Mahasiswa Saudi Gelar Protes di Jejaring Sosial
Dianggap tidak praktis, mahasiswa KAU memprotes larangan membawa kamera dan celana panjang di kampus melalui situs jejaring sosial
Hidayatullah.com--Mahasiswa Universitas King Abdulaziz (KAU) melancarkan aksi protes di dunia maya terkait sejumlah peraturan kampus, termasuk di antaranya larangan membawa peralatan elektronik berkamera dan larangan mengenakan celana panjang atau abaya di kampus untuk wanita.
Rawan Al-Thomali, 20, mahasiswi yang memelopori aksi protes di situs-situs jejaring sosial, dan teman-temannya, menilai, beberapa peraturan kampus mempersulit mereka. Sebut saja misalnya, larangan membawa telepon genggam dan laptop berkamera. Hal itu sulit dilakukan karena sebagian besar peralatan tersebut kini telah memiliki kamera yang tertanam di dalamnya.
Meskipun ia mengakui bahwa ada beberapa mahasiswa nakal yang menyalahgunakan kamera, namun menurutnya larangan kampus justru tidak menyelesaikan masalah
"Semua peraturan dan kebijakan ini lebih banyak dampak negatifnya bagi mahasiswa daripada positifnya," kata Al-Thomali seperti dikutip Arab News (4/3).
Seorang pengajar wanita yang tidak ingin menyebutkan namanya mengatakan bahwa ia menentang kamera yang dibawa mahasiswa. Karena ia melihat, banyak mahasiswa yang menyalahgunakannya dan mengambil keuntungan atas kebaikan teman mereka.
"Saya pernah melihat beberapa mahasiswa yang memang senang membuat masalah ingin menghina dosen dan mahasiswa lain," katanya. "Sekarang ini anak-anak perempuan tidak sopan, tidak seperti generasi dulu, sehingga kita perlu menerapkan peraturan yang lebih ketat untuk memastikan mereka tidak melanggar sistem yang ada."
Di samping peralatan elektronik, Al-Thomali dan kawan-kawan juga menentang larangan mengenakan celana panjang bagi mahasiswi. Mereka menganggap kebijakan itu tidak praktis bagi mahasiswi di jurusan tertentu, misalnya kedokteran. Mereka berdalih akan lebih praktis jika mengenakan celana panjang dan jas laboratorium.
Alasan lain yang agak lucu dikemukakan terkait pakaian mereka. Kata Al-Thomali, "Kami tidak punya payung atau lainnya untuk berlindung dari sinar matahari, sehingga sebagian mahasiswi menutupi kepala mereka dengan kerudung, ketika berjalan di bawah sinar matahari dari kampus satu ke kampus lainnya."
Al-Thomali juga menambahkan, sebagian mahasiswa dengan latar belakang ekonomi rendah lebih suka mengenakan abaya, yang dianggap bisa membantu menutupi identitas mereka sebagai warga kelas bawah.
Para mahasiswa juga mengeluhkan fasilitas kampus yang kurang layak, seperti kursi-kursi kotor dan pendingin ruangan yang rusak.
"Kami menuntut persamaan di semua jurusan yang ada," kata Al-Thomali. "Kami menginginkan perubahan dan kami membutuhkan pengertian mereka dan berinteraksi dengan mahasiswa lebih efektif,"
Ia menyarankan agar pengelola universitas memperbolehkan adanya sebuah dewan mahasiswa dan untuk mengajar para staf keamanan bagaimana bersikap lebih sopan.
Baru-baru ini mahasiswa bertemu dengan Rektor KAU Hanaa Al-Nuaim, yang dikatakan sangat kooperatif.
"Dr. Hanaa mendengarkan keluhan kami dengan seksama dan ia berjanji akan mengkajinya, " kata Al-Thomali.
Sementara itu kepada sebuah koran lokal, Al-Nuaim mengatakan bahwa ia belum bisa memberikan komentar, karena masalahnya masih didiskusikan. [di/an/www.hidayatu llah.com]
Hidayatullah.com--Mahasiswa Universitas King Abdulaziz (KAU) melancarkan aksi protes di dunia maya terkait sejumlah peraturan kampus, termasuk di antaranya larangan membawa peralatan elektronik berkamera dan larangan mengenakan celana panjang atau abaya di kampus untuk wanita.
Rawan Al-Thomali, 20, mahasiswi yang memelopori aksi protes di situs-situs jejaring sosial, dan teman-temannya, menilai, beberapa peraturan kampus mempersulit mereka. Sebut saja misalnya, larangan membawa telepon genggam dan laptop berkamera. Hal itu sulit dilakukan karena sebagian besar peralatan tersebut kini telah memiliki kamera yang tertanam di dalamnya.
Meskipun ia mengakui bahwa ada beberapa mahasiswa nakal yang menyalahgunakan kamera, namun menurutnya larangan kampus justru tidak menyelesaikan masalah
"Semua peraturan dan kebijakan ini lebih banyak dampak negatifnya bagi mahasiswa daripada positifnya," kata Al-Thomali seperti dikutip Arab News (4/3).
Seorang pengajar wanita yang tidak ingin menyebutkan namanya mengatakan bahwa ia menentang kamera yang dibawa mahasiswa. Karena ia melihat, banyak mahasiswa yang menyalahgunakannya dan mengambil keuntungan atas kebaikan teman mereka.
"Saya pernah melihat beberapa mahasiswa yang memang senang membuat masalah ingin menghina dosen dan mahasiswa lain," katanya. "Sekarang ini anak-anak perempuan tidak sopan, tidak seperti generasi dulu, sehingga kita perlu menerapkan peraturan yang lebih ketat untuk memastikan mereka tidak melanggar sistem yang ada."
Di samping peralatan elektronik, Al-Thomali dan kawan-kawan juga menentang larangan mengenakan celana panjang bagi mahasiswi. Mereka menganggap kebijakan itu tidak praktis bagi mahasiswi di jurusan tertentu, misalnya kedokteran. Mereka berdalih akan lebih praktis jika mengenakan celana panjang dan jas laboratorium.
Alasan lain yang agak lucu dikemukakan terkait pakaian mereka. Kata Al-Thomali, "Kami tidak punya payung atau lainnya untuk berlindung dari sinar matahari, sehingga sebagian mahasiswi menutupi kepala mereka dengan kerudung, ketika berjalan di bawah sinar matahari dari kampus satu ke kampus lainnya."
Al-Thomali juga menambahkan, sebagian mahasiswa dengan latar belakang ekonomi rendah lebih suka mengenakan abaya, yang dianggap bisa membantu menutupi identitas mereka sebagai warga kelas bawah.
Para mahasiswa juga mengeluhkan fasilitas kampus yang kurang layak, seperti kursi-kursi kotor dan pendingin ruangan yang rusak.
"Kami menuntut persamaan di semua jurusan yang ada," kata Al-Thomali. "Kami menginginkan perubahan dan kami membutuhkan pengertian mereka dan berinteraksi dengan mahasiswa lebih efektif,"
Ia menyarankan agar pengelola universitas memperbolehkan adanya sebuah dewan mahasiswa dan untuk mengajar para staf keamanan bagaimana bersikap lebih sopan.
Baru-baru ini mahasiswa bertemu dengan Rektor KAU Hanaa Al-Nuaim, yang dikatakan sangat kooperatif.
"Dr. Hanaa mendengarkan keluhan kami dengan seksama dan ia berjanji akan mengkajinya, " kata Al-Thomali.
Sementara itu kepada sebuah koran lokal, Al-Nuaim mengatakan bahwa ia belum bisa memberikan komentar, karena masalahnya masih didiskusikan. [di/an/www.hidayatu llah.com]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar