Almarhum dimakamkan di sebuah bangunan dekat dengan makam ayahnya, Syekh Abdulloh Mubarok bin Nur Muhammad atau Abah Sepuh, pendiri ponpes Suryalaya dan makam keluarga besar Suryalaya lainnya. Selama proses pemakaman sejumlah pelayat yang datang dari berbagai daerah tampak menitikkan air mata sambil terus berdoa, takbir, dan bersalawat.
Usai proses pemakaman para pelayat yang sebelumnya tidak dapat masuk ke kawasan bangunan tersebut terus bergantian keluar masuk untuk mendoakan almarhum Abah Anom. Sebelumnya Abah Anom semalaman dibaringkan di Masjid Nurul Asro dan belum dapat dimakamkan pada hari meninggalnya karena masih banyaknya pelayat yang terus berdatangan.
Selama dibaringkan dalam masjid, para pelayat terus memadati kawasan masjid untuk mendoakan dan mensholatkan almarhum serta berzikir bersama secara bergantian yang berlangsung hingga almarhum dimakamkan.
Abah Anom yang memiliki nama lengkap KH Shohibulwafa Tajul Arifin meninggal dunia pada usia 96 tahun, Senin 5 September 2011 sekitar pukul 11.30 WIB atau bertepatan dengan hari Milad Pesantren Suryalaya 5 September 1905.
Almarhum sebelumnya tidak terbaring sakit atau dirawat di rumah sakit, bahkan sempat menerima tamu di kediamannya di Suryalaya, Namun usai menerima tamu, tiba-tiba mendadak merasakan sakit, karena sebelumnya almarhum memiliki riwayat kesehatan mengidap penyakit jantung.
Abah Anom kemudian dibawa ke Rumah Sakit TMC Kota Tasikmalaya, namun setibanya di rumah sakit sudah dalam keadaan meninggal dunia, kemudian dibawa kembali ke Suryalaya setelah sempat dilakukan pemeriksaan medis.
Sementara itu berdasarkan catatan tertulis riwayat hidup Abah Anom lahir 1 Januari 1951 di Kampung Godebah, Suryalaya, Desa Tanjungkerta, Kecamatan Pageurageung, Kabupaten Tasikmalaya, dari pasangan keluarga bapaknya Syekh H Abdulloh Mubarok bin Nur Muhammad atau Abah Sepuh dan ibunya Hj Juhriyah.
Semasa hidupnya Abah Anom mengenyam pendidikan umum di Sekolah Dasar Zaman Belanda "Vervoleg School" di Ciamis 1923-1931, kemudian masuk Madrasah Tsanawiyah di Ciawi, Kabupaten Tasikmalaya 1929-1931.
Selanjutnya menambah ilmu agama di Pesantren Cicariang, Pesantren Gentur dan Jambudipa Kabupaten Cianjur, kemudian Pesantren Cireungas-Cimalati Kabupaten Sukabumi yang mendalami khusus ilmu Hikmat, tarekat, dan ilmu beladiri seperti silat, lalu Pesantren Citengah, Kabupaten Ciamis.
Bahkan Abah Anom melaksanakan Riyadoh dan ziarah ke makam para wali atas perintah ayahnya sambil menimba ilmu di pesantren Kaliwungu-Kendal-Jawa Tengah, kemudian di Bangkalan Madura bersama kakak kandungnya H.A Dahlan dan wakil Abah Sepuh KH Pakih dari Talaga, Majalengka.
Selanjutnya menunaikan ibadah haji ke Mekah tahun 1938, kemudian di Mekah memperdalam ilmu Tasawuf dan Tarekat selama tujuh bulan kepada syekh H Romli asal Garut, wakil Abah Sepuh yang bermukim di Jabal Gubeys, Mekah.
Setelah itu Abah Anom membantu bapaknya Abah Sepuh mengajar di Pesantren Suryalaya dan ikut berjuang menegakkan kemerdekaan Indonesia, hingga akhirnya diangkat memimpin pesantren Suryalaya dan menjadi Wakil Abah Sepuh.
Abah Anom selanjutnya bersama TNI aktif melawan gangguan keamanan yang diakibatkan oleh gerombolan DI/TII dan mendapatkan penghargaan jasa dibidang keamanan.
Selanjutnya Abah Anom aktif membantu pemerintah dalam melaksanakan pembangunan diberbagai bidang seperti pertanian, pendidikan, lingkungan hidup, sosial, kesehatan, koperasi dan politik sehingga banyak menerima penghargaan dari pemerintah.
Kemudian Abah Anom sejak tahun 1980 hingga wafatnya telah mendirikan sebanyak 22 Inabah sebagai panti rehabilitasi remaja korban narkotika dan telah berhasil menyembuhkan banyak para santri binaannya yang tergantung pada narkotika.
Sejak kepemimpinan Abah Anom di pondok pesantren itu cukup banyak dikunjungi berbagai tamu negara Indonesia maupun sejumlah pejabat negara dari berbagai mancanegara.(Ant/ICH)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar