Dr Hj Tutty Alawiyah: Muslim dan Muslimah Dapat Berdiri Sama Tinggi
Peran kaum Muslimah dalam membangun sendi-sendi sosial dan kemasyarakatan tidak bisa dinafikan. Secara historis, kaum Muslimah di negeri ini tampil bahu-membahu dengan para pejuang dan intelektual dalam membangun negeri yang berasaskan keadilan. Mereka tidak hanya siap dipimpin, tetapi juga siap memimpin.
Dalam pengamatan Dr Hj Tutty Alawiyah AS, ketua umum Badan Koordinasi Majelis Taklim Indonesia ini, tradisi kepemimpinan bangsa Indonesia oleh perempuan bukanlah sesuatu yang baru. Aceh pernah memiliki ratu-ratu yang terbukti mampu memimpin bangsa ini dengan baik. Mereka mengatur jalannya pemerintahan dari dalam istana sekaligus terjun ke medan pertempuran melawan penjajah.
Menurut mantan menteri negara peranan wanita ini, kepemimpinan perempuan tidak bertentangan dengan doktrin Islam. Islam memberikan kebebasan yang luas bagi kaum Muslimah untuk berdiri sama tinggi dengan kaum laki-laki.
Hal itu disampaikan Tutty kepada Damanhuri Zuhri dan Ali Rido dari Republika ketika menyikapi perkembangan peranan Muslimah dalam kehidupan sosial, politik, dan budaya di Indonesia akhir-akhir ini. Berikut petikannya.
Bagaimana Anda melihat peran Muslimah Indonesia dalam kehidupan sosial, politik, dan budaya akhir-akhir ini?
Saya melihatnya positif. Banyak kaum Muslimah yang aktif di berbagai sektor kehidupan, termasuk keagamaan. Membicarakan peran Muslimah secara luas tidak lepas dari Islam sebagai agama universal, agama akhir zaman.
Dalam doktrin Islam, orang Mukmin itu mir'atul mu'min (cermin bagi saudaranya yang Mukmin--Red). Jadi, peran wanita Muslimah Indonesia merupakan cerminan bagi Muslimah lain di dunia. Maka, saya tertarik juga membicarakan peran Muslimah di negara-negara lain.
Secara historis, Indonesia memiliki ratu-ratu sebagai pemimpin masyarakat. Aceh, misalnya, melahirkan ratu-ratu dengan prestasi yang gemilang. Dari sini, tampak bahwa wanita Muslimah merupakan saka guru bagi masyarakat. Nabi sendiri mengatakan, wanita adalah tiang negara. Negara tidak bisa dibangun tanpa tiang dan tiang itu sendiri harus kuat.
Perempuan Indonesia adalah tiang-tiang yang kuat dan mampu membangun negara bersama laki-laki. Ketika Nabi mengatakan, perempuan adalah tiang negara, beliau nggak main-main. Perempuan Indonesia mempunyai potensi yang bisa diperankan di berbagai tempat untuk kepentingan apa saja.
Di luar Indonesia, ada nama Tensu Ciller yang menjabat perdana menteri Turki, tahun 1993-1995. Ada juga Benazir Bhutto, mantan presiden Pakistan. Dan, di Bangladesh, ada Halidazia. Mereka semua Muslimah. Masak kita mau menutup mata. Negeri kita sendiri pernah dipimpin Megawati.
Saya berteman dengan banyak tokoh perempuan melalui Internasional Moslem Women Union (IMWU). Di antara mereka itu, ada penasihat presiden, anggota parlemen, atau ketua dan wakil ketua di berbagai organisasi internasional. Apalagi yang mesti dibilang. Jelas, agama Islam membuka kesempatan seluas-luasnya bagi perempuan untuk aktif di berbagai segala bidang kehidupan.
Peranan Muslimah Indonesia di berbagai bidang itu dipengaruhi oleh doktrin agama atau budaya?
Doktrin agama punya pengaruh besar. Ayat-ayat Alquran kan selalu menyandingkan kata Muslimin wa al-Muslimat, Mukminin wa al-Mukminat . Ini menunjukkan kesetaraan antara kedua pihak, laki-laki dan perempuan. Kita lihat contoh sejarah. Mengapa orang pertama yang diajak bicara Nabi Muhammad ketika mendapat misi kerasulan adalah seorang perempuan, Khadijah?
Kita mesti renungkan itu. Kemudian, Khadijah masuk Islam. Nggak bisa dimungkiri bahwa yang pertama kali mengimani Nabi Muhammad adalah perempuan. Oleh karena itu, kita harus meninggalkan warisan-warisan budaya Arab yang mendiskreditkan kaum perempuan.
Apakah peran Muslimah Indonesia di berbagai sektor sudah cukup membanggakan?
Belum. Dahulu, pada perayaan kemerdekaan Indonesia ke-50, dicari seorang tokoh perempuan yang menguasai berbagai disiplin keilmuan atau yang punya wawasan integral. Jumlahnya hanya sedikit. Sampai sekarang pun kita belum punya ahli tafsir dari kaum perempuan. Itu di satu sisi.
Di sisi yang lain, dari segi kepemimpinan nasional, banyak pihak yang masih meragukan kemampuan perempuan. Dalam Alquran, tidak disebutkan secara tegas, perempuan itu boleh atau tidak menjadi pemimpin umat. Tetapi, Alquran memberikan gambaran yang sangat baik tentang kepemimpinan perempuan melalui sosok Ratu Saba.
Ratu Saba digambarkan sebagai pemimpin yang demokratis, tetapi dia penyembah matahari. Ini berarti dia bukan seorang Muslimah. Akan tetapi, terlepas dari keimanannya itu, Alquran menyebutkan sisi lain dari keberhasilannya memimpin sebuah negeri hingga menjadi negeri yang adil dan makmur. Dia juga berhasil membangun sistem yang demokratis. Karena, dalam setiap pengambilan keputusan, ia tidak memutuskannya sendiri, namun melalui musyawarah dengan orang-orang di sekelilingnya. Berarti kan Ratu Saba demokratis. Dia mau bermusyawarah.
Meskipun pelajaran semacam itu banyak kita temukan dalam doktrin-doktrin Islam, di Indonesia ini tembok-tembok yang membatasi keterlibatan para Muslimah dalam kancah politik yang lebih luas masih ada.
Apakah itu ada kaitannya dengan fikih yang digunakan oleh pihak-pihak tertentu untuk membatasi peran mereka?
Saya bukan ahli fikih. Tapi, saya berpandangan bahwa Alquran memberikan peluang yang sama untuk laki-laki dan perempuan. Kata qawwamun (melindungi--Red) dalam Alquran menunjukkan kepemimpinan laki-laki sebatas persoalan domestik, yaitu dalam rumah tangga saja.
Memang, pada kenyataannya, ada ulama kita yang meletakkan konsep qawwamun itu tidak terbatas pada urusan rumah tangga saja, tetapi lebih luas dari itu. Sehingga, muncul pemahaman-pemahaman yang membatasi peran perempuan untuk beraktivitas di luar rumah.
Padahal, menurut saya, tidak demikian. Bayangkan, seorang pemimpin seperti Umar bin Khaththab pernah diinterupsi oleh seorang perempuan di masjid. Bahkan, Umar mengakui interupsi perempuan itu benar dan dirinya salah. Itu kan berarti ketika di luar kehidupan rumah tangga, laki-laki dan perempuan punya hak-hak politik yang sama.
Maka, ketika saya baca sejarah itu, lho , apa yang menjadi jeratan buat kita untuk berperan aktif di luar rumah. Nggak ada. Nabi pun tidak melarang perempuan ke masjid, shalat malam, atau ikut macam-macam aktivitas.
Nabi menegaskan, jika seorang istri mau masuk surga, shalatnya dan puasanya harus beres, di samping dapat menjaga diri dan taat suami. Kata-kata taat suami itu tidak diartikan sebagai superioritas suami bahwa semuanya dia yang menentukan. Kalau itu terjadi, ya lucu. Suami-suami itu kan kalau mau pergi ke luar rumah izin sama istri. Nggak pakai kita suruh sudah otomatis dia merasa ada kebutuhan untuk saling memberi informasi, saling mendoakan, dan saling tahu.
Saya sudah kasih tahu kawan-kawan jamaah majelis taklim, tidak ada dalam Alquran perempuan disuruh masak. Yang paling penting adalah seorang istri setia sama suami. Seorang istri harus qanithat (taat kepada Allah--Red) dan hafizhat bil ghaib (menjaga diri ketika suaminya tidak ada--Red). Alquran juga menyebutkan ba'duhum aulia u ba'din , jadi di situ ada peran setara yang dimainkan kedua pihak.
Penafsiran Anda pada ayat arrijaalu qawwamuna alannisaa itu seperti apa?
Kata qawwamuna yang dinisbatkan kepada laki-laki itu memang sesuai dengan kelebihan-kelebihan yang dimiliki mereka. Laki-laki ada kelebihan fisik dan tanggung jawab. Siapa yang kuat mengangkat beras sekarung? Ya, laki-laki. Maka, Allah membebani mereka dengan tanggung jawab domestik.
Ayat itu dilanjutkan dengan wabima anfaqu min amwalihim dan fashalihat, qanithat, hafidzat bil gaib . Ayat tersebut tidak dimaksudkan supaya istri-istri melayani semua keperluan laki-laki. Dalam masalah keluarga, istri haruslah setia sama suaminya.
Istri Nabi yang pertama dapat dijadikan contoh yang baik untuk menjelaskan kedudukan istri dalam rumah tangga. Khadijah bukanlah tipe perempuan yang meminta-minta kepada suami. Justru, dia membelanjakan sebagian hartanya untuk mendukung perjuangan dakwah Islamiyah.
Saya meyakini, kita semua memiliki kelebihan dan kekurangan yang sama. Tidak ada yang lebih hebat dari yang lain. Oleh karena itu, baik laki-laki maupun perempuan harus mengambil peran dalam amar ma'ruf nahi munkar , selain menegakkan shalat, menunaikan zakat, serta taat dan patuh kepada Allah dan Rasul.
Apa contoh konkret tuntunan Nabi dan sahabat untuk menghormati kaum perempuan?
Ada hadis Nabi yang mengatakan, barang siapa yang memiliki tiga orang anak perempuan kemudian mendidik mereka dengan baik, maka ia masuk surga. Tuntunan ini muncul karena kultur bangsa Arab jahiliyah sangat merendahkan perempuan. Kalau lahir bayi perempuan, saking malunya, mereka menguburkan anak itu hidup-hidup atau membunuhnya.
Saya melihat ada hikmah dari Islam dalam mengubah kultur tersebut. Ketika Umar sudah memeluk Islam, dia selalu menangis ketika mengingat tindakannya menguburkan anak perempuannya. Nah , setelah Islam menjadi agama yang mapan, kita melihat sendiri bagaimana perempuan terangkat derajatnya.
Aisyah dengan bebas bergerak di bidang politik, bahkan dipercaya sebagai pimpinan perang. Dia juga diakui sebagai sumber periwayatan hadis-hadis sahih. Contoh lainnya, Allah memberikan gambaran bagaimana Siti Hajar hidup sendiri di satu tempat yang sepi, lembah yang tandus, tidak ada makanan dan minuman, dan tidak ada kehidupan, tetapi dia mampu bertahan hidup. Ketegaran tokoh-tokoh perempuan itu direkam dalam Alquran untuk dijadikan pelajaran bagi umat Islam.
Dalam pengamatan Anda, keberagaman Muslimah di perkotaan cenderung meningkat atau menurun?
Kesadaran agama mereka meningkat. Mereka bukan hanya berjilbab, tetapi perilaku dan ucapan-ucapannya juga Islami. Misalnya, saat bepergian, mereka memikirkan nanti shalat di mana. Di mall, bertanya di mana mushalanya. Mereka juga punya kelompok pengajian yang anggotanya terdiri atas ibu-ibu rumah tangga sampai artis-artis. Itu harus kita hargai.
Sekarang ini, perkembangan Islam di Indonesia luar biasa. Nggak ada mall yang tanpa mushala. Setiap mall pasti ada mushallanya. Juga, di gedung-gedung perkantoran, pasti ada masjid. Fenomena ini tidak kita dapatkan di negara lain.
Keislaman di Indonesia itu unik karena terdapat perpaduan antara nilai-nilai Islam dengan budaya lokal. Apa yang seharusnya dilakukan oleh kaum Muslimah untuk menunjukkan bahwa Islam itu rahmatan lil alamin ?
Umat Muslim Indonesia ini menjadi harapan umat Islam di luar. Oleh karena itu, kaum Muslimah harus menampilkan wajah Islam yang damai. Kita menolak segala bentuk kekerasan. Bentuk rahmatan lil alamin itu adalah kesesuaian antara Islam dan adat-istiadat setempat. Karena kita orang Timur, ya harus berperilaku layaknya orang Timur. Semangat ketimuran, seperti saling menghargai, mencintai, dan menghormati, itu bagian dari ajaran Islam.
Harapan Anda bagi kaum Muslimah Indonesia di masa depan?
Sekarang ini, tantangan bagi kaum Muslimah lebih berat. Pertama, masalah ketahanan dalam keluarga, apalagi jika miskin, itu berat. Kaum Muslimah harus bisa menjadi partner yang baik bagi suaminya supaya suami dapat bekerja dengan baik dan anak-anak bisa senang belajar.
Kedua, banyaknya informasi yang sulit dibedakan mana yang positif dan negatif. Ini kan ngeri. Kalau kita tidak mampu memfilter, bisa terbawa sesat. Di televisi, kita banyak menyajikan klenik-klenik dan ramalan-ramalan.
Jadi, peran ibu dalam keluarga itu nomor satu. Di tangan ibulah, adanya ketahanan keluarga, selain pembangunan mental dan agama. Oleh karena itu, mari kita banyak membaca Alquran dan belajar ilmu-ilmu agama untuk mengisi relung-relung anak kita. Mereka adalah harapan di masa depan. Harus kita persiapkan kualitas iman, Islam, zikir, dan fikihnya.
Ketiga, kaum perempuan juga punya tanggung jawab dakwah. Kita punya tanggung jawab menampilkan Islam yang rahmatan lilalamin . Maka, kita aktif dan dinamis serta bangga menjadi seorang Muslimah. Isyhadu bi anna muslimun (saksikan bahwasanya kita adalah kaum Muslim--Red).
Jadi, ada tiga hal yang harus dipegang oleh para Muslimah. Yaitu, spiritualitas, intelektualitas, dan profesionalitas. Tiga hal ini perlu diperhatikan untuk menjadikan keseimbangan dalam menghadapi tantangan di era global.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar