Enam belas orang - kebanyakan warga sipil - tewas pada Sabtu ketika pejuang al-Shabab melakukan serangan bom terhadap konvoi tentara Burundi di Jalan Industri di pinggiran barat Mogadishu. Empat tentara tewas dalam ledakan itu.
Tentara Burundi melepaskan tembakan ke bangunan di dekatnya segera setelah serangan itu.
Dalam insiden terpisah, sembilan orang tewas di distrik Hodon Mogadishu ketika bentrokan pecah antara pasukan pasukan pemerintah Somalia dan Pejuang al-Shabab.
Selain itu, enam warga sipil tewas dan 22 lainnya menderita luka-luka ketika mereka terjebak dalam tembak-menembak antara anggota kelompok al-Shabab dan pasukan pemerintah Somalia di distrik selatan Mogadishu di Hararyale.
Dalam sebuah laporan baru-baru ini, Komite Internasional Palang Merah (ICRC) mengatakan bahwa ratusan warga sipil luka-luka dalam pertempuran di Somalia selama beberapa bulan terakhir.
Lembaga kemanusiaan berbasis di Jenewa mengatakan bahwa total 5.000 pasien luka akibat perang, termasuk 1.900 perempuan dan anak-anak, data ini di lansir oleh Keysaney Mogadishu dan rumah sakit Madinah semenjak bulan Januari hingga September.
Dibandingkan dengan tahun lalu, itu meningkat 25 persen sedangkan 72 persen jumlah korban perang adalah perempuan terluka dan anak-anak.
Sekitar 4.000 pasien dengan luka perang, di antaranya 1.100 perempuan dan anak, dibawa ke dua rumah sakit di Mogadishu pada tahun 2009.
Somalia tidak memiliki pemerintahan yang berfungsi sejak tahun 1991, ketika panglima perang menggulingkan mantan diktator Mohamed Siad Barre.
Selama dua dekade terakhir, hingga satu juta orang kehilangan kehidupan mereka dalam pertempuran antara faksi saingan dan karena kelaparan serta penyakit.
Ada lebih dari 1,4 juta orang pengungsi (IDP) di Somalia. Lebih dari 300.000 pengungsi berlindung di Mogadishu.Sebagian besar pengungsi hidup dalam kondisi yang buruk .(Prstv/mlk)
http://www.sabili.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar