JUNAEDI terkagum-kagum ketika berkesempatan mengunjungi Jakarta, pertengahan Februari lalu. Selain melihat pesatnya pembangunan Ibu Kota, lelaki asal Kampung Cihampelas, Bandung Barat, ini juga terlihat bungah melihat masjid-masjid yang berdiri megah di berbagai tempat di Jakarta. Ia membayangkan, andai saja di kampungnya dapat berdiri masjid semegah itu, tentu warga akan bersemangat untuk melaksanakan ibadah dan berbagai kegiatan di masjid. Maklum, di kampungnya hanya ada satu mushala kecil. Untuk pengajian anak-anak saja tidak cukup.
Anak-anak harus berdesakan di dalam mushala, bahkan sampai ke pelataran mushala. “Di mushala kampung saya, kalau sedang pengajian rutin, ibu-ibu sampai harus membawa tikar sendiri untuk duduk di luar mushala. Ruang mushala hanya cukup untuk bapak-bapak,” kata Junaedi. Sedangkan bangunan masjid ini sangat megah. Ruangannya sangat luas. Bahkan interiornya sangat indah, dengan dekorasi masjid yang ditata apik. Dalam hitungan Junaedi, masjid ini setidaknya bisa menampung 1.000 jamaah. Tapi, yang membuat rasa kagum Junaedi ciut, pada saat menunaikan shalat ashar itu, jamaahnya hanya beberapa orang. Tidak sampai satu shaf. “Mungkin orang-orang masih sibuk bekerja, jadi tidak sempat untuk shalat ashar berjamaah di masjid,” katanya menerka-nerka.
<p>Your browser does not support iframes.</p>
Barangkali tidak salah kalau Junaedi merasa prihatin melihat
kenyataan itu. Tapi, bukankah pada saat ini masjid ada di mana-mana.
Mulai di permukiman penduduk, kompleks perumahan, hingga di
kantor-kantor dan mal. Jadi, bisa saja para pegawai kantor atau pekerja
pusat perbelanjaan menunaikan shalat di masjid kantor atau mal, sehingga
tak perlu berlelah-lelah mencari masjid di luar. Bahkah masjid-masjid
di kantor dan mal juga menyelenggarakan kegiatan keagamaan lainnya,
seperti pengajian rutin dan peringatan hari-hari besar Islam. “Cuma, sayang aja, masjid segede ini jadi kosong melompong,” tutur Junaedi.•••••
Kini memang masjid berdiri di mana-mana. Dari yang kecil (mushala) hingga yang megah. Lalu soal shalat berjamaah itu? “Mungkin yang paling penting, yang sudah berjamaah benar benar menjadi figur yang bisa membuat orang yang belum berjamaah jadi tertarik,” kata KH Abdullah Gymnastiar, pimpinan Pesantren Daarut Tauhiid, Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar