Marga Al-Mugebel (Al-Muqebel)
Yang pertama kali dijuluki (digelari) “AL-MUGEBEL” adalah waliyyullah Ahmad bin Alwi bin Abdullah bin Alwi bin Muhammad Mauladdawilah.
So’al gelar yang disandangnya belum ada kepastian penyebabnya. Hanya bila dihubungkan dengan arti kata “Mugebel” yang dalam bahasa Arab berasal dari kata “Mugebel” yang kata kerjanya “Agbala” dan kata kerjanya “Al-Iqbal” yang artinya selalu lebih terampil, selalu mau menerima, maka ada kemungkinan Waliyyullah Ahmad Al-Mugebel adalah seorang rendah hati suka menerima apapun yang dimohonkan kepadanya serta lebih terampil dalam segala aspek penghidupan.
Waliyyullah Ahmad Al-Mugebel dilahirkan di Tarim (Hadramaut), dikaruniai 5 orang anak lelaki, 2 diantaranya yang bernama Abdurrahman dan Zain yang meneruskan keturunannya, terutama yang kebanyakan berada di Indonesia.
Semoga Allah SWT memasukkan Beliau-Beliau ke dalam Surga dan menghimpunkannya bersama-sama para Nabi, para Syuhada, para Auliya dan para Shalihin. Amin !.
Marga Al-Mutahhar (Al-Muthahhar)
Yang pertama kali dijuluki “Al-Muthahhar” adalah waliyyullah Muthahhar bin Abdullah bin Alwi bin Mubarak bin Abdullah bin Ahmad bin Muhammad bin Abdullah Wathab bin Muhammad Al-Manfar.
Waliyyullah Al-Habib Muthahhar dilahirkan di kota Gasam. Dikaruniai 2 orang anak lelaki. Satu diantaranya yang menurunkan keturunannya yaitu : Abdullah.
Waliyyullah Al-Habib Muthahhar pulang ke Rahmatullah di kota Gasam pada tahun 1117 Hijriyyah.
Semoga Allah SWT memasukkan Beliau-Beliau ke dalam Surga dan menghimpunkannya bersama sama para Nabi, para syuhada, para Auliya dan para Sholihin. Amin !.
Marga Al-Abu Numaiy
Yang pertama kali dijuluki (digelari) “Al-Abu Numaiy” adalah Waliyyullah Abu Numaiy bin Abdullah bin Syaich bin Ali bin Abdullah Wathab bin Muhammad Al-Manfar.
So’al gelar yang disandangnya karena Beliau adalah satu-satunya anak yang bungsu; maka dijuluki “numaiy” Numaiy artinya Anak Bungsu.
Waliyyullah Abu Numaiy dilahirkan di kota Masy-Gash (Hadramaut). Dikaruniai 3 orang anak lelaki, yang masing-masing bernama: Abdullah, Aqil dan Muhammad. Beliau-Beliau yang kemudian menurunkan keturunan Al-Abu Numaiy, termasuk yang berada di Indonesia.
Waliyyullah Abu Numaiy pulang ke Rahmatullah di Masy-Gash pada tahun 1020 Hijriyyah.
Semoga Allah SWT memasukkan Beliau Beliau ke dalam Surga dan menghimpunkannya bersama-sama para Nabi, para Syuhada, para Auliya dan para Sholihin. Amin !.
Marga Al-Madihij
Yang pertama kali dijuluki (digelari) “Al-Madihij” adalah Waliyyullah Abdullah bin `Aqil bin Syaich bin Ali bin Abdullah Wadhab bin Muhammad Al-Manfar.
So’al gelar yang disandang Beliau, ada kemungkinan karena Beliau bermukim di suatu tempat yang disebut “Madihij“.
Waliyyuilah Abdullah bin Aqil Al-Madihij dilahirkan di kota Tarim. Dikaruniai 4 orang anak laki-laki, hanya 1 diantaranya yang menurunkan keturunannya yaitu yang bernama `Aqil bin Abdullah bin ‘Aqil.
Waliyyullah Abdullah Al-Madihij pulang ke Rahmatullah di kota Tarim pada tahun 970 Hijriyyah.
Semoga Allah SWT memssukkan Beliau-Beliau ke dalam Surga dan menghimpunkannya bersama-sama para Nabi, para syuhada, para Auliya dan para Sholihin. Amin !.
This was taken by Permission of the Webmaster of Alaminjogja at http://www.alaminjogja.com
Wassalam,
Marga Al-Haddad
Yang pertama kali dijuluki (digelari) “AL-HADDAD” ialah Waliyyullah Ahmad bin Abibakar bin Ahmad Masrafah bin Muhammad bin Abdullah bin Ahmad bin Abdurrahman bin Alwi Ammil-Faqih bin Muhammad Shahib Marbad.
So’al gelar yang disandangnya, ada 2 versi penyebabnya :
Versi 1
Karena Beliau sering ketempat ” Pandai Besi ” yang dalam bahasa Arab disebut ” AI-Haddad “.
Versi 2
Sering dikatakan orang “AlHaddadil-Qulub” artinya “Pandai-Kalbu”, Maksudnya karena Waliyyullah Ahmad bin Abibakar Al-Haddad bila berdakwah dalam menginsyafkan seseorang ke jalan yang benar dapat melemahkan kalbu (hati) seseorang itu sekalipun orang tersebut berkalbu (berhati) yang kerasnya bagaikan Besi.
Waliyyullah Ahmad AI-Haddad tak ubahnya sebagai seorang “Pandai-Besi” yang dapat melunakkan besi yang keras sekali.
Waliyyulah Ahmad Al-Haddad dilahirkan dikota Tarim. Dikarunia hanya seorang anak lelaki yang dinamai Alwi. Diantara keturunannya generasi yang ke-31 adalah Waliyyullah AI-Habib Abdullah bin Alwi AI-Haddad, yang tersohor dengan “Ratib-Al-Haddad” nya.
Al-Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad bersaudara dengan Waliyyullah Al-Habib Umar bin Alwi AI-Haddad.
Waliyyullah Ahmad bin Abi Bakar bin Ahmad Al-Masrafah pulang ke Rahmatullah di kota Tarim sekitar tahun 870 Hijriyyah.
Semoga Allah SWT memasukkan Beliau-Beliau ke dalam Surga dan menghimpunkannya bersama-sama para Nabi, para Syuhada, para Auliya dan para Sholihin. Amin !.
Wallahualam
Marga Al-Attas
Nasab (Keturunan) al-Habib Umar bin Abdul Rahman al-Attas
Nama beliau adalah Al-Habib Umar bin Abdurrahman bin Agil bin Salim bin Ubaidullah bin Abdurrahman bin Abdullah bin Syeikh al Ghauts Abdurrahman as-Seggaf bin Muhammad Maulah Dawilah bin Ali bin Alawi al Ghoyur bin Sayyidina al Faqih al Muqaddam Muhammad bin Ali binl Imam Muhammad Shahib Mirbath bin Ali bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidullah bin Imam al Muhajir Ahmad bin Isa bin Muhammad an Naqib binl Imam Ali al Uraidhi bin Jaafar as Shadiq binl Imam Muhammad al Baqir binl Imam Ali Zainal Abidin binl Imam Hussein as Sibith binl Imam Ali bin Abi Thalib dan binl Batul Fatimah az-Zahra binti Rasullullah S.A.W.
Tentang Asal-Usul gelaran name keluarga “Al-Attas”,
Kata al- Habib Ali bin Hassan al-Attas: “Sebenarnya apa yang diucapkan oleh Syeikh al-Faqih Abdullah bin Umar Ba’ubad yaitu bahawa “Beliau dinamakan al-Attas yang bermaksud bersin, kerana beliau pernah bersin ketika masih berada di dalam perut ibunya”, adalah benar, hanya menurut khabar yang paling benar dikatakan bahawa pertama kali bersin ketika masih berada di perut ibunya adalah Habib Aqil yang terkenal hanya Habib Umar bin Abdurrahman al-Attas, sehingga berita itu hanya dikenal pada diri beliau dan anak beliau dan anak cucu Aqil dan Abdullah, saudara beliau. Sedangkan anak cucu Sayyidina Aqil bin Salim yang lain dikenal dengan nama keluarga Aqil bin Salim (ataupun Al Ba Aqil)”.
Waliyullah Al-Habib Umar bin Abdurrahman Al-Attas pulang ke rahmatullah pada tahun 1072 Hijriyyah dan dikenali sebagai Al-Qutb Aal-Anfaas. Dia adalah Syeikh/Ustadh Sayyiduna’l Imam al-Habib Abdallah ibn ‘Alawi Alhaddad, yang digelar al-Qutb ul Irshad.
Semoga Allah SWT memasukkan beliau-beliau ke dalam surga dan menghimpunkannya bersama-sama para Nabi, para syuhada, para Auliya dan para Sholihin.
Amin. !
Wallahualam
Marga Al-Kaff
Yang pertama kali dijuluki (digelari) “Al-Kaf” adalah Walliyullah Ahmad bin Muhammad bin Ahmad bin Abi Bakar Al-Djufri.
So’al gelar yang disandangnya ada 2 versi penyebabnya.
Versi pertama mengatakan bahwa terjadi pertengkaran antara waliyullah Ahmad bin Muhammad dengan seorang yang mengaku dirinya seorang jagoan yang mempunyai kekuatan yang luar biasa, tetapi bisa ditaklukan oleh waliyullah Ahmad bin Muhammad. Dengan kekuatannya tadi maka Beliau oleh masyarakat setempat dijuluki “AlKaf” seperti diketahui kekuatan seseorang itu dalam bahasa Hadramaut disebut “Kaf”.
Versi kedua mengatakan bahwa adanya suatu perkara perkelahian waliyullah Ahmad bin Muhammad dengan seseorang dan dimajukan di Pengadilan, Hakim meminta supaya kedua belah fihak mengisi formulir dengan tanpa menyebutkan namanya masing-masing tetapi diperintahkan untuk menyebutkan sebuah kode. Salah satu huruf abjad Arab dalam huruf tadi, maka waliyullah Ahmad bin Muhammad menulis huruf abjad “Kaf”. Setelah hakim menanyakan siapa yang menulis huruf “Kaf” maka waliyullah menjawab : ’saya yang menulisnya’. Sejak itu Beliau dijuluki masyarakat setempat dengan “AlKaf”
Waliyullah Ahmad bin Muhammad Al-Kaf dilahirkan di kota Tarim. Dikaruniai 2 orang anak lelaki yang menurunkan keturunannya, masing-masing bernama Abubakar dan Muhammad.
Waliyullah Ahmad Al-Kaf pulang ke Rahmatullah di kota Tarim pada tahun 911 Hijriyyah.
Semoga Allah SWT memasukkan Beliau-Beliau ke dalam Surga dan menghimpunkannya bersama-sama para Nabi, para Syuhada, para Auliya dan para Sholihin. Amin !.
Wallahualam
BIBLIOGRAPHY
Marga Al-Aydrus
Yang pertama kali dijuluki (digelari) “Al-Aydrus” adalah Habib Abdullah bin Abu Bakar Assakran bin Abdurrahman Assegaf bin Muhammad Mauladdawilah.
Soal gelar “Al-Aydrus” berasal dari kata “Utaiyrus” yang berarti bersifat seperti Macan atau Singa.
Disandangnya, karena semasa kecilnya beliau selalu berani menghadapi apapun juga (baik manusia, binatang, mahluk halus dan sebagainya sehingga oleh kakeknya (Habib Abdurrahman Assegaf) beliau dipanggil (dijuluki) dengan julukan “Utaiyrus”.
Beliau dilahirkan di kota Tarim (Hadhramaut) pada bulan Dzulhijjah tahun 811 H,
dan dikarunia 5 orang Putera, 3 diantaranya yang melanjutkan keturunan beliau, yaitu :
Alwi, menurunkan keturunan Al-Aydrus : Al-Ahmad Al-Muhtabi. Keturunannya berada di Bor, Syam, Dhafar (Hadhramaut) dan di Jawa (Indonesia).
Husein, menurunkan keturunan Al-Aydrus : Al-Umar bin Zain, Al-Ismail, Al-Hazem, Al-Tsibiy, Al-Ma’igab (Menurunkan keturunan : Ahmad Syarim, Hasan bin Abdullah, Abbas bin Abubakar).
Syaikh, menurunkan keturunan Al-Aydrus : Al-Asshalabiyyah dan Ali Zainal Abidin.
Habib Abdullah Alaydrus bin Abu Bakar Assakran bin Abdurrahman Assegaf wafat
dalam perjalanan dari kota Syihr menuju kota Tarim (Hadhramaut) pada tanggal 12 Ramadhan tahun 865 Hijriyah.
Wallahualam
Marga Al-Aydid (Aidid)
Yang pertama kali dijuluki (digelari) “Al-Aydid” adalah Habib Muhammad Maula Aydid bin Ali Al-Huthah bin Muhammad bin Abdullah bin Ahmad bin Abdurrahman bin Alwi Ammil Faqih.
Soal gelar yang disandangnya, karena beliau bermukim di “dusun Aydid” yang terletak di daerah pegunungan dekat kota Tarim.
Dusun ini pada mulanya merupakan tempat yang sangat ditakuti oleh penduduk sekitarnya, karena dihuni banyak mahluk halus yang jahat sehingga setiap orang yang kesana pasti tidak bisa kembali lagi.
Hingga pada suatu malam yang gelap gulita penduduk disekitar tempat tersebut dikejutkan dengan munculnya suatu cahaya yang terang benderang diatas dusun tersebut, dan setelah dekat ternyata cahaya tersebut berasal dari tubuh Habib Muhammad Maula Aydid. akhirnya dusun yang sangat ditakuti tersebut kemudian menjadi dusun yang sangat aman dan makmur.
Dimana penduduk dusun tersebut mengangkat Habib Muhammad bin Ali Al-Huthah
sebagai penguasa (Maula) dusun Aidid tersebut dengan Gelar Muhammad Maula Aydid.
Beliau dilahirkan di kota Tarim (Hadhramaut), dan dikarunia 6 orang Putera, hanya 3 diantaranya yang melanjutkan keturunan beliau, yaitu :
Abdullah.
Abdurrahman. Kedua beliau ini digelari (dijuluki) Ba-Fagih yang kemudian menjadi leluhur Al-Bafagih.
Ali, tetap dijuluki (digelari) Aydid, yang kemudian menjadi leluhur keluarga Al-Aydid.
Habib Muhammad Maula Aydid wafat di kota Tarim (Hadhramaut) pada tahun 862 Hijriyah.
Wallahualam
BIBLIOGRAPHY
Marga Al-Segaff (As-Seggaf)
Yang pertama kali di juluki (digelari) “Asseggaf” ialah Waliyyullah Abdurrahman bin Muhammad Mauladdawilah bin Ali bin Alwi bin Muhammad Al-Faqih Al-Muqaddam.
So’al gelar (julukan) “Asseggaf” yang disandangnya itu karena Waliyullah Abdurrahman Asseggaf diketahui sebagai Pengayom para Wali pada zamannya.
Diibaratkan sebagai Atap (piyan) bangunan: yang dalam bahasa Arab disebut “Sagfun”. Beliau sendiri sebenarnya berusaha menutupi kebesaran Martabatnya itu (karena tawaddu’nya) ;
namun para Wali di zaman itu memproklamasikan beliau sebagai Pemimpin dan Pembimbing para Wali.
Beliau dilahirkan dikota Tarim Hadramaut (Yaman Timur-Tengah).
Dikaruniai 13 anak lelaki dan 7 anak perempuan. dari ke 13 anak lelakinya tersebut hanya 7 orang yang melanjutkan keturunannya.
Masing-masing adalah :
Abubakar Assakran,
Alwi ,
Ali ,
A’Qil,
Abdullah,
Husein,
Ibrahim.
Waliyyullah Abdurrahman Asseggaf bin Muhammad Mauladdawilah pulang ke Rahmatullah di kota Tarim pada tahun 819 Hijriyyah.
Semoga Allah SWT memasukkan Beliau ke dalam Surga dan menghimpunkannya bersama-sama para Nabi, para Syuhada” para Auliya dan para Sholihin.
Amin !.
BIBLIOGRAPHY
Marga Al-Adani
Yang pertama kali dijuluki (digelari) “Al-Adani” ialah Waliyullah Al Quthub Abubakar bin Abdullah Al-Aydrus bin Abu bakar As-Sakran bin Al-Iman Abdurahman Assegaf.
Soal gelar yang disandangnya karena Beliau meninggalkan tempat keleahirannya, kota Tarim berhijrah ke kota “Aden” di Yaman Selatan, dan sampai akhir hayatnya belia bermukim di kota ‘Aden’ tersebut karenanya belia dijuluki “Al Adani “ dengan kekeramatanya dan wilayahnya begitu beliau pertama kali memasuki kota Aden, maka turun hujan susu di kota tersebut karenanya beliau dijuluki “AlAdani”.
Dengan kekeramatannya dan walayah begitu Beliau pertama kali memasuki kota Aden maka turun hujan susu di kota Aden tersebut.
Dan sewaktu beliau dalam kandungan ibunya terjadi suatu perselisihan antara ibunya dan ayahnya. Sang ibu mengatakan bila anaknya kelak laki-laki akan diberi nama Umar AlMuhdar. Sedangkan si ayah ingin menamakan anaknya dengan Abdurrahman; dengan kudrat Allah SWT maka anak yang dalam kandungan ibunya itu bersuara dan mengatakan baywa dirinya telah membaca namanya di “Lauhin Mahfud” Abubakar bin Abdullah Al-Adani.
Akhirnya kedua orang tuanya tadi sama-sama menyetujui akan menemakan anaknya dengan Abubakar.
* Waliyullah Abubakar Al-Adani dilahirkan dikota Tarim. Dikaruniai seorang anak lelaki yang diberi nama Ahmad. Tetapi sayangnya Ahmad dan kedua anaknya yaitu ‘Aqil dan Muhammad tidak menurunkan keturunannya.”
* Waliyullah Abubakar bin Abdullah Al-Aydrus Al-Adani pulang ke rahmatullah di kota Aden pada tahun 914 Hijriyyah.
Semoga Allah SWT memasukkan beliau-beliau ke dalam surga dan menghimpunkannya bersama-sama para Nabi, para syuhada, para Auliya dan para Sholihin.
Amin. !
Wallahualam
BIBLIOGRAPHY
Tidak ada komentar:
Posting Komentar