London, (Reuters) – Astronom-astronom Eropa memindai Bima Sakti dan menemukan sebuah planet yang letaknya dekat bintang yang berasal dari planet diluar galaksi Bima Sakti. Hal ini menyiratkan bahwa itu berasal dari luar galaksi Bima Sakti.
Temuan yang menantang pemahaman tentang bagaimana proses terbentuknya planet ini dibuat disebut dengan Helmi Stream - sekelompok bintang yang awalnya milik sebuah galaksi kerdil yang kemudian dilahap oleh Bima Sakti. Fenomena ini disebut astronom dengan “an act of cosmis cannibalism” (tindakan kanibalisme galaksi. red).
"Sejauh yang saya tahu ini adalah pertama kalinya sebuah planet seperti ini ditemukan. Ia datang ke galaksi kita sekitar 6 sampai 9 miliar tahun lalu, seperti layaknya pengunjung," ujar pemimpin tim Astronomi yang membuat penemuan dari Max Planck Institute di Jerman, Johny Setiawan.
Selama 15 tahun terakhir, astronom telah mendeteksi hampir 500 planet yang mengorbit bintang-bintang di lingkungan kosmik Bima Sakti. Namun belum bisa dipastikan apakah ada yang berasal dari luar galaksi Bima Sakti atau tidak.
"Penemuan ini sangat menarik," kata Rainer Klement, juga dari Max Planck Institute."Karena ada jarak besar yang terlibat, dan tidak terdeteksinya planet-planet di galaksi lain. Tapi ini pertukaran kosmik ini telah menarik planet extragalactic (yang berasal dari galaksi di luar Bima Sakti red.) ke dalam jangkauan kita."
Bintang induk itu disebut HIP 13044 dan planetnya dikenal sebagai HIP 13044b. Itu terletak sekitar 2.000 tahun cahaya dari Bumi, tepatnya di konstelasi selatan Fornax, atau Furnace. Ini seperti disampaikan para ilmuwan dalam sebuah studi dalam jurnal Science Express, Kamis.
Ini dideteksi menggunakan spektrograf berresolusi tinggi yang melekat pada sebuah teleskop 2,2 meter di La Silla European Southern Observatory di Chile.
Para ilmuwan mengatakan, penemuan itu menimbulkan pertanyaan tentang teori pembentukan planet. Karena merupakan pertama kali sebuah planet ditemukan di sekitar bintang tua yang sangat sedikit mengandung unsur-unsur selain hidrogen dan helium.
"Menurut formasi model planet yang diterima secara luas, sebenarnya tidak mungkin untuk terbentuknya planet di sekitar seperti bintang yang sangat miskin logam," kata Setiawan dalam sebuah wawancara telepon.
Timnya juga terkejut menemukan bahwa planet ini telah pergi dan kemudian dikenal sebagai "fase raksasa merah" dari evolusi bintang. Yaitu ketika bintang-bintang seperti matahari berkembang sampai beberapa kali dari ukuran aslinya.
Yang tidak biasa adalah bahwa HIP 13044b telah bertahan dalam proses, ketika para astronom biasanya akan berharap planet itu akan dilahap oleh bintang induk dalam proses perkembangannya.
"Penemuan ini sangat menarik ketika kita mempertimbangkan masa depan yang jauh dari sistem planet kita sendiri, seperti Matahari juga diharapkan menjadi raksasa merah di sekitar 5 miliar tahun lagi," kata Setiawan.
Meskipun sejauh ini planet HIP 13044b telah lolos, namun para ilmuwan meramalkan bintang induk kemungkinan akan berkembang lagi di tahap evolusi berikutnya. Hal ini juga dapat meramalkan kematian planet luar Bima Sakti, seperti Jupiter. Dan ini tentunya saat Matahari mendekati akhir hidupnya. (OnIslam.net/Reuters)
Temuan yang menantang pemahaman tentang bagaimana proses terbentuknya planet ini dibuat disebut dengan Helmi Stream - sekelompok bintang yang awalnya milik sebuah galaksi kerdil yang kemudian dilahap oleh Bima Sakti. Fenomena ini disebut astronom dengan “an act of cosmis cannibalism” (tindakan kanibalisme galaksi. red).
"Sejauh yang saya tahu ini adalah pertama kalinya sebuah planet seperti ini ditemukan. Ia datang ke galaksi kita sekitar 6 sampai 9 miliar tahun lalu, seperti layaknya pengunjung," ujar pemimpin tim Astronomi yang membuat penemuan dari Max Planck Institute di Jerman, Johny Setiawan.
Selama 15 tahun terakhir, astronom telah mendeteksi hampir 500 planet yang mengorbit bintang-bintang di lingkungan kosmik Bima Sakti. Namun belum bisa dipastikan apakah ada yang berasal dari luar galaksi Bima Sakti atau tidak.
"Penemuan ini sangat menarik," kata Rainer Klement, juga dari Max Planck Institute."Karena ada jarak besar yang terlibat, dan tidak terdeteksinya planet-planet di galaksi lain. Tapi ini pertukaran kosmik ini telah menarik planet extragalactic (yang berasal dari galaksi di luar Bima Sakti red.) ke dalam jangkauan kita."
Bintang induk itu disebut HIP 13044 dan planetnya dikenal sebagai HIP 13044b. Itu terletak sekitar 2.000 tahun cahaya dari Bumi, tepatnya di konstelasi selatan Fornax, atau Furnace. Ini seperti disampaikan para ilmuwan dalam sebuah studi dalam jurnal Science Express, Kamis.
Ini dideteksi menggunakan spektrograf berresolusi tinggi yang melekat pada sebuah teleskop 2,2 meter di La Silla European Southern Observatory di Chile.
Para ilmuwan mengatakan, penemuan itu menimbulkan pertanyaan tentang teori pembentukan planet. Karena merupakan pertama kali sebuah planet ditemukan di sekitar bintang tua yang sangat sedikit mengandung unsur-unsur selain hidrogen dan helium.
"Menurut formasi model planet yang diterima secara luas, sebenarnya tidak mungkin untuk terbentuknya planet di sekitar seperti bintang yang sangat miskin logam," kata Setiawan dalam sebuah wawancara telepon.
Timnya juga terkejut menemukan bahwa planet ini telah pergi dan kemudian dikenal sebagai "fase raksasa merah" dari evolusi bintang. Yaitu ketika bintang-bintang seperti matahari berkembang sampai beberapa kali dari ukuran aslinya.
Yang tidak biasa adalah bahwa HIP 13044b telah bertahan dalam proses, ketika para astronom biasanya akan berharap planet itu akan dilahap oleh bintang induk dalam proses perkembangannya.
"Penemuan ini sangat menarik ketika kita mempertimbangkan masa depan yang jauh dari sistem planet kita sendiri, seperti Matahari juga diharapkan menjadi raksasa merah di sekitar 5 miliar tahun lagi," kata Setiawan.
Meskipun sejauh ini planet HIP 13044b telah lolos, namun para ilmuwan meramalkan bintang induk kemungkinan akan berkembang lagi di tahap evolusi berikutnya. Hal ini juga dapat meramalkan kematian planet luar Bima Sakti, seperti Jupiter. Dan ini tentunya saat Matahari mendekati akhir hidupnya. (OnIslam.net/Reuters)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar