"Pawai taaruf bermakna merefleksikan titik awal perjuangan Muhammadiyah, sehingga setiap jalan yang dilalui peserta pawai memiliki makna historis dan kultural," kata Ketua Seksi Syiar Muktamar Satu Abad Muhammadiyah Jabrohim di Yogyakarta, Selasa.
Menurut dia, 5.000 peserta itu terbagi dalam 100 kelompok yang melambangkan 100 tahun usia gerakan Islam Muhammadiyah, yang terdiri atas drum band Kepanduan Hizbul Wathan, Tapak Suci, sekolah, perguruan tinggi, prajurit Pakualaman, prajurit berbusana Keraton Yogyakarta, dan berbagai komunitas masyarakat.
"Mereka akan melewati rute gedung Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Jalan Cik Di Tiro, Stadion Kridosasono, Jalan Abu Bakar Ali, Jembatan Kewek, Jalan Malioboro, simpang empat Kantor Pos Besar, dan Gedoeng Moehammadijah Jalan Ahmad Dahlan," katanya.
Ia mengatakan, rute yang dilewati pawai memiliki makna historis dan kultural, di antaranya Jalan Abu Bakar Ali-Jembatan Kewek-Malioboro-simpang empat Kantor Pos Besar-Gedoeng Moehammadijah melambangkan langkah refleksi perjuangan dakwah Muhammadiyah.
Perjuangan dakwah Muhammadiyah panjang dan berliku dari masa penjajahan Belanda, perlawanan terhadap Jepang (nama Abu Bakar Ali adalah pahlawan dari Kauman yang gugur ketika menyerbu markas tentara Jepang di Kotabaru).
Selanjutnya, zaman kemerdekaan dan upaya mempertahankan kemerdekaan, zaman Orde Lama dan Orde Baru, zaman reformasi, dan perjuangan di bidang kesehatan dan dakwah. "Saat pelaksanaan pawai taaruf pada 1 Juli 2010 para peserta tidak sekadar berbaris, tetapi juga disertai dengan atraksi kesenian," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar