Sabtu, 10 Oktober 2009

Menghidupkan Ruh Iman


alhikmah.com - Terkadang kita sering berfikir, “Bagaimana yaaa?? untuk menjadi sukses atau mendapatkan kesuksesan?” pertanyaan seperti ini adalah hal yang wajar karena setiap orang mendambakan hal itu. Tetapi kita sering lupa untuk mencapai itu semua diperlukan sebuah bahan bakar, dan bahan bakar yang paling pas dan paling ampuh yang Alloh SWT anugerahkan kepada kita adalah “IMAN”.

Setiap pribadi muslim harus meyakini bahwa nilai iman akan terasa kelezatannya apabila secara nyata dimanifestasikan dalam bentuk amal sholeh atau tindakan kreatif dan prestatif. Iman merupakan energi batin yang memberi cahaya pelita untuk mewujudkan identitas dirinya sebagai bagian dari umat yang terbaik.

Oleh karena itu, Iman tidak cukup hanya diartikan “Percaya atau Yakin”, karena apabila kita berhenti pada pengertian ini, Iblis lebih percaya dan berpengalaman dari pada kita. Iblis pernah berdialog dengan Allah sekaligus menunjukkan pembangkangannya. Agar kita tidak sama dengan Iblis, kata iman harus kita maknai lebih jauh. Iman berarti menempatkan diri secara merdeka, membebaskan diri dari segala belenggu ikatan kecuali mengikat diri dengan penuh cinta kepada Alloh SWT. Hal ini akan menyebabkan keberpihakan kita hanya kepada Allah dan Rasul-Nya sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadist.

Rasulullah SAW bersabda : “Yang dinamakan Iman itu adalah apabila kau meyakini didalam hati, menyatakannya dengan lidah dan melaksanakannya dengan perbuatan.” Kiranya perlu kita garis bawahi pada kalimat ucapan Rasulullah pada kalimat akhir yaitu : “melaksanakan dengan perbuatan” yang berarti ada gerakan aktif untuk mewujudkannya. Lebih dari itu, Alloh memberikan isyarat bahwa mereka hanya berkata “Aku beriman” , tetapi tidak konsekwen dalam perbuatannya termasuk kategori yang dimurkai Alloh. Iman merupakan tanda keberpihakan kepada Alloh dan Rasul-Nya. Keberpihakan itu dapat terlihat apabila diwujudkan dalam amal dan perbuatan iman dan amal bagaikan perbuatan iman dan amal bagaikan 2 sisi gelas yang diisi air, kalau gelas itu kita isi susu maka akan disebut segelas susu atau mungkin gelas tersebut kita isi dengan racun maka kita akan menyebutnya segelas racun tak peduli dari bahan apa gelas terbuat karena sebutan gelas itu tergantung pada isinya. Oleh karena itu iman adalah wadah yang akan menampung segala isinya yang sesuai. Jadi dapat kita garis bawahi, bahwa Iman adalah wadah, jasad adalah alat, perbuatan adalah isinya. Iman dan Islam bukan sekedar pengetahuan atau dalam bahasa asingnya knowledge. Kita tidak cukup kalau hanya sebatas “saya tahu-saya-saya tahu” atau I see, I see”. Anthony Robbins seorang trainer dan motivator, pernah menulis “You see in life, lots of people know what to do, but few people actually do what they know. Knowing is not enough! You must take action!”. (“Lihatlah, dalam kehidupan ini banyak orang yang tahu apa yang harus dikerjakan, tapi sedikit sekali yang mengerjakan apa yang dia tahu. Tahu saja tidak cukup! Anda harus berbuat!”) dengan kata lain, bahwa tidaklah sempurna Iman seseorang yang hanya meyakini dalam hati dan mengucapkan didalam perkataan, tetapi hampa dalam perbuatan. Pandai membuat pertanyaan tapi bodohnya dalam mewujudkannya dalam kenyataan.

Islam bukanlah sekedar seperangkat konsep normatif ideal, melainkan juga suatu bentuk praktek dari amal aktual, amal yang nyata. Dari akar kata iman kita mengenal kata Aman (damai dan tentram), sehingga seseorang seharusnya mampu mengaktualisasikan suasana damai dan selalu ingin pelita kedamaian. Ditangan orang beriman, sesuatu apapun tidak mungkin cacat atau rusak sehingga pantaslah orang tersebut diberi amanah karena dia sudah membuktikan dirinya sebagai Al-Amin (orang yang terpercaya) atau dapat diistilahkan credible.

Seorang pribadi muslim, sadar bahwa kehadiran dirinya dimuka bumi tidak lain hanya untuk mengabdi, sebagaimana Allah SWT berfirman “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”(Qs. Ad-Dzaariyaat:56) didalam ayat ini dinyatakan bahwa misi seorang pribadi muslim adalah sebagai pelayan Alloh. Apabila bekerja dan melayani itu adalah fitrah manusia yang enggan bekerja, malas dan tidak mendayagunakan seluruh potensi dirinya untuk menyatakan keimanan dalam bentuk amal prestatif, sesungguhnya dia selalu melawan fitrah dirinya sendiri, menurunkan derajat identitas dirinya sebagai manusia sempurna, kemudian runtuh dalam kedudukan yang lebih hina dari binatang (Qs. Al-A’raaf: 172). Manusia hanya dapat memanusiakan dirinya dengan Iman, Ilmu dan Amal.

Amal hanya mungkin berkualitas bila dibarengi dengan ilmu dan ilmu yang baik adalah ilmu yang bermanfaat dan memberikan nilai kepada alam. Bila ilmu dan manfaat telah kita miliki, selanjutnya adalah usaha kita untuk selalu mencari arah, tujuan dan kesempatan. Seorang pribadi muslim harus banyak belajar dan membaca, dia harus pandai membaca tanda-tanda kekuasaan Alloh yang akan membawanya lebih mengenali siapa hakikat dirinya. Selain itu ada suatu kegemaran tersendiri untuk lebih banyak membaca buku-buku yang merupakan jendela informasi dunia. Dan juga menjadi suatu hal yang wajib bagi dirinya untuk terus membaca, mengkaji, merenungi dan mengamalkan Al-Qur’an. Kewajiban membaca ini telah Alloh tuangkan didalam firman-Nya “Bacalah dan Tuhamulah Yang Maha Pemurah, yang mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Qs. Al’Alaq: 1-5).

Jadi jelaslah bahwa sekarang untuk menjadi orang yang berprestasi dan sukses ada tiga kata kunci yaitu “Iman, Ilmu dan Amal”. Orang-orang yang memiliki 3 kata kunci tersebut akan menjadi orang-orang yang tangguh walau harus menerjang badai. Mereka tidak mengenal kata pesimis. Tidak pernah lelah. Bagi mereka waktu adalah lembaran kertas untuk menulis tinta karya dan kerja nyata. Dan ilmu adalah pelita hati yang akan membawa kepada kebahagiaan dunia dan akhirat.

Tidak ada komentar:

"MAJELIS RASULULLAH SAW"

"MAJELIS RASULULLAH SAW"









"PERADABAN BARU ISLAM (FITRAH MANUSIA)"

Seaching Blog