Penulisan buku Genealogi Intelektual Ulama Betawi dapat mendorong penulisan tarajim ulama di daerah lain, sekaligus upaya kita bersama dalam memperkaya pengetahuan tentang sejarah Islam lokalitas tertentu. Tahun ini Jakarta Islamic Centre (JIC) memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW dengan menggelar acara seminar bertajuk “Regenerasi Ulama Betawi sebagai Pewaris Nabi SAW dan Pemimpin Etnik”. Seminar, yang juga dimaksudkan sebagai forum untuk mendiskusikan dan mensosialisasikan hasil-hasil penelitian JIC pada buku Genealogi Intelektual Ulama Betawi, yang baru-baru ini diterbitkan, menampilkan Prof. Dr. Azyumardi Azra dan Drs. H. Ridwan Saidi sebagai pembicara, Prof. Dr. K.H. Musa bin Fathullah Harun dan Dr. K.H. Ahmad Luthfi Fathullah Mughni, M.A. sebagai pembahas, serta K.H. Mahfudz Asirun sebagai penanggap. Buku tersebut merupakan hasil penelitian JIC mengenai rantai genealogi keulamaan para tokoh ulama Betawi yang dilakukan sejak 2007, 2008, dan 2009, di bawah bimbingan beberapa tokoh, yaitu Dr. K.H. Ahmad Syafi'i Mufid, A.P.U., K.H. Saifuddin Amsir, Drs. H. Ridwan Saidi, Prof. Dr. Yasmine Zaki Shahab, dan Alwi Shahab. Penulisan Tarajim Prof. Dr. Azyumardi Azra, sebagai pembicara pertama, menyampaikan betapa masih minimnya karya-karya yang memuat keterangan tentang genealogi para ulama Jakarta. Dalam istilah historiografi berbahasa Arab, karya yang mengurai latar belakang kehidupan dan perjalanan intelektual seorang ulama semacam ini disebut tarajim (jamak dari tarjamah), yang dalam historiografi di Barat disebut biographical dictionary (kamus biografi). Azra juga menyebutkan, salah satu perintis buku bergenre tarajim ulama di Nusantara adalah K.H. Sirajuddin Abbas, ulama asal Sumatera Barat, yang menulis ihwal thabaqat Syafi'iyah (para ulama Madzhab Syafi’i dari masa ke masa). Karenanya, kehadiran buku Genealogi Intelektual Ulama Betawi ini merupakan sumbangan yang amat bernilai dalam khazanah sejarah ulama Betawi. Penulisan buku tersebut juga dapat mendorong penulisan tarajim ulama di daerah lain, sekaligus upaya kita bersama dalam memperkaya pengetahuan tentang sejarah Islam lokalitas tertentu serta untuk menambah pengetahuan, penghargaan, dan kebanggaan umat Islam Indonesia kepada ulama-ulama mereka. Sementara itu, Drs. H. Ridwan Saidi, yang tampil sebagai pembicara berikutnya, banyak mengulas sejarah kota Jakarta, bahkan sejak masa pra-sejarah, yang ditengarai di kota ini dulunya pernah berdiri sebuah kerajaan tertua di Nusantara. Berdasarkan dari catatan-catatan lama yang ia sebutkan, masyarakat Jakarta bahkan sudah memeluk agama Islam sebelum kedatangan pasukan Fatahillah dari Cirebon. Karya Inovasi Ulama Betawi Pada kesempatan berikutnya, tampil Prof. Dr. K.H. Musa Fathullah Harun, seorang tokoh ulama asal negeri jiran, Malaysia, yang kelahiran Jakarta (lihat Tamu Kita). Dalam kesempatan itu ia banyak berkisah seputar perjalanan hidup ayahnya, K.H. Fathullah Harun, ulama Betawi terkenal tempo dulu, yang kemudian hijrah ke Malaysia. Dikisahkan, awal mula hijrahnya sang ayah adalah ketika sepulangnya dari lawatan ke Moskow 196 (dari ES: Apa ini?), ayahnya singgah di Malaysia. Di Malaysia, ayahnya bertemu dengan Mufti Johor, Habib Alwi bin Thahir Al-Haddad, yang tak lain adalah gurunya sendiri dahulu sewaktu Habib Alwi masih tinggal di Jakarta. Sejak saat itulah K.H. Fathullah Harun sering bolak-balik Jakarta-Malaysia, hingga akhirnya hijrah dan menetap di sana. Menariknya, seminar di JIC kali itu juga menampilkan preview dari karya kontemporer ulama Betawi masa kini, Dr. K.H. Ahmad Lutfi Fathullah, berupa karya-karya inovatif berbasiskan komputer demi memudahkan masyarakat untuk semakin mengenal ilmu-ilmu keislaman. Beberapa karya yang telah diluncurkan ulama pakar hadits asli Betawi ini adalah program aplikasi berupa CD interaktif yang memuat potret kehidupan dan pribadi Rasulullah SAW. Berbekal program aplikasi tersebut, setiap orang dapat mengetahui segala sesuatu terkait dengan data-data kehidupan Rasulullah SAW, tanggal-tanggal peristiwa dalam kehidupan, dan lain-lain. Bahkan berapa mahar pernikahan beliau dengan istri-istri beliau pun dapat diketahui dengan mudah. Cukup klik mouse komputer, data-data yang kita inginkan segera muncul di layar monitor. Karya lain ulama muda keturunan Guru Mughni ini adalah perpustakaan digital dengan koleksi sampai 5.500 kitab berbahasa Arab. Program ini menggunakan aplikasi PDF berisikan halaman-halaman kitab-kitab asli yang di-scan. Bedanya program ini dengan program Maktabah Syamilah adalah, karena berdasarkan hasil scanning, isi dan halaman kitab tentunya akan sama persis dengan kitab aslinya. IY |
|
Rabu, 02 Maret 2011
Tarajim Ulama Betawi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar