Rabu, 05 Oktober 2011

Shirkuh dan Shalahuddin Menguasai Mesir (2)

Akhir Dinasti Fatimiyah (2)


 
Oleh: Alwi Alatas

PASUKAN Amalric kemudian menyeberangi Sungai Nil untuk menghadapi pasukan Shirkuh. Saat Amalric dan pasukannya mulai menyeberang, Shirkuh membawa pasukannya dengan cepat ke Selatan, menyusuri Sungai Nil. Amalric dan pasukannya segera mengejar mereka. Setelah berada cukup jauh dari Kairo, Shirkuh menghentikan pasukannya dan mengatur strategi untuk berperang melawan pasukan musuh. Kedua pasukan kemudian berhadapan-hadapan, pasukan Shirkuh di Selatan dan pasukan lawan di Utara.

Shirkuh membagi pasukannya menjadi tiga bagian: satu di bagian tengah dan dua di sayap kiri dan kanan. Bagian tengah pasukan dipimpin oleh Shalahuddin. Ketika pertempuran dimulai, Shalahuddin dan pasukan di bagian tengah berpura-pura terdesak dan melarikan diri ke Selatan. Pasukan musuh mengejar mereka dengan penuh semangat. Namun tanpa mereka sadari, pasukan Shirkuh yang berada di sayap kiri dan kanan bergerak memutari mereka dan tiba-tiba sudah berada di bagian utara.

Dengan memancing musuh jauh ke Selatan Kairo, Shirkuh hendak menjauhkan musuh dari basis kekuatan mereka di Kairo. Kini, dengan memutari musuh dan memosisikan diri di sebelah Utara musuh, Shirkuh membuat mereka sulit untuk melarikan diri ke Kairo.

Pada pertempuran itu, pasukan Shirkuh dapat mengalahkan pasukan musuh. Banyak tentara Kristen Yerusalem yang terbunuh dalam pertempuran itu. Walaupun begitu, Amalric dan beberapa tentaranya dapat meloloskan diri dan kembali ke Kairo. Mereka segera mempersiapkan pasukan yang baru untuk mengejar pasukan Shirkuh di selatan. Tapi sebelum mereka sempat berangkat, mereka mendapat kabar yang mengejutkan: Shirkuh dan pasukannya telah berada di ujung Utara Mesir dan telah menaklukkan kota Aleksandria di tepi Laut Tengah.

Mereka tidak menyangka Shirkuh dapat menggerakkan pasukannya secepat itu ke Utara. Kini mereka terpaksa mengikuti rentak yang dimainkan oleh Shirkuh. Pasukan Yerusalem dan Mesir kini bergerak ke Utara dan mengepung kota Aleksandria dari darat dan dari laut. Shirkuh dan pasukannya bertahan di kota itu selama sebulan. Lama kelamaan Shirkuh dan pasukannya mulai mengalami kesulitan. Bahan pangan semakin menipis. Mereka terkepung dan terputus hubungan dari Suriah. Jika terus dalam posisi seperti itu, mereka tentu akan kalah.

Nuruddin Zanki mengetahui keadaan genting sedang dihadapi oleh Shirkuh dan pasukannya di Aleksandria, tetapi ia tak bisa mengirimkan pasukan bantuan ke Mesir karena lokasi yang terlalu jauh. Namun Nuruddin melakukan sesuatu yang sangat mengganggu perhatian Amalric. Ia mengerahkan pasukannya menyerang daerah sekitar Yerusalem. Sementara itu, pada saat yang sama Shirkuh menugaskan Shalahuddin untuk memimpin pasukan utama bertahan di Aleksandria. Ia sendiri menerobos kepungan musuh bersama beberapa ratus tentaranya. Mereka bergerak ke daerah sekitar Kairo, membujuk para petani di sekitar kota itu untuk melakukan perlawanan terhadap rezim Shawar yang telah menimbulkan banyak kesusahan bagi mereka.

Dengan strategi tersebut, posisi pasukan Shirkuh yang tadinya dalam keadaan terdesak di satu front kini berkembang menjadi tiga front pertempuran: Alexandria, Yerusalem, dan Kairo. Pertempuran yang diharapkan akan berakhir singkat oleh pihak Amalric dan Shawar kini berubah menjadi pertempuran yang mungkin akan berlangsung lama. Shirkuh mengirimkan surat dan memberi pesan yang jelas kepada Amalric: pertempuran itu hanya memberikan keuntungan bagi Shawar dan tidak memberi keuntungan bagi mereka berdua. Amalric yang berkali-kali dibuat pening oleh rentak strategi Shirkuh yang sangat sukar ditebak terpaksa menyetujui usulan yang diberikan oleh Shirkuh. Kedua belah pihak melakukan gencatan senjata dan kembali ke negeri mereka masing-masing.

Pada pertempuran babak kedua ini, Shirkuh masih belum berhasil dalam misinya. Pertempuran itu, terutama pengepungan di Aleksandria, juga menyebabkan Shalahuddin merasa trauma. Pengaruh Yerusalem di Mesir menjadi semakin kuat. Upeti yang harus dibayarkan oleh Mesir kepada Yerusalem semakin besar setelah peristiwa itu. Bagaimanapun, Nuruddin Zanki dan Shirkuh berhasil menarik simpati masyarakat Mesir. Penduduk Mesir tidak menyukai kerja sama Mesir dengan Yerusalem. Upeti yang harus dibayarkan oleh Mesir sangat membebani mereka. Khalifah Fatimiyah yang masih berusia muda juga sangat tidak menyukai kebijakan Shawar yang merugikan kerajaannya itu.

Harapan khalifah Fatimiyah dan masyarakat Mesir kini terpusat pada Nuruddin Zanki. Mereka merasa hanya Nuruddin yang bisa diharapkan untuk membebaskan mereka dari ancaman Yerusalem. Maka Khalifah Fatimiyah mulai mengirimkan surat secara teratur kepada Nuruddin Zanki, memintanya untuk mengirim pasukan lagi ke Mesir. Tapi Nuruddin tidak ingin bertindak gegabah. Ia sudah mengirim Shirkuh dan pasukannya dua kali, tapi negeri itu tidak mudah ditaklukkan, terlebih dengan adanya campur tangan Yerusalem. Nuruddin tidak menanggapi permintaan itu dan memutuskan untuk mengamati keadaan.

Sikap Nuruddin yang memilih untuk bersabar sangat tepat, karena Almaric kemudian melakukan kesalahan fatal. Pada bulan Oktober 1168 banyak peziarah yang datang dari Eropa ke Yerusalem. Adanya tenaga baru ini membuat Amalric tergoda untuk segera menyerang dan menguasai Mesir. Ia pun mengerahkan pasukannya masuk ke Mesir. Kota pertama yang mereka kuasai adalah kota Bilbays. Namun di kota ini para peziarah Eropa yang menyertai pasukan itu melakukan tindakan yang kejam. Mereka membantai penduduk kota itu, termasuk perempuan dan anak-anak, Muslim dan Kristen. Sikap ini jelas sangat berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Shirkuh dan pasukannya.

Kejadian itu membuat penduduk Kairo bertekad untuk mempertahankan kota mereka mati-matian. Karena jika kota itu jatuh ke tangan musuh, tentu nasib mereka akan sama dengan penduduk Bilbays. Pada saat yang sama, Khalifah Fatimiyah, al-Adid, mengirimkan sebuah surat kepada Nuruddin Zanki dan mendesaknya untuk menolong Mesir. Kali ini Nuruddin bertindak cepat. Ia memerintahkan Shrikuh untuk berangkat lagi ke Mesir. Shirkuh meminta Shalahuddin menyertainya dalam misi ini yang diikuti dengan perasaan enggan oleh keponakannya itu.

Perjalanan pasukan Shirkuh yang ketiga kali ke Mesir memberikan kemenangan yang gemilang. Pasukan Amalric sudah sempat mengepung Kairo, tetapi merasa frustasi melihat kegigihan masyarakat Kairo bertahan. Amalric merasa khawatir pasukan Shirkuh sewaktu-waktu akan tiba dari Suriah dan berperang melawan pasukannya. Ia tentu tak pernah melupakan kegesitan dan kemahiran Shirkuh dalam mengatur strategi perang. Maka pada awal Januari 1169, sebelum pasukan Shirkuh tiba di tempat itu, Amalric menarik pasukannya dari Kairo dan kembali ke Yerusalem.

Dengan demikian, ketika Shirkuh dan pasukannya tiba di Kairo, musuh telah meninggalkan kota itu. Khalifah Fatimiyah dan penduduk Mesir menyambut Shirkuh sebagai pahlawan mereka. Shawar kemudian ditangkap dan dihukum mati. Shirkuh ditetapkan sebagai wazir Mesir yang baru.

Shirkuh sendiri ternyata tidak lama memerintah sebagai wazir negeri Mesir. Dua bulan kemudian ia meninggal dunia. Shalahuddin ditetapkan sebagai wazir yang baru. Shalahuddin kelak menghapuskan Kekhalifahan Fatimiyah pada tahun (1171), meneruskan kepemimpinan Nuruddin Zanki (1174), mendirikan Dinasti Ayyubiyah, dan membebaskan Yerusalem dari tangan orang-orang Frank (kekuatan salib) (1187).*/Kuala Lumpur,  20 Ramadhan 1432/ 20 Agustus 2011  
Daftar Pustaka

Maalouf, Amin. The Crusades through Arab Eyes. London: al-Saqi Books. 1984.
Runciman, Steven. A History of the Crusades, 2: The Kingdom of Jerusalem. Cambridge: Cambridge University Press. 1987.
Penulis adalah kolumnis hidayatullah.com, kini sedang mengambil program doktoral bidang sejarah di Universiti Islam Antarabangsa, Malaysia

Tidak ada komentar:

"MAJELIS RASULULLAH SAW"

"MAJELIS RASULULLAH SAW"









"PERADABAN BARU ISLAM (FITRAH MANUSIA)"

Seaching Blog