Sabtu, 01 Mei 2010

K.H. Husein Hasbi: Berawal dari Keikhlasan





Written by Publisher Team
Thursday, 21 January 2010 10:29


”Berkah dari itu semua, saya merasakan banyak kemudahan dan pertolongan dalam menghadapi berbagai hal.”


Penampilannya jauh lebih muda dari usianya. Meskipun telah mendekati tujuh puluh tahun, orang menyangka usianya baru lima puluhan. Semangatnya ketika diajak bicara juga sangat tampak. Bicaranya terbuka, dan mudah dekat dengan orang yang baru dikenalnya.

Di beberapa wilayah Jakarta Selatan, khususnya Menteng Dalam dan sekitarnya, namanya cukup dikenal sebagai ustadz, penceramah, dan pemimpin majelis ta’lim yang aktif menjalankan berbagai aktivitas dakwah dan pendidikan. Itulah Ustadz K.H. Husein Hasbi, yang akrab dipanggil Ustadz Husein, pemimpin dan pengasuh Majelis Ta’lim Nurul Hikmah.

Sosok yang senang berpenampilan rapi ini lahir di Ibu Kota, tepatnya di daerah Tebet, Jakarta Selatan, pada tanggal 30 Desember 1942. Anak ketiga pasangan Haji Hasbi dan Hajjah Tiharoh ini mempunyai empat orang saudara kandung, tetapi tiga orang di antaranya telah meninggal dunia.

Sebagaimana anak-anak Betawi lain yang tidak belajar di pondok-pondok pesantren atau di luar negeri, ia belajar di madrasah dan di pengajian-pengajian kampung. Antara tahun 1957 sampai awal tahun 1960-an, tempatnya menimba ilmu adalah di Madrasah Ats-Tsaqafah Al-Islamiyyah, madrasah terkenal di Jakarta yang didirikan dan dipimpin oleh Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf, yang biasa dipanggil Sayyidil Walid oleh para murid dan jama’ahnya. ”Selain belajar, saya juga menjadi tukang pijit beliau,” katanya mengenang saat-saat belajarnya dulu.

Sebelum di Ats-Tsaqafah, ia belajar di Assyafi`iyyah selama dua tahun. Ia juga aktif mengaji kepada guru-guru di kampung, di antaranya mengaji qiraat kepada Ustadz Thohir Ahmad, Bukit Duri. Juga kepada K.H. Abdurrahman Nawi di majelisnya. Sekarang di usianya yang tidak muda lagi, ia pun masih belajar kepada K.H. Lutfi Ramli, seorang kiai lulusan Kairo yang alim meskipun masih muda.

Aqidah dan Akhlaq
Majelis Ta’lim Nurul Hikmah, yang dipimpinnya, mulai terbentuk pada tahun 1989 di Tebet Barat, Jakarta Selatan. Majelis ini sejak awal menyelenggarakan pengajian anak-anak dan remaja. Aqidah dan akhlaq adalah materi yang paling ditekankannya, selain Al-Quran, tajwid, fiqih, bahasa Arab, dan sebagainya.

Untuk pelajaran aqidah, kitab yang diajarkan adalah Sifat Dua Puluh, karya Habib Utsman Bin Yahya, sebuah kitab yang sangat populer di lingkungan masyarakat muslim Jakarta dan sekitarnya sejak lebih dari seratus tahun yang lalu. Di samping itu mereka juga dibekali kemampuan membaca kitab-kitab Maulid Nabi, mencakup semua kitab Maulid yang banyak dibaca di Jakarta, yakni Maulid Azab, Barzanji, Diba`i, dan Simthud Durar.

Keikhlasan dan kedisiplinan menjadi landasan utama pendirian dan pengembangan Nurul Hikmah.

Masalah pembayaran sama sekali tidak dipentingkan olehnya. Yang penting, para santri mau belajar dengan penuh kesungguhan serta dapat membentengi diri dengan akhlaq karimah. Berbekal keikhlasan dan kedisiplinan itulah, ia dapat membekali mereka dengan dasar-dasar ilmu agama yang mereka butuhkan, baik untuk kepentingan diri sendiri maupun untuk modal awal yang dapat terus dikembangkan jika mereka ingin membina dan mendidik oran lain. Di antara mereka kini malah sudah ada yang belajar di Arab Saudi dan Libia.

Bermanfaat bagi Orang Banyak
Untuk pertama kalinya, pengajian majelis ini diadakan di Mushalla Nurul Hikmah, tak jauh dari tempat kediamannya. Pengajian berlangsung malam hari, tiga kali dalam seminggu. Jumlah santrinya semula hanya sekitar sepuluh orang, tetapi kemudian terus bertambah.

Pada pertengahan 1990-an mereka mulai mengadakan perayaan Maulid. Kemeriahan dan kesemarakan acara Maulid pun terus bertambah seiring semakin bertambahnya jumlah murid. Tidak sedikit habaib, kiai, dan ustadz yang menghadirinya. Hingga kini peringatan Maulid dan juga Isra Mi`raj sudah berjalan 14 tahun.

Meskipun pengajian yang diadakan majelisnya menggunakan sistem halaqah, tetap ada pengelompokan berdasarkan kemampuan masing-masing murid. Di samping pengajian rutin yang mempelajari beberapa ilmu dasar, ada pula kegiatan bulanan. Setiap bulan pada malam Kamis kedua diadakan pembacaan dzikir yang pesertanya bukan hanya murid-murid pengajian tetap dan bukan hanya dari lingkungan sekitar. Cukup banyak jama’ahnya yang datang dari daerah-daerah yang jauh. Kegiatan ini telah berjalan kurang lebih lima tahun. Agar murid-murid lebih semangat mengikuti pengajian, diadakan juga latihan hadhrah sebagai kegiatan selingan.

Ceramah menjadi kegiatan rutin Ustadz Husein yang lain, di samping terus melanjutkan dan mengembangkan kegiatan-kegiatan majelis. Selama bertahun-tahun hingga kini, Ustadz Husein terus menjalani aktivitas rutinnya itu dengan istiqamah. Ia bersyukur karena didampingi oleh istri tercinta, Hajjah Khodijah, yang sangat mendukung apa yang dijalaninya selama ini. Mereka dikarunia seorang anak dan seorang cucu, di samping sejak dulu banyak memiliki anak angkat. ”Alhamdulillah, banyak di antaranya yang telah ’jadi’,” katanya dengan perasaan senang.

Meskipun masih banyak memiliki rencana pengembangan untuk majelisnya yang belum terealisir, Ustadz Husein mensyukuri apa yang telah diperolehnya dan apa yang telah dilakukannya untuk orang lain. ”Apa yang saya peroleh adalah karena keberkahan para guru, terutama Sayyidil Walid. Selain itu juga karena saya berusaha ikhlas dalam menjalani apa saja, termasuk dalam mengajar dan membantu orang lain. Saya selalu teringat sabda Nabi, ’Khairun-nas anfa`uhum lin-nas (Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang banyak).’ Itulah yang kemudian saya terapkan, berupa keikhlasan dalam mengajar, tanpa memikirkan kepentingan materi. Berkah dari itu semua, saya merasakan banyak kemudahan dan pertolongan dalam menghadapi berbagai hal.”

Aktif Berorganisasi
Menyadari pentingnya pembinaan umat secara terorganisir, Ustadz Husein pun tak ragu untuk terjun dalam organisasi-organisasi yang dipandangnya dapat menjadi wadah untuk itu. Di antaranya, Fuhab (Forum Ulama dan Habaib Betawi).

Sejak 2008, saat Fuhab berada di bawah kepemimpinan Drs. K.H. A. Shodri H.M., Ustadz Husein diberi kepercayaan sebagai ketua Fuhab Korwil Jakarta Selatan. Pelantikannya bersama dengan pengurus korwil-korwil lain se-Jakarta dilakukan di Lapangan Banteng tanggal 8 November 2008 sekaligus halal bihalal.

Gebrakan-gebrakan yang dilakukan Drs. K.H. A. Shodri H.M. dan seluruh jajaran kepengurusan Fuhab Pusat cukup menonjol. Kegiatan shalat Subuh gabungan setiap bulan yang dilakukan secara bergilir di seluruh wilayah Jakarta dan sekitarnya telah berjalan empat kali secara berturut-turut. Para pejabat, mulai dari gubernur, para wali kota, dan pejabat lainnya, para ulama dan habaib, tokoh masyarakat, serta ribuan kaum muslimin senatiasa menyemarakkan acara ini. Dalam kegiatan-kegiatan ini, Ustadz Husein selalu tak ketinggalan berpartisipasi dengan menggerakkan jama’ahnya.

Munculnya media Fuhab, yang secara teratur menjumpai para pembacanya setiap bulan, juga merupakan kerja nyata dari para pengurusnya. Masih banyak lagi kegiatan dan terobosan yang dilakukan Fuhab pusat yang telah dirasakan manfaatnya oleh umat.

Semua ini membawa semangat tersendiri bagi para pengurus Fuhab di tingkat wilayah, termasuk Ustadz Husein, sebagai ketua Fuhab Korwil Jakarta Selatan. Karena itu, ia pun berusaha agar kegiatan-kegiatan di tingkat korwil juga dapat terus digerakkan sehingga dapat mengimbangi aktivitas di tingkat pusat.

Selama ini yang sudah berjalan adalah pengajian dan majelis dzikir tingkat kecamatan dua minggu sekali setiap hari Selasa dengan berpindah-pindah tempat. Masih banyak rencana kegiatan lain yang masih dalam persiapan dan pematangan.

Untuk mendukung semua rencara itu, tentu dibutuhkan banyak tenaga hingga ke tingkat kecamatan, bahkan keluarahan. Kini, masing-masing korwil, termasuk Jakarta Selatan, sedang dalam proses menyusun kepengurusan untuk tingkat kecamatan.

Selain di Fuhab, ia pun berpastisipasi di beberapa organisasi lain meskipun belum dapat aktif benar. Di antaranya, ia tercatat sebagai salah seorang anggota dewan pakar sebuah partai Islam untuk tingkat wilayah Jakarta Selatan. Ia juga aktif di tingkat ranting NU dan Anshor.

Tidak Komersial
Selain kegiatan dakwah dan pendidikan, yang juga banyak ia lakukan adalah membantu orang-orang yang bermasalah yang datang kepadanya. Ustadz Husein bersyukur karena diberikan kemampuan dapat membantu mereka, baik menyangkut penyakit maupun yang lainnya. Tentu semuanya dengan izin dan kekuasaan Allah, sedangkan ia hanya sebagai sebab.

Tujuan terpentingnya adalah agar yang dibantunya kelak mau menjalankan ibadah, terutama shalat, dan mempelajari aqidah dengan benar. Apabila sudah melakukannya, diharapkan mereka terus meningkatkannya. Jadi, ia ingin bantuannya itu dapat membuat pemahaman dan pengamalan ajaran-ajaran agama mereka semakin meningkat.

Pernah salah seorang muridnya menderita leukimia. Ketika dirawat di rumah sakit, kakaknya datang ke rumah dan meminta bantuannya, ”Pak Kiai, saya minta tolong agar adik saya dibantu dan didoakan. Kondisinya kritis sekali.” Akhirnya ia pun membacakan doa-doa sebagaimana yang telah diijazahkan kepadanya pada air yang dibawa oleh tamu itu. Lalu segera air itu dibawa ke rumah sakit.

Apa yang dilakukannya? Ternyata cairan infus yang ada digantinya dengan air yang telah dibacakan doa oleh Ustadz Husein itu. Kondisi si pasien saat itu memang telah sangat lemah.

Selama tiga hari setelah itu Ustadz Husein tak mendapat kabar apa-apa. Namun pada hari keempat, orang yang sama datang lagi, mengabarkan bahwa si pasien telah sembuh.

Mendengar itu, Ustadz Husein sangat gembira dan bersyukur kepada Allah karena menjadi sebab kesembuhannya. Karena gembiranya, ia bahkan memberikan hadiah kepada orang yang dibantunya itu.
Pernah suatu ketika ada orang yang menderita penyakit kanker yang parah dan harus mengeluarkan biaya puluhan jika melanjutkan pengobatan di rumah sakit. Tetapi ternyata ia dapat sembuh berkat bantuannya.

Sekali lagi, tentu semua itu karena izin dan kekuasaan Allah semata. Itulah yang diyakini Ustadz Husein, dan itu pula yang ditekankannya kepada orang-orang yang datang meminta bantuan kepadanya.

Ilmu hikmah yang dimilikinya, yang berasal dari Kiai Qamaruz Zaman, seorang kiai daerah Banten yang mengijazahkannya dan kemudian ia amalkan sehingga dapat memberikan manfaat bagi orang lain.

Suatu ketika saat menunaikan haji tahun 1990-an di Masjidil Haram, ia berdoa, ”Ya Allah, apabila yang aku miliki ini bermanfaat bagi orang lain, teruskanlah, ya Allah. Apabila tidak bermanfaat, hentikanlah, ya Allah.” Ternyata sepulangnya dari menunaikan haji, orang-orang yang datang meminta bantuan kepadanya dalam berbagai persoalan semakin banyak.

Maka ia pun yakin bahwa apa yang dimilikinya itu dapat bermanfaat bagi orang lain, dan ia tetap pada pendiriannya untuk tidak mengkomersialkan kemampuan yang dimilikinya itu. Ia merasa senang apabila benar-benar dapat membantu mengeluarkan orang dari kesulitan. Dan ternyata berkat bantuannya, ia pun banyak mendapatkan bantuan yang tak disangka-sangka dalam menjalankan berbagai kegiatan rutinnya. AY

Tidak ada komentar:

"MAJELIS RASULULLAH SAW"

"MAJELIS RASULULLAH SAW"









"PERADABAN BARU ISLAM (FITRAH MANUSIA)"

Seaching Blog