REPUBLIKA.CO.ID,MANILA--Korban tewas akibat
topan yang tak kunjung henti menghantam Filipina pekan lalu telah
mencapai 82 orang, kata pemerintah Manila Kamis. Beberapa kota di pulau
utama Luzon dibanjiri oleh hujan yang dibawa Topan Nesat, yang melanda
pada 27 September dan oleh Topan Nalgae lima hari kemudian.
Korban tewas sebelumnya untuk kedua topan adalah 58 orang. Angka tersebut naik secara dramatis setelah mayat beberapa orang yang dilaporkan hilang sebelumnya dikonfirmasi tewas, kata kantor pertahanan sipil. Sebanyak 25 orang masih belum ditemukan, menurut kantor itu.
Lebih dari separoh korban tenggelam, dan beberapa orang lain meninggal akibat kecelakaan berkaitan dengan topan, katanya menambahkan. Badan Meteorologi mengatakan, Topan Nesat dan Nalgae adalah badai paling kuat tahun ini yang melanda Filipina, yang diperkirakan mengalami amukan sekitar 20 topan setiap tahunnya.
Topan Nesat memicu lonjakan badai secara dramatis di ibu kota Manila, sementara itu hujan deras telah menyebabkan banjir di daerah pertanian dataran tinggi Luzon yang memaksa orang-orang naik ke atap rumah mereka.
Hujan berikutnya datang dari Topan Nalgae yang memperparah situasi darurat bagi sekitar 1,5 juta orang di seluruh Luzon, lebih dari 270.000 di antaranya tetap di pusat pengungsian hingga Kamis. Air setinggi 12 kaki (3,6 meter) membanjiri puluhan kota di seluruh wilayah pusat pertanian padi Luzon tengah, yang tumbuh subur.
Warga terdampar di atap-atap rumah mereka atau di lantai atas rumah mereka selama sepekan sebelum banjir mulai surut. Kantor pertahanan sipil menyatakan, beberapa daerah tetap dibanjiri setinggi lutut pada Kamis, dan operasi-operasi bantuan berkelanjutan, meskipun krisis terburuk sudah berakhir.
Diperkirakan kerugian akibat kerusakan infrastruktur dan pertanian telah mencapai senilai 9,5 miliar peso (222.1 juta dolar AS), kata kantor itu.
Korban tewas sebelumnya untuk kedua topan adalah 58 orang. Angka tersebut naik secara dramatis setelah mayat beberapa orang yang dilaporkan hilang sebelumnya dikonfirmasi tewas, kata kantor pertahanan sipil. Sebanyak 25 orang masih belum ditemukan, menurut kantor itu.
Lebih dari separoh korban tenggelam, dan beberapa orang lain meninggal akibat kecelakaan berkaitan dengan topan, katanya menambahkan. Badan Meteorologi mengatakan, Topan Nesat dan Nalgae adalah badai paling kuat tahun ini yang melanda Filipina, yang diperkirakan mengalami amukan sekitar 20 topan setiap tahunnya.
Topan Nesat memicu lonjakan badai secara dramatis di ibu kota Manila, sementara itu hujan deras telah menyebabkan banjir di daerah pertanian dataran tinggi Luzon yang memaksa orang-orang naik ke atap rumah mereka.
Hujan berikutnya datang dari Topan Nalgae yang memperparah situasi darurat bagi sekitar 1,5 juta orang di seluruh Luzon, lebih dari 270.000 di antaranya tetap di pusat pengungsian hingga Kamis. Air setinggi 12 kaki (3,6 meter) membanjiri puluhan kota di seluruh wilayah pusat pertanian padi Luzon tengah, yang tumbuh subur.
Warga terdampar di atap-atap rumah mereka atau di lantai atas rumah mereka selama sepekan sebelum banjir mulai surut. Kantor pertahanan sipil menyatakan, beberapa daerah tetap dibanjiri setinggi lutut pada Kamis, dan operasi-operasi bantuan berkelanjutan, meskipun krisis terburuk sudah berakhir.
Diperkirakan kerugian akibat kerusakan infrastruktur dan pertanian telah mencapai senilai 9,5 miliar peso (222.1 juta dolar AS), kata kantor itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar