Rabu, 25 Januari 2012

Tugu Perjuangan Bekasi Simbol Perlawanan dan Perdamaian

KINI, jika Anda melintas di jalan Djuanda, tepatnya di samping jembatan Kali Bekasi, sebuah monumen megah tegak berdiri, penanda bahwa ditempat tersebut ada sebuah peristiwa bersejarah. Dalam suasana panas revolusi, pada 18 Oktober 1945, Komandan Tentara Keamanan Rakyat Jatinegara, Sambas Atmadinata, menginformasikan kepada Zakaria, Komandan TKR di markas Bekasi (saat ini menjadi gedung PMI Kota Bekasi) bahwa akan ada serombongan pasukan Jepang berjumlah 90 orang melintas Bekasi mengunakan kereta api menuju Bandar Udara Kali Jati Subang.
Informasi tersebut seperti minyak yang menyiram bara dendam para tentara republik yang ada di Bekasi. Maklum, rakyat Bekasi sudah sangat lama menderita di bawah jajahan bangsa asing. Bersama pasukan, Zakaria bergegas menuju Stasiun, melakukan penyergapan. Zakaria memerintahkan Kepala Stasiun Bekasi (tidak terlacak namanya) untuk memindahkan jalur perlintasan kereta dari jalur dua ke jalur satu yang merupakan jalur buntu. Akibatnya, kereta api yang membawa pasukan Jepang berhenti tepat di tepi Kali Bekasi.
Ketika kereta sudah berhenti, Zakaria memerintahkan komandan pasukan Jepang untuk keluar dari dalam gerbong. Tak lama kemudian, sang komandan keluar dengan menggenggam sepucuk pistol dan mengarahkannya kepada Zakaria. Tak mau ambil risiko, Zakaria melepaskan tembakan ke arah komandan Jepang tersebut, disusul kemudian oleh suara-suara tembakan lain, perang pun pecah.
Pasukan Jepang berhamburan keluar dari tiga gerbong terdepan mencoba mengambil senjata yang disimpan di gerbong belakang. Namun, tentara republik tidak mau memberi kesempatan, pertempuran hebat terjadi. Posisi pasukan Jepang yang tanpa senjata membuat mereka kalang kabut, beberapa di antara mereka bahkan sempat melarikan diri ke arah Teluk Pucung. Namun, dalam sekejap 90 orang tentara Jepang berhasil ditumpas. Jasadnya dihanyutkan ke Kali Malang, sekejap air berubah menjadi merah darah.
Kejadian ini, membuat pihak Jepang marah besar karena dianggap menyalahi perjanjian damai antara pihak Indonesia dan Jepang. Untuk menghindari kesalahpahaman, Kapolri Laksamana Soekanto langsung menemui Laksamana Meida untuk menjelaskan duduk perkaranya.
Menurut Ali Anwar, sejarawan Bekasi, dalam dokumen notulensi percakapan antara R. Soekanto dan Laksaman Meida, pihak Indonesia menyampaikan permohonan maaf kepada Jepang.
"Bahkan, Presiden Soekarno menyempatkan diri untuk datang ke Bekasi guna menenangkan kondisi," ujar Ali Anwar . Peristiwa tersebut, selalu dikenang pihak Jepang. Setiap tahun ada ritual tabur bunga di tepi Kali Malang oleh warga Jepang.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, pembangunan monumen ini memang atas kerja sama Pemkot Bekasi dengan Pemerintah Jepang. Selain sebagai monumen sejarah, Tugu ini juga mengabarkan pesan perdamaian dan cinta kasih. (JU-16) ***
Catatan dari Ali Anwar, Bekasi Heritage: Peristiwa bukan tanggal 18 Oktober 1945, tetapi 19 Oktober 1945. Bukan Kali Malang, tetapi Kali Bekasi.

Tidak ada komentar:

"MAJELIS RASULULLAH SAW"

"MAJELIS RASULULLAH SAW"









"PERADABAN BARU ISLAM (FITRAH MANUSIA)"

Seaching Blog