Sabtu, 02 Mei 2009

Ustadz Imam Mustofa Mukhtar

Dididik di lingkungan Ulama dan Habaib
Ustadz Imam dari kecil sudah dididik dalam lingkungan ulama dan habaib yang ada di Jakarta.
Penting bagi umat Islam untuk mengembalikan Nabi SAW ke tengah orang-orang beriman. Salah satunya adalah dengan memberikan pengajaran-pengajaran yang benar tentang sejarah hidup Rasulullah SAW. Orang itu tidak akan pernah dengan Nabi kalau tidak mempelajari sejarah hidup Nabi.Kalau sudah kenal Nabi, pasti orang kagum, kalau sudah kagum pasti akan cinta dan kalau sudah cinta dengan Nabi pasti akan ikut berjuang untuk agama Nabi Muhammd SAW.
"Imam Jafar Shodiq pernah berkata,’Inti orang beragama adalah cinta.’Jadi saya disini dan di majelis-majelis taklim yang lain, banyak menyampaikan sejarah hidup Nabi SAW.Ini penting, karenanya saya mengajak kepada para ulama agar mengisi pengajian-pengajian mereka dengan mengajar sejarah Rasulullah SAW dalam usaha mengembalikan Nabi Muhammad SAW ke tengah-tengah hati orang beriman," kata Ustadz Imam Mustofa Muktar dalam sebuah kesempatan kepada alKisah.
Tantangan berdakwah menurut Ustdaz kelahiran Betawi, 27 tahun yang lalu ini, adalah ketika agama semakin asing dengan pemeluknya, maka ulama pun tidak punya posisi yang spesial di hari umat. "Oleh karena itu, ulama harus banyak punya siasat dalam berdakwah. Banyak memaafkan ketidaktahuan orang dan banyak memaklumi.Dakwah harus tetap memegang kaidah, mauidzaatil hasanah. Dakwah dengan mencaci atau menghujat harus dihindari, kita harus banyak mengajak dengan lemah lembut."
Ustadz yang satu ini mengaku bukan bekas keturunan kyai atau ulama. "Saya pedagang, tetapi saya merasa apa yang saya dapat sekarang ini adalah keberkahan dari orang tua saya yang sangat cinta dengan ulama. Jadi siapa pun yang mencintai ulama meskipun, dia yang mencintai tidak menjadi ulama, maka dia akan mendapatkan anak atau cucu atau keturunannya akan kelak menjadi ulama," kata Ustadz Imam Mustofa Muktar.
Ustadz kelahiran Betawi, 27 tahun yang lalu ini menempuh pendidikan agama di Madrasah Tsagofah Islamiyah dari tahun 1988-1993 yang dipimpin oleh Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf. "Habib Abdurahman adalah ulama yang wara, zuhud, tidak mengejar popularitas dan istiqamah di jalan dakwah. Bagi beliau, ketenaran bukan nomor satu. Tetapi manfaat ilmu itu adalah hal yang nomor satu. Ini jarang sekali ulama di Indonesia yang mempunyai karakter seperti Habaib Abdurrahman,"demikian kesan Ustadz Imam terhadap walid.
Kebetulan juga orang tua dari Ustadz Imam sangat cinta kepada Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf. Bahkan karenanya cintanya dengan walid, abahnya pernah berkata, "Orang yang sangat saya cintai di dunia ini adalah Habib Abdurrahman."
H Mukhtar bahkan tidak pernah lepas dari Habib Abdurrahman. Suatu hari pernah bilang pada walid, "Ya Habib, saya ini mengaji lama-lama sama Habib tapi tidak masuk-masuk atau tidak dapat ilmu, ini bagaimana Beib" kata H. Mukhtar Nasri kepada walid.
Walid lalu berkata, "Ya, H. Mukhtar, kewajiban umat Islam itu menuntut ilmu. Kalau ente tidak dapat ilmu, sampai usaha-usaha ente menuntut ilmu itu akan turun ke anak cucu ente akan ada yang menjadi ulama, kalau cinta ulama," kata walid.
Kebetulan, rumahnya yang terletak di bilangan Tebet Timur Dalam Raya II, itu memang sering menjadi tempat persinggahan para Habaib yang datang dari mana-mana. Tak heran, masa kecilnya telah dididik dalam lingkungan habaib dan ulama yang ada di Betawi ini.
Lepas dari Tsaqofah Islamiyah, ia kemudian belajar ke Ribath Madinah yang diasuh oleh Habib Zein bin Smith. Kesan selama di Madinah, "Di Madinah paham Wahabi, tetapi paham ahlussunnah wal jamaah dengan madzab Syafi’i itu tersebar ke seluruh dunia. Jadi kesan saya, bahwa Madinah Al-Munawarah adalah satu tempat yang kaya dengan ilmu. Berkumpul banyak ulama di sana dan suasana yang luar biasa di Madinah Al-Munawarah yang sangat berbeda dengan di tempat lain, jadi sangat tepat untuk menimba ilmu agama," kata bapak satu anak ini lebih lanjut.
Pulang dari Ribath Madinah sekitar tahun 2002, ia langsung mengajar di salah satu putra walid yakni Habib Muhammad bin Abdurrahman Assegaf di Ceger, Bogor. Mulai dari situlah ia dakwah ke mana-mana, tidak saja di dari kampung ke kampung tapi juga beberapa instansi pemerintah. Ia tercatat sebagai pengajar tetap di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Komplek Mabes Polri, Kampung Air, Bekasi, dan sekitar Tebet.
Keberhasilan dalam berceramah dan berdakwah menurut ustadz Imam adalah karena ia selalu memegang teguh dengan pesan gurunya yakni Habib Abdurrahman. "Suatu hari saya pernah datang ke rumah Habib Abdurrahman dan walid berpesan, ‘Ya Mustofa, ente sudah mulai dakwah pergi ke mana-mana. Ente sudah mulai bergaul dengan banyak orang. Orang yang berani bergaul, harus berani mengalah dari setiap pergaulannya’."
Kini kesibukannya selain meneruskan usaha orang tuanya yakni menerima pesanan nasi kebuli, ia mengelola majelis taklim Darul Mukhtar. Majelis ini diselenggarakan tiap jumat Subuh, di mulai dari jam 05.30 –07.00. Materi yang disampaikan seputar fiqh dengan kitab Fathul Illah (dikarang oleh Habib Muhammad bin Husein Al-Habsyi, mufti Syafi’iyah di Mekkah), Sirah Khulasah Nur Yaqin (Sejarah), Tafsir, Akhlaq dan Tasawuf.
Di luar itu, ia juga mengelola sebuah rubath yaitu semacam pesantren kecil yang dihuni oleh 20-25 orang di Jl Tebet Timur Dalam V/A RT 4/5, No:25, Jakarta Selatan. Yang banyak diikuti oleh santri-santri dari alumni KH Syukron Makmun atau santri-santri yang ingin berangkat ke Hadramaut atau Rubath Madinah. "Mereka yang ingin melanjutkan belajar ke luar negeri, biasanya mampir ke rubath untuk belajar. Saya hanya mengajarkan sesuai dengan pendidikan di Ma’had Madinah Munawarah, sama seperti yang diajarkan oleh Habib Zein bin Smith."
"Satu keinginan yang sedang saya rintis terus adalah saya ingin memasyarakatkan kembali acara Haul Imam Syafii. Tujuannya adalah untuk memperkenalkan apa itu, madzab Syafi’i, siapa pendirinya dan kenapa kita bermadzab, lalu kenapa kita memilih madzab Syafi’i yang resmi di Indonesia?"
AST/ft AST

Tidak ada komentar:

"MAJELIS RASULULLAH SAW"

"MAJELIS RASULULLAH SAW"









"PERADABAN BARU ISLAM (FITRAH MANUSIA)"

Seaching Blog