Saya pernah berbincang-bincang dengan beberapa kawan masalah shalat Subuh. Salah seorang dari mereka berkata “Alhamdullilah, saya keluar rumah pada pagi hari setelah shalat Subuh”. Dengan sambil lalu saya bertanya “Kapan Anda bangun tidur ?” “Kira-kira jam 06.00, pertama kali yang saya lakukan adalah wudhu dan shalat Subuh.” Saya menimpali perkataannya, “Astaghfirullah, itu sudah lewat waktu Subuh…” Dia berkata, “Apa maksud Anda? Bukankah waktu setiap shalat itu sejak awal waktu datangnya shalat sampai datang shalat berikutnya?” Saya menjawab, “Apa yang Anda katakan memang berlaku untuk waktu semua shalat, kecuali shalat Subuh.”
Betapa mengherankannya perkataan teman saya itu dan alangkah menyedihkan kenyataan ini. Masih banyak saudara kita yang belum tahu kapan waktu shalat Subuh yang benar. Sungguh memprihatin-kan sebagian kaum muslimin merasakan betapa beratnya shalat Subuh itu, tapi bagi mereka yang sungguh-sungguh dan khusyuknya kewajiban shalat Subuh menjadi suatu hal yang sangat nikmat dilakukan.
Sesungguhnya Rasulullah telah mengingatkan kita dengan haditsnya:“Waktu shalat Subuh dari terbit fajar sampai matahari terbit” (HR. Muslim). Dalam hadits yang lain, Rasulullah juga pernah menyampaikan bahwa “Amal yang paling dicintai Allah Ta'ala adalah shalat (tepat) pada waktunya. “ Kemudian Abdullah bertanya, “Kemudian apa lagi?” Beliau menjawab “Berbuatlah baik kepada orang tua” Abdullah bertanya lagi “Kemudian apalagi?” Rasulullah menjawab,“Jihad Fi Sabillilah.” (HR. Bukhari Muslim)
Marilah kita merenungi, bagaimana Rasulullah mendahulukan shalat tepat pada waktunya, daripada berbuat baik kepada orang tua yang begitu besar pahalanya. Dan bagaimana beliau lebih mendahulu-kannya atas jihad fi sabillilah yang merupakan puncaknya Islam.
Shalat Subuh dapat digunakan sebagai takaran keimanan seseorang, jika seorang Islam melakukan shalat Subuh berjamaah di masjid Insya Allah imannya sudah benar. Jika seorang Islam enggan atau berat melaksanakan shalat Subuh berjamaah di masjid, kesungguhan keimanannya perlu dipertanyakan, bahkan Rasulullah memasukan dirinya sebagai orang munafik (HR Ahmad dan HR Bukhari-Muslim).
Perhatikan hadits berikut. Rasulullah bersabda: “Sesungguh-nya shalat yang paling berat bagi seorang munafik adalah shalat Isya' dan shalat Subuh. Sekiranya mereka mengetahui apa yang terkandung di dalamnya, niscaya mereka akan mendatangi keduanya sekalipun dengan merangkak. Sesungguhnya aku ingin menyuruh melaksanakan shalat, lalu shalat itu ditegakkan, kemudian aku perintahkan seseorang untuk mengimami shalat bersama orang-orang. Kemudian beberapa lelaki berangkat bersamaku dengan membawa kayu terikat, mendatangi suatu kaum yang tidak menghadiri shalat berjamaah, sehingga aku bakar rumah mereka”. (HR Bukhari dan Muslim). Di dalam sebuah riwayat shahih bahwa Ibnu Umar ra. pernah berkata, “Ketika kami tidak melihat seseorang dalam shalat Subuh atau Isya', kami langsung berprasangka buruk kepadanya.” Ini wajar, mengingat shalat-shalat lain selain Subuh dan Isya' bisa dilakukan oleh seseorang dengan mudah karena memang waktunya bertepatan dengan saat bekerja dan terjaga. Oleh karena itu tidak ada yang mampu konsisten menjaga shalat Isya' dan Subuh secara berjamaah selain orang beriman yang diharapkan ada kebaikan muncul darinya.
Inilah ujian yang berat sesungguhnya bagi orang mukmin, tetapi bukan hal yang tidak mungkin untuk dilaksanakannya, yaitu: shalat Subuh berjamaah di masjid. Nilai tertinggi dalam ujian ini adalah bagi seorang laki-laki, shalat Subuh secara rutin berjamaah di masjid. Adapun, bagi seorang perempuan, melaksanakan shalat Subuh tepat pada waktunya di rumah. “Janganlah kalian melarang wanita-wanita kalian shalat di masjid. Sedangkan shalat mereka di dalam rumah adalah lebih baik. (HR. Abu Dawud)
Apabila Rasulullah meragukan keimanan seseorang, maka beliau menelitinya pada saat shalat Subuh. Apabila beliau tidak mendapatinya, maka benarlah apa yang beliau ragukan dalam hati.
Banyak keutamaan-keutamaan yang ada pada pelaksanaan shalat Subuh. Salat sunnah sebelum shalat Subuh pun pahalanya sangat besar. Rasulullah saw. mengatakan bahwa shalat sunah 2 rakaat sebelum Subuh nilainya lebih besar dari pada dunia seisinya (HR. Bukhari-Muslim). Nilai untuk hal tersebut di dapat jika shalat tersebut dilaksanakan di awal waktu, bukan hanya sekedar shalat sunah sebelum shalat Subuh.
Selain itu banyak juga orang yang sukses hidupnya di dunia karena dia mulai aktivitas hariannya ketika masih banyak orang yang lelap tidur. Keberhasilan pengusaha-pengusaha baik muslim maupun non muslim banyak yang dirintis dengan bekerja sekitar sepertiga malam yang terakhir. Bagi pelajar, waktu-waktu tersebut sangat ideal untuk belajar. Memang pada saat itulah Allah memberi rezeki dan barakah bagi siapa saja yang mau menjemputnya.
Orang-orang yang benci Islam, seperti orang Yahudi atau Bani Israil paham akan kekuatan shalat Subuh. Mereka yakin kekuatan Islam tidak akan mengalahkan mereka selama shalat Subuh orang Islam belum seperti shalat Jum'at. Jadi, selama masjid-masjid belum penuh untuk berjamaah Subuh seperti ramainya shalat Jum'at, musuh-musuh Islam masih merasa aman. Karena itulah mereka berupaya agar orang-orang Islam tidak mampu shalat Subuh tepat waktu di masjid. Dibuatlah acara-acara hiburan hingga larut malam. Tujuannya agar orang Islam yang menikmati hiburan itu terlambat bangun.
Orang munafik tidak tahu kebaikan yang terkandung dalam shalat Subuh berjamaah. Sekiranya mereka tahu kebaikan yang ada didalamnya, niscaya mereka akan pergi. Inilah nilai-nilai yang terkandung dalam ibadah shalat Subuh. Dan seorang muslim yang ideal adalah mereka yang bangun sekitar setengah jam sebelum dikumandangkannya adzan Subuh. Dia berwudhu untuk shalat tahajjud, banyak beristighfar, dan membaca Al-Qur'an. Setelah terdengar adzan Subuh dia shalat dua rakaat kemudian ke masjid untuk shalat Subuh. Karena itu seharusnya seorang muslim dikatakan bangun tidur kesiangan adalah ketika terdengar adzan Subuh. (As)
Betapa mengherankannya perkataan teman saya itu dan alangkah menyedihkan kenyataan ini. Masih banyak saudara kita yang belum tahu kapan waktu shalat Subuh yang benar. Sungguh memprihatin-kan sebagian kaum muslimin merasakan betapa beratnya shalat Subuh itu, tapi bagi mereka yang sungguh-sungguh dan khusyuknya kewajiban shalat Subuh menjadi suatu hal yang sangat nikmat dilakukan.
Sesungguhnya Rasulullah telah mengingatkan kita dengan haditsnya:“Waktu shalat Subuh dari terbit fajar sampai matahari terbit” (HR. Muslim). Dalam hadits yang lain, Rasulullah juga pernah menyampaikan bahwa “Amal yang paling dicintai Allah Ta'ala adalah shalat (tepat) pada waktunya. “ Kemudian Abdullah bertanya, “Kemudian apa lagi?” Beliau menjawab “Berbuatlah baik kepada orang tua” Abdullah bertanya lagi “Kemudian apalagi?” Rasulullah menjawab,“Jihad Fi Sabillilah.” (HR. Bukhari Muslim)
Marilah kita merenungi, bagaimana Rasulullah mendahulukan shalat tepat pada waktunya, daripada berbuat baik kepada orang tua yang begitu besar pahalanya. Dan bagaimana beliau lebih mendahulu-kannya atas jihad fi sabillilah yang merupakan puncaknya Islam.
Shalat Subuh dapat digunakan sebagai takaran keimanan seseorang, jika seorang Islam melakukan shalat Subuh berjamaah di masjid Insya Allah imannya sudah benar. Jika seorang Islam enggan atau berat melaksanakan shalat Subuh berjamaah di masjid, kesungguhan keimanannya perlu dipertanyakan, bahkan Rasulullah memasukan dirinya sebagai orang munafik (HR Ahmad dan HR Bukhari-Muslim).
Perhatikan hadits berikut. Rasulullah bersabda: “Sesungguh-nya shalat yang paling berat bagi seorang munafik adalah shalat Isya' dan shalat Subuh. Sekiranya mereka mengetahui apa yang terkandung di dalamnya, niscaya mereka akan mendatangi keduanya sekalipun dengan merangkak. Sesungguhnya aku ingin menyuruh melaksanakan shalat, lalu shalat itu ditegakkan, kemudian aku perintahkan seseorang untuk mengimami shalat bersama orang-orang. Kemudian beberapa lelaki berangkat bersamaku dengan membawa kayu terikat, mendatangi suatu kaum yang tidak menghadiri shalat berjamaah, sehingga aku bakar rumah mereka”. (HR Bukhari dan Muslim). Di dalam sebuah riwayat shahih bahwa Ibnu Umar ra. pernah berkata, “Ketika kami tidak melihat seseorang dalam shalat Subuh atau Isya', kami langsung berprasangka buruk kepadanya.” Ini wajar, mengingat shalat-shalat lain selain Subuh dan Isya' bisa dilakukan oleh seseorang dengan mudah karena memang waktunya bertepatan dengan saat bekerja dan terjaga. Oleh karena itu tidak ada yang mampu konsisten menjaga shalat Isya' dan Subuh secara berjamaah selain orang beriman yang diharapkan ada kebaikan muncul darinya.
Inilah ujian yang berat sesungguhnya bagi orang mukmin, tetapi bukan hal yang tidak mungkin untuk dilaksanakannya, yaitu: shalat Subuh berjamaah di masjid. Nilai tertinggi dalam ujian ini adalah bagi seorang laki-laki, shalat Subuh secara rutin berjamaah di masjid. Adapun, bagi seorang perempuan, melaksanakan shalat Subuh tepat pada waktunya di rumah. “Janganlah kalian melarang wanita-wanita kalian shalat di masjid. Sedangkan shalat mereka di dalam rumah adalah lebih baik. (HR. Abu Dawud)
Apabila Rasulullah meragukan keimanan seseorang, maka beliau menelitinya pada saat shalat Subuh. Apabila beliau tidak mendapatinya, maka benarlah apa yang beliau ragukan dalam hati.
Banyak keutamaan-keutamaan yang ada pada pelaksanaan shalat Subuh. Salat sunnah sebelum shalat Subuh pun pahalanya sangat besar. Rasulullah saw. mengatakan bahwa shalat sunah 2 rakaat sebelum Subuh nilainya lebih besar dari pada dunia seisinya (HR. Bukhari-Muslim). Nilai untuk hal tersebut di dapat jika shalat tersebut dilaksanakan di awal waktu, bukan hanya sekedar shalat sunah sebelum shalat Subuh.
Selain itu banyak juga orang yang sukses hidupnya di dunia karena dia mulai aktivitas hariannya ketika masih banyak orang yang lelap tidur. Keberhasilan pengusaha-pengusaha baik muslim maupun non muslim banyak yang dirintis dengan bekerja sekitar sepertiga malam yang terakhir. Bagi pelajar, waktu-waktu tersebut sangat ideal untuk belajar. Memang pada saat itulah Allah memberi rezeki dan barakah bagi siapa saja yang mau menjemputnya.
Orang-orang yang benci Islam, seperti orang Yahudi atau Bani Israil paham akan kekuatan shalat Subuh. Mereka yakin kekuatan Islam tidak akan mengalahkan mereka selama shalat Subuh orang Islam belum seperti shalat Jum'at. Jadi, selama masjid-masjid belum penuh untuk berjamaah Subuh seperti ramainya shalat Jum'at, musuh-musuh Islam masih merasa aman. Karena itulah mereka berupaya agar orang-orang Islam tidak mampu shalat Subuh tepat waktu di masjid. Dibuatlah acara-acara hiburan hingga larut malam. Tujuannya agar orang Islam yang menikmati hiburan itu terlambat bangun.
Orang munafik tidak tahu kebaikan yang terkandung dalam shalat Subuh berjamaah. Sekiranya mereka tahu kebaikan yang ada didalamnya, niscaya mereka akan pergi. Inilah nilai-nilai yang terkandung dalam ibadah shalat Subuh. Dan seorang muslim yang ideal adalah mereka yang bangun sekitar setengah jam sebelum dikumandangkannya adzan Subuh. Dia berwudhu untuk shalat tahajjud, banyak beristighfar, dan membaca Al-Qur'an. Setelah terdengar adzan Subuh dia shalat dua rakaat kemudian ke masjid untuk shalat Subuh. Karena itu seharusnya seorang muslim dikatakan bangun tidur kesiangan adalah ketika terdengar adzan Subuh. (As)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar