelahiran penyair dan alhi matematika Omar Khayyam. Di kota ini Rumi bertemu dengan Attar yang meramalkan si bocah pengungsi ini kelak akan masyhur yang akan menyalakan api gairah Ketuhanan.

Karya

Kumpulan puisi Rumi yang terkenal bernama al-Matsnawi al-Maknawi konon adalah sebuah revolusi terhadap Ilmu Kalam yang kehilangan semangat dan kekuatannya. Isinya juga mengeritik langkah dan arahan filsafat yang cenderung melampaui batas, mengebiri perasaan dan mengkultuskan rasio.
Diakui, bahwa puisi Rumi memiliki ciri khas tersendiri dibandingkan para sufi penyair lainnya. Melalui puisi-puisinya Rumi menyampaikan bahwa pemahaman atas dunia hanya mungkin didapat lewat cinta, bukan semata-mata lewat kerja fisik. Dalam puisinya Rumi juga menyampaikan bahwa Tuhan, sebagai satu-satunya tujuan, tidak ada yang menyamai.
Ciri khas lain yang membedakan puisi Rumi dengan karya sufi penyair lain adalah seringnya ia memulai puisinya dengan menggunakan kisah-kisah. Tapi hal ini bukan dimaksud ia ingin menulis puisi naratif. Kisah-kisah ini digunakan sebagai alat pernyataan pikiran dan ide.
Banyak dijumpai berbagai kisah dalam satu puisi Rumi yang tampaknya berlainan namun nyatanya memiliki kesejajaran makna simbolik. Beberapa tokoh sejarah yang ia tampilkan bukan dalam maksud kesejarahan, namun ia menampilkannya sebagai imaji-imaji simbolik. Tokoh-tokoh semisal Yusuf, Musa, Yakub, Isa dan lain-lain ia tampilkan sebagai lambang dari keindahan jiwa yang mencapai ma'rifat. Dan memang tokoh-tokoh tersebut terkenal sebagai pribadi yang diliputi oleh cinta Ilahi.
Salah satu karyanya yang paling terkenal adalah :
jangan tanya apa agamaku. aku bukan yahudi. bukan zoroaster. bukan pula islam. karena aku tahu, begitu suatu nama kusebut, kau akan memberikan arti yang lain daripada makna yang hidup di hatiku.

BIOGRAFI JALALUDDIN AR-RUMI


BIOGRAFI JALALUDDIN AR-RUMI
“Dia adalah, orang yang tidak mempunyai ketiadaan,
Saya mencintainya dan Saya mengaguminya, Saya memilih
jalannya dan Saya memalingkan muka ke jalannya. Setiap
orang mempunyai kekasih, dialah kekasih saya, kekasih
yang abadi. Dia adalah orang yang Saya cintai, dia
begitu indah, oh dia adalah yang paling sempurna.
Orang-orang yang mencintainya adalah para pecinta yang
tidak pernah sekarat. Dia adalah dia dan dia dan
mereka adalah dia. Ini adalah sebuah rahasia, jika
kalian mempunyai cinta, kalian akan memahaminya.
( Sulthanul Awliya Mawlana Syaikh Nazhim Adil
al-Haqqani – Cucu dari Mawlana Rumi, Lefke, Cyprus
Turki, September 1998)
————————————–
Rumi memang bukan sekadar penyair, tetapi juga seorang
tokoh sufi yang berpengaruh di zamannya. Rumi adalah
guru nomor satu Thariqat Maulawiah, sebuah thariqat
yang berpusat di Turki dan berkembang di daerah
sekitarnya. Thariqat Maulawiah pernah berpengaruh
besar dalam lingkungan Istana Turki Utsmani dan
kalangan seniman sekitar tahun l648.
Sebagai tokoh sufi, Rumi sangat menentang pendewaan
akal dan indera dalam menentukan kebenaran. Di
zamannya, ummat Islam memang sedang dilanda penyakit
itu. Bagi mereka kebenaran baru dianggap benar bila
mampu digapai oleh indera dan akal. Segala sesuatu
yang tidak dapat diraba oleh indera dan akal, dengan
cepat mereka ingkari dan tidak diakui.
Padahal menurut Rumi, justru pemikiran semacam itulah
yang dapat melemahkan Iman kepada sesuatu yang ghaib.
Dan karena pengaruh pemikiran seperti itu pula,
kepercayaan kepada segala hakekat yang tidak kasat
mata, yang diajarkan berbagai syariat dan beragam
agama samawi, bisa menjadi goyah.
Rumi mengatakan, “Orientasi kepada indera dalam
menetapkan segala hakekat keagamaan adalah gagasan
yang dipelopori kelompok Mu’tazilah. Mereka merupakan
para budak yang tunduk patuh kepada panca indera.
Mereka menyangka dirinya termasuk Ahlussunnah.
Padahal, sesungguhnya Ahlussunnah sama sekali tidak
terikat kepada indera-indera, dan tidak mau pula
memanjakannya.”
Bagi Rumi, tidak layak meniadakan sesuatu hanya karena
tidak pernah melihatnya dengan mata kepala atau belum
pernah meraba dengan indera. Sesungguhnya, batin akan
selalu tersembunyi di balik yang lahir, seperti faedah
penyembuhan yang terkandung dalam obat. “Padahal, yang
lahir itu senantiasa menunjukkan adanya sesuatu yang
tersimpan, yang tersembunyi di balik dirinya. Bukankah
Anda mengenal obat yang bermanfaat? Bukankah
kegunaannya tersembunyi di dalamnya?” tegas Rumi.
PENGARUH TABRIZ
Fariduddin Attar, salah seorang ulama dan tokoh sufi,
ketika berjumpa dengan Rumi yang baru berusia 5 tahun
pernah meramalkan bahwa si kecil itu kelak akan
menjadi tokoh spiritual besar. Sejarah kemudian
mencatat, ramalan Fariduddin Attar itu tidak meleset.
Rumi, Lahir di Balkh, Afghanistan pada 604 H atau 30
September 1207. Mawlana Rumi menyandang nama lengkap
Jalaluddin Muhammad bin Muhammad al-Balkhi al-Qunuwi.
Adapun panggilan Rumi karena sebagian besar hidupnya
dihabiskan di Konya (kini Turki), yang dahulu dikenal
sebagai daerah Rum (Roma).
Ayahnya, Bahauddin Walad Muhammad bin Husein, adalah
seorang ulama besar bermadzhab Hanafi. Dan karena
kharisma dan tingginya penguasaan ilmu agamanya, ia
digelari Sulthanul Ulama. Namun rupanya gelar itu
menimbulkan rasa iri pada sebagian ulama lain. Dan
mereka pun melancarkan fitnah dan mengadukan Bahauddin
ke penguasa. Celakanya sang penguasa terpengaruh
hingga Bahauddin harus meninggalkan Balkh, termasuk
keluarganya. Ketika itu Rumi baru berusia lima
tahun. Sejak itu Bahauddin bersama keluarganya hidup
berpindah- pindah dari suatu negara ke negara lain.
Mereka pernah tinggal di Sinabur (Iran timur laut).
Dari Sinabur pindah ke Baghdad, Makkah, Malattya
(Turki), Laranda (Iran tenggara) dan terakhir menetap
di Konya, Turki. Raja Konya Alauddin Kaiqubad,
mengangkat ayah Rumi sebagai penasihatnya, dan juga
mengangkatnya sebagai pimpinan sebuah perguruan agama
yang didirikan di ibukota tersebut. Di kota ini pula
ayah Rumi wafat ketika Rumi berusia 24 tahun.
Di samping kepada ayahnya, Rumi juga berguru kepada
Burhanuddin Muhaqqiq at-Turmudzi, sahabat dan
pengganti ayahnya memimpin perguruan. Rumi juga
menimba ilmu di Syam (Suriah) atas saran gurunya itu.
Beliau baru kembali ke Konya pada 634 H, dan ikut
mengajar di perguruan tersebut.
Setelah Burhanuddin wafat, Rumi menggantikannya
sebagai guru di Konya. Dengan pengetahuan agamanya
yang luas, di samping sebagai guru, beliau juga
menjadi da’i dan ahli hukum Islam. Ketika itu banyak
tokoh ulama yang berkumpul di Konya. Tak heran jika
Konya kemudian menjadi pusat ilmu dan tempat berkumpul
para ulama dari berbagai penjuru dunia.
Kesufian dan kepenyairan Rumi dimulai ketika beliau
sudah berumur cukup tua, 48 tahun. Sebelumnya, Rumi
adalah seorang ulama yang memimpin sebuah madrasah
yang punya murid banyak, 4.000 orang. Sebagaimana
seorang ulama, beliau juga memberi fatwa dan tumpuan
ummatnya untuk bertanya dan mengadu. Kehidupannya itu
berubah seratus delapan puluh derajat ketika beliau
berjumpa dengan seorang sufi pengelana, Syamsuddin
alias Syamsi dari kota Tabriz.
Suatu saat, seperti biasanya Rumi mengajar di hadapan
khalayak dan banyak yang menanyakan sesuatu kepadanya.
Tiba-tiba seorang lelaki asing–yakni Syamsi
Tabriz–ikut bertanya, “Apa yang dimaksud dengan
riyadhah dan ilmu?” Mendengar pertanyaan seperti itu
Rumi terkesima. Kiranya pertanyaan itu jitu dan tepat
pada sasarannya. Beliau tidak mampu menjawab.
Akhirnya Rumi berkenalan dengan Tabriz. Setelah
bergaul beberapa saat, beliau mulai kagum kepada
Tabriz yang ternyata seorang sufi.
Sultan Salad, putera Rumi, mengomentari perilaku
ayahnya itu, “Sesungguhnya, seorang guru besar
tiba-tiba menjadi seorang murid kecil. Setiap hari
sang guru besar harus menimba ilmu darinya, meski
sebenarnya beliau cukup alim dan zuhud. Tetapi itulah
kenyataannya. Dalam diri Tabriz, guru besar itu
melihat kandungan ilmu yang tiada taranya.”
Rumi telah menjadi sufi, berkat pergaulannya dengan
Tabriz. Kesedihannya berpisah dan kerinduannya untuk
berjumpa lagi dengan gurunya itu telah ikut berperan
mengembangkan emosinya, sehingga beliau menjadi
penyair yang sulit ditandingi. Guna mengenang dan
menyanjung gurunya itu, beliau tulis syair-syair, yang
himpunannya kemudian dikenal dengan nama Divan Syams
Tabriz. Beliau bukukan pula wejangan-wejangan gurunya,
dan buku itu dikenal dengan nama Maqalat Syams Tabriz.
Rumi kemudian mendapat sahabat dan sumber inspirasi
baru, Syaikh Hisamuddin Hasan bin Muhammad. Atas
dorongan sahabatnya itu, selama 15 tahun terakhir masa
hidupnya beliau berhasil menghasilkan himpunan syair
yang besar dan mengagumkan yang diberi nama Masnavi.
Buku ini terdiri dari enam jilid dan berisi 20.700
bait syair. Dalam karyanya ini, terlihat ajaran-ajaran
tasawuf yang mendalam, yang disampaikan dalam bentuk
apologi, fabel, legenda, anekdot, dan lain-lain.
Bahkan Masnavi sering disebut Qur’an Persia. Karya
tulisnya yang lain adalah Ruba’iyyat (sajak empat
baris dengan jumlah 1600 bait), Fiihi Maa fiihi (dalam
bentuk prosa; merupakan himpunan ceramahnya tentang
metafisika), dan Maktubat (himpunan surat-suratnya
kepada sahabat atau pengikutnya).
Bersama Syaikh Hisamuddin pula, Rumi mengembangkan
Thariqat Maulawiyah atau Jalaliyah. Thariqat ini di
Barat dikenal dengan nama The Whirling Dervishes (para
Darwisy yang berputar-putar). Nama itu muncul karena
para penganut thariqat ini melakukan tarian
berputar-putar, yang diiringi oleh gendang dan suling,
dalam dzikir mereka untuk mencapai ekstase.
WAFATNYA MAWLANA RUMI
Semua manusia tentu akan kembali kepada-Nya.
Demikianlah yang terjadi pada Rumi. Penduduk Konya
tiba-tiba dilanda kecemasan, karena mendengar kabar
bahwa tokoh panutan mereka, Rumi, tengah menderita
sakit keras. Meskipun demikian, pikiran Rumi masih
menampakkan kejernihannya.
Seorang sahabatnya datang menjenguk dan mendo’akan,
“Semoga Allah berkenan memberi ketenangan kepadamu
dengan kesembuhan.” Rumi sempat menyahut, “Jika
engkau beriman dan bersikap manis, kematian itu akan
bermakna baik. Tapi kematian ada juga yang kafir dan
pahit.”
Pada tanggal 5 Jumadil Akhir 672 H atau 17 Desember
1273 dalam usia 68 tahun Rumi dipanggil ke
Rahmatullah. Tatkala jenazahnya hendak diberangkatkan,
penduduk setempat berdesak-desakan ingin mengantarkan
kepulangannya. Malam wafatnya beliau dikenal sebagai
Sebul Arus (Malam Penyatuan). Sampai sekarang para
pengikut Thariqat Maulawiyah masih memperingati
tanggal itu sebagai hari wafatnya beliau.
“SAMA”, Tarian Darwis yang Berputar
Suatu saat Rumi tengah tenggelam dalam kemabukannya
dalam tarian “Sama” ketika itu seorang sahabatnya
memainkan biola dan ney (seruling), beliau mengatakan,
“Seperti juga ketika salat kita berbicara dengan
Tuhan, maka dalam keadaan extase para darwis juga
berdialog dengan Tuhannya melalui cinta. Musik Sama
yang merupakan bagian salawat atas baginda Nabi
Sallallahu alaihi wasalam adalah merupakan wujud musik
cinta demi cinta Nabi saw dan pengetahuanNya.
Rumi mengatakan bahwa ada sebuah rahasia tersembunyi
dalam Musik dan Sama, dimana musik merupakan gerbang
menuju keabadian dan Sama adalah seperti electron yang
mengelilingi intinya bertawaf menuju sang Maha
Pencipta. Semasa Rumi hidup tarian “Sama” sering
dilakukan secara spontan disertai jamuan makanan dan
minuman. Rumi bersama teman darwisnya selepas solat
Isa sering melakukan tarian sama dijalan-jalan kota
Konya.
Terdapat beberapa puisi dalam Matsnawi yang memuji
Sama dan perasaan harmonis alami yang muncul dari
tarian suci ini. Dalam bab ketiga Matsnawi, Rumi
menuliskan puisi tentang kefanaan dalam Sama, “ketika
gendang ditabuh seketika itu perasaan extase merasuk
bagai buih-buih yang meleleh dari debur ombak laut”.

Puisi-Puisi Sufi Pilihan Jalaluddin Rumi

Quantcast
Lukisan Diri Jalaluddin Rumi
Lukisan Diri Jalaluddin Rumi
DALAM sebuah puisi sufinya bertajuk “Syahadat Kita”, penyair klasik Persia terkemuka Jalaluddin Rumi mengajak para pembaca mengernyitkan dahi sejenak. Rumi menggelitik kesadaran religi kita: Dia berkata Tiada tuhan, lalu dia berkata kecuali Tuhan. Dari Tiada menjadi kecuali Tuhan maka menjelmalah Keesaan.
Dengan nukilan goresan pena itu, sesungguhnya Rumi menyingkap dan mengungkap situasi kepenyairannya sendiri. Tepat sekali bila pembaca menebak-nebak, disamping terkenal sebagai penyair, ia memang seorang ulama besar (mullah). Nama lengkapnya Jalaluddin Rumi ialah Maulana Jalaluddin Rumi Muhammad bin Hasin al Khattabi al-Bakri. Lahir pada 30 September 1207 Masehi di Balkh (kini terletak di perbatasan Afganistan) dan meninggal pada 17 Desember 1273 Masehi di Konya (wilayah Turki, Asia).
Jalaluddin Rumi dibesarkan dalam keluarga dan masyarakat yang memberikan semangat keagamaan padanya. Ayahnya, Bahauddin Walad mendapat kedudukan tinggi di kalangan keagamaan di Khorasan, sebelum ia dengan tiba-tiba mengungsi ke Konya wilayah kekuasaan Turki Saljuq menjelang penyerbuan bangsa Mongol. Di Konya, Bahauddin mendapat bantuan lindungan dan bantuan raja serta penghargaan rakyat sebagai khotib dan guru agama.
Rumi sendiri, setelah menyelesaikan pendidikan bertahun-tahun di Aleppo dan Damsyik, pada saatnya pula mengajar dan menjadi khatib di Konya. Sepanjang hidupnya, ia telah menghasilkan lebih dari tiga ribu kasidah (ode) dan ghazal (lirik). Bagi pembaca tanah air, buku kumpulan puisi Rumi yang sangat terkenal yakni Masnawi. Buku ini terdiri dari enam jilid dan berisi 20.700 bait syair. Dalam karyanya ini, terlihat ajaran-ajaran tasawuf yang mendalam, yang disampaikan dalam bentuk apologi, fabel, legenda, anekdot, dan lain-lain.
Pada bagian pendahuluan bukunya itu, Jalaluddin Rumi mengatakan:
Aku tidak menyanyikan Masnawi agar orang membawanya dan mengulang-ulangnya pula, akan tetapi agar orang meletakkan buku itu di telapak kaki dan terbang bersamanya. Masnawi adalah tangga pendakian menuju kebenaran. Jangan engkau pikul tangga itu di pundakmu sambil berjalan dari satu kota ke kota lain.
Terbang bersamanya, kata Rumi di atas. Demikian pula puisi-puisi sufi yang akan saya tampilkan berikut,  berupaya agar semangat ketuhanan yang ada dalam diri manusia dapat diusahakan lahir kembali. Terbang bersama makna tersembunyi puisi sufi. Atau seperti yang dianjurkan Rumi adalah melakukan perjalanan dari diri (yang rendah) ke diri (yang tinggi) — from lower self to higher self.
Dalam sebuah puisinya Rumi mengumpamakan perjalanan dari diri ke dalam diri sebagai perjalanan ‘sebutir pasir yang menyimpang dari jalan yang lazim dan memasuki tubuh tiram, dan setelah lama terkurung akan muncul sebagai mutiara’.
Lantaran banyaknya puisi-puisi sufi yang telah ia ciptakan dan agar postingan ini tidak terlalu panjang, maka pada kesempatan ini akan saya pilihkan beberapa buah saja diantaranya. Selamat membaca dan menghayatinya:
Puasa Membakar Hijab
Rasa manis yang tersembunyi,
Ditemukan di dalam perut yang kosong ini!
Ketika perut kecapi telah terisi,
ia tidak dapat berdendang,
Baik dengan nada rendah ataupun tinggi.
Jika otak dan perutmu terbakar karena puasa,
Api mereka akan terus mengeluarkan ratapan dari dalam dadamu.
Melalui api itu, setiap waktu kau akan membakar seratus hijab.
Dan kau akan mendaki seribu derajat di atas jalan serta dalam hasratmu.

Disebabkan Ridha-Nya
Jika saja bukan karena keridhaan-Mu,
Apa yang dapat dilakukan oleh manusia yang seperti debu ini
dengan Cinta-Mu?

Letak Kebenaran
Kebenaran sepenuhnya bersemayam di dalam hakekat,
Tapi orang dungu mencarinya di dalam kenampakan.

Rahasia yang Tak Terungkap
Apapun yang kau dengar dan katakan (tentang Cinta),
Itu semua hanyalah kulit.
Sebab, inti dari Cinta adalah sebuah
rahasia yang tak terungkapkan.

Pernyataan Cinta
Bila tak kunyatakan keindahan-Mu dalam kata,
Kusimpan kasih-Mu dalam dada.
Bila kucium harum mawar tanpa cinta-Mu,
Segera saja bagai duri bakarlah aku.
Meskipun aku diam tenang bagai ikan,
Tapi aku gelisah pula bagai ombak dalam lautan
Kau yang telah menutup rapat bibirku,
Tariklah misaiku ke dekat-Mu.
Apakah maksud-Mu?
Mana kutahu?
Aku hanya tahu bahwa aku siap dalam iringan ini selalu.
Kukunyah lagi mamahan kepedihan mengenangmu,
Bagai unta memahah biak makanannya,
Dan bagai unta yang geram mulutku berbusa.
Meskipun aku tinggal tersembunyi dan tidak bicara,
Di hadirat Kasih aku jelas dan nyata.
Aku bagai benih di bawah tanah,
Aku menanti tanda musim semi.
Hingga tanpa nafasku sendiri aku dapat bernafas wangi,
Dan tanpa kepalaku sendiri aku dapat membelai kepala lagi.

Hati Bersih Melihat Tuhan
Setiap orang melihat Yang Tak Terlihat
dalam persemayaman hatinya.
Dan penglihatan itu bergantung pada seberapakah
ia menggosok hati tersebut.
Bagi siapa yang menggosoknya hingga kilap,
maka bentuk-bentuk Yang Tak Terlihat
semakin nyata baginya.

Kesucian Hati
Di manapun, jalan untuk mencapai kesucian hati
ialah melalui kerendahan hati.
Maka dia akan sampai pada jawaban “Ya” dalam pertanyaan
Bukankah Aku Tuhanmu?

Memahami Makna
Seperti bentuk dalam sebuah cermin, kuikuti Wajah itu.
Tuhan menampakkan dan menyembunyikan sifat-sifat-Nya.
Tatkala Tuhan tertawa, maka akupun tertawa.
Dan manakala Tuhan gelisah, maka gelisahlah aku.
Maka katakana tentang Diri-Mu, ya Tuhan.
Agar segala makna terpahami, sebab mutiara-mutiara
makna yang telah aku rentangkan di atas kalung pembicaraan
berasal dari Lautan-Mu.

Tuhan Hadir dalam Tiap Gerak
Tuhan berada dimana-mana.
Ia juga hadir dalam tiap gerak.
Namun Tuhan tidak bisa ditunjuk dengan ini dan itu.
Sebab wajah-Nya terpantul dalam keseluruhan ruang.
Walaupun sebenarnya Tuhan itu mengatasi ruang.

Lihatlah yang Terdalam
Jangan kau seperti iblis,
Hanya melihat air dan lumpur ketika memandang Adam.
Lihatlah di balik lumpur,
Beratus-ratus ribu taman yang indah!

Keterasingan di Dunia
Mengapa hati begitu terasing dalam dua dunia?
Itu disebabkan Tuhan Yang Tanpa Ruang,
Kita lemparkan menjadi terbatasi ruang.
***
Puisi sufi, meminjam pernyataan penyair sufi Indonesia Sutardi Calzoum Bachri adalah perwujudan seorang penyair yang sadar sebagai makhluk spiritual. Sebagai makhluk spiritual dia selalu berusaha mengungkapkan kerinduannya akan nilai-nilai spiritual demi menciptakan keutuhan dirinya.
Tanpa dimensi spiritual, manusia takkan pernah bisa menyempurnakan kemanusiaannya. Ia hanyalah robot berdaging yang hidup di bumi dengan segala aktivitas bernilai relatif, yang dijalankannya dari hari ke hari sekedar menunggu atau menunda saat kematiannya.
Lihat pula posting saya sebelumnya dan klik “Puisi-puisi Cinta Pilihan“.  Semoga sajian kami memperkaya khazanah jiwa para pembaca.
*****
Referensi:
1. Kasidah Cinta Jalaluddin Rumi, Yogyakarta: Tarawang, Maret 2000.
2. Jalaluddin Rumi Kisah Keajaiban Cinta, Yogyakarta: Penerbit Kreasi Wacana, Cetakan Kelima Oktober 2003.
3. Abdul Hadi WM, “Sastra Transedental dan Kecenderungan Sufistik Kepengarangan di Indonesia“, makalah Simposium Festival Istiqlal Tahun 1991.
Instrumentalia yang tengah pembaca dengarkan sembari menyimak Puisi-puisi Sufi Pilihan Jalaluddin Rumi ini bertitel The Lonely Shepherd. Sebuah koleksi khusus mp3, yang saya unggah di situs http://soundcloud.com.

"MAJELIS RASULULLAH SAW"

"MAJELIS RASULULLAH SAW"









"PERADABAN BARU ISLAM (FITRAH MANUSIA)"

Seaching Blog