Fasilitas khusus untuk warga muslim di Belanda makin marak. Jika sebelumnya banyak gerai dan tokoh halal, kini hadir pelayanan khusus bagi muslim yang sakit
Hidayatullah.com—Selama ini perawatan atau pelayanan yang disebut dalam bahasa Belanda thuiszorg yang dikelolah orang Belanda dianggap kurang cocok dengan orang Islam. Karena para perawat atau petugas orang Belanda, yang mendatangi rumah orang Islam tidak mengerti budaya dan agama mereka. Oleh karena itu didirikanlah thuiszorg khusus yang bernama Avicen atau Ibnu Sina.
Gagasan untuk mendirikan pelayanan khusus bagi muslim ini dilahirkan oleh dua bersaudara asal Maroko yaitu Said dan Ali. Kisahnya bermula ketika tante Said dan Ali sakit. Mereka melihat bahwa para petugas yang dikirim oleh lembaga thuiszorg Belanda yang biasa tidak bisa membantu tante mereka dengan baik. Pertama, karena kendala bahasa dan kedua karena kendala budaya dan agama. Sejak itulah didirikan balai pengobatan khusus orang Islam dan manula beragama Islam.
Menurut Mounia Abbadi dari Avicen Den Haag, pekerjaan Avicen adalah membantu orang yang mempunyai keterbatasan jasmani dan juga rohani untuk mengurus rumah mereka. Dalam beberapa hal Avicen malah mengambil alih sepenuhnya pekerjaan rumah tangga si klien.
"Misalnya kami membuat daftar belanja yakni produk-produk apa yang harus dibeli.” Tak hanya pengobatan, petugas Avicen juga memberikan perawatan dan bimbingan sosial, " ujar Abbad. Misalnya dengan membawa mereka jalan-jalan.Selain
Avicen bukan hanya di Den Haag saja, tapi merupakan organisasi nasional Belanda. Misalnya sekarang mereka telah memiliki kantor-kantor cabang di Rotterdam, Amsterdam dan Gouda. Mounia berharap jumlah kantor perwakilan mereka akan bertambah.
Orang Indonesia
Alasan lain perlu didirikannya Avicen adalah karena migran muslim ini banyak tidak tahu cara berurusan dengan lembaga pemerintah dan lembaga-lembaga lain. Misalnya mereka tidak tahu bahwa mereka berhak mendapat perawatan atau menyewa Pembantu Rumah Tangga PRT atau perawat di rumah.
Sebagai contoh tuntutan budaya dan agama adalah para laki-laki hanya mau dibantu oleh perawat laki-laki pula. Dan yang perempuan mau dibantu oleh petugas perempuan. Selain itu klien muslim juga mengharapkan agar si perawat membuka sepatu kalau masuk rumah mereka.
Meski Avicen didirikan untuk membantu para klien yang beragama Islam, tapi menurut Mounia Abbadi mereka juga terbuka bagi semua orang termasuk warga Belanda asli. Tapi klien yang terbanyak adalah imigran asal Arab terutama orang Maroko. Namun ada juga orang Tunisia dan Aljazair.
Tentu saja ada orang Turki. Dan mereka berharap bisa memperbanyak klien dari kalangan masyarakat Indonesia. Untuk itu diperlukan para perawat atau petugas asal Indonesia.
"Kami berusaha agar karyawan kami beragam, sehingga mencerminkan klien kami. Jadi kami berusaha mempunyai karyawan yang sama negeri asalnya dengan klien."
Berdirinya Avicen pada saat di Belanda orang banyak berpendapat bahwa warga asing kurang giat beradaptasi dengan masyarakat Belanda. Banyak yang menilai bahwa integrasi kelompok migran terutama muslim gagal, karena banyak yang tidak bisa berbahasa Belanda.
Tanggapan positif
Oleh karena itu orang asing diwajibkan mengikuti inburgeringscursus, kursus yang mengajarkan bahasa, budaya, tradisi dan pengetahuan dasar lain tentang Belanda. Lalu ditanyakan kepada Mounia Abbadi apakah proyek ini tidak bertentang dengan proses integrasi?
"Saya sudah sekitar dua tahun bekerja di Avicen. Saya tidak pernah mengalami tanggapan negatif. Pengalaman saya selalu positif. Lembaga-lembaga yang bekerja sama dengan kami pandangannya baik. Saya kira ini sangat penting bagi kelompok sasaran."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar