Muhammad, mualaf asal New York yang terlahir Yahudi
REPUBLIKA.CO.ID, Ia tak pernah mendengar
tentang Islam sebelum bekerja di Universitas New York pada pertengahan
tahun 1970-an. Islam adalah hal asing baginya. Pada awalnya ia pikir
Islam agama yang terlalu banyak aturan. Banyak larangan ‘ini-itu’. “Saya
tak yakin bisa menerima semua peraturan itu,” ujar dia.
Namun ketika telah mengenal ternyata aturan-aturan itu tak menjadi soal baginya. Islam melarang makan babi, minum alkohol, dan semua bukan hal berat karena pada dasarnya ia tak suka makan babi atau minum alkohol.
Ia jatuh cinta dengan Islam saat mengetahui banyak hal tentang kehidupan yang diajarkan oleh agama ini. ”Ada shalat, puasa dan beramal 2,5 persen dari kekayaan setiap tahun,” kata dia.
Satu hal yang benar-benar ia kagumi dalam Islam adalah tak ada jarak antara manusia dengan Tuhan. “Allah selalu menunjukkan dirinya.” Ia merasa dekat dengan Tuhan yang selama ini ia cari. Di dalam Alquran, semua isinya adalah bahwa Allah maha pemaaf. “Sebelum shalat kita juga melakukan wudhu untuk mengapus dosa-dosa kecil kita,” kata dia.
Muhammad yakin dengan keimanannya. Seuatu ketika seorang temannya Nasrani bertanya mengapa ia tidak memeluk Kristen. Dengan diplomatis ia berkata, “Kalau saya harus menyembah manusia, maka saya akan menyembah Adam. Yesus tidak memiliki ayah, Adam bahkan tak memiliki ayah dan ibu."
Sebagai seorang muslim, ia yakin bahwa apa yang diajarkan Yesus sebenarnya juga menyeru untuk menyembah kepada Allah saja.
Nikmat Islam yang dirasakannya ia coba tularkan juga kepada orang lain. Setelah memeluk Islam, ia sempat mendapat kesempatan bernilai dengan mengantarkan seorang nasrani menjemput hidayah.
Suatu hari di hari Jumat, Muhammad sedang berada di masjid. Ia tiba-tiba batuk cukup parah. Ia merasa perlu keluar dari masjid untuk mengambil air minum agar batuknya tak menganggu jamaah lain.
“Saat keluar, aku melihat ada seorang pria yang tertarik masuk Islam,” ujar dia. Pria yang ia temui di beranda masjid itu kebingungan bagaimana untuk berkomunikasi dengan orang muslim. “Ia tak tahu bagaimana caranya masuk masjid, ia juga tak tahu bagaimana bertanya soal Islam,” kata dia.
Muhammad lalu memperkenalkan kepada pria yang baru dikenalnya bagaimana cara berwudhu. Mereka ngobrol, Muhammad juga menunjukkan bagimana cara shalat. Ia memperkenalkan pria itu dengan para jamaah lain. “Alhamdulilah, ia kini memeluk Islam. Itu hidayah Allah, tapi mungkin melalui perantara diriku,” ujarnya.
Namun ketika telah mengenal ternyata aturan-aturan itu tak menjadi soal baginya. Islam melarang makan babi, minum alkohol, dan semua bukan hal berat karena pada dasarnya ia tak suka makan babi atau minum alkohol.
Ia jatuh cinta dengan Islam saat mengetahui banyak hal tentang kehidupan yang diajarkan oleh agama ini. ”Ada shalat, puasa dan beramal 2,5 persen dari kekayaan setiap tahun,” kata dia.
Satu hal yang benar-benar ia kagumi dalam Islam adalah tak ada jarak antara manusia dengan Tuhan. “Allah selalu menunjukkan dirinya.” Ia merasa dekat dengan Tuhan yang selama ini ia cari. Di dalam Alquran, semua isinya adalah bahwa Allah maha pemaaf. “Sebelum shalat kita juga melakukan wudhu untuk mengapus dosa-dosa kecil kita,” kata dia.
Muhammad yakin dengan keimanannya. Seuatu ketika seorang temannya Nasrani bertanya mengapa ia tidak memeluk Kristen. Dengan diplomatis ia berkata, “Kalau saya harus menyembah manusia, maka saya akan menyembah Adam. Yesus tidak memiliki ayah, Adam bahkan tak memiliki ayah dan ibu."
Sebagai seorang muslim, ia yakin bahwa apa yang diajarkan Yesus sebenarnya juga menyeru untuk menyembah kepada Allah saja.
Nikmat Islam yang dirasakannya ia coba tularkan juga kepada orang lain. Setelah memeluk Islam, ia sempat mendapat kesempatan bernilai dengan mengantarkan seorang nasrani menjemput hidayah.
Suatu hari di hari Jumat, Muhammad sedang berada di masjid. Ia tiba-tiba batuk cukup parah. Ia merasa perlu keluar dari masjid untuk mengambil air minum agar batuknya tak menganggu jamaah lain.
“Saat keluar, aku melihat ada seorang pria yang tertarik masuk Islam,” ujar dia. Pria yang ia temui di beranda masjid itu kebingungan bagaimana untuk berkomunikasi dengan orang muslim. “Ia tak tahu bagaimana caranya masuk masjid, ia juga tak tahu bagaimana bertanya soal Islam,” kata dia.
Muhammad lalu memperkenalkan kepada pria yang baru dikenalnya bagaimana cara berwudhu. Mereka ngobrol, Muhammad juga menunjukkan bagimana cara shalat. Ia memperkenalkan pria itu dengan para jamaah lain. “Alhamdulilah, ia kini memeluk Islam. Itu hidayah Allah, tapi mungkin melalui perantara diriku,” ujarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar