“Yang perlu kita perhatikan adalah bahwa isi Al-Quran sudah tidak ada lagi di hati kita, di hati kebanyakan kaum muslimin.” Seusai liburan Syawwal, jajaran Redaksi alKisah kembali beraktifitas. Untuk mengawalinya, Senin, 20 September 2010, di Kantor Redaksi Majalah alKisah, Jalan Pramuka Raya No. 401, Jakarta, menggelar rapat cecking. Keceriaan terpancar dari setiap wajah redaksi alKisah. Tentu saja, setelah 12 hari melepas penat, berkumpul dan bersilaturrahim bersama handai taulan, tenaga pun terasa terisi kembali, dan siap memulai aktifitas. Kali itu, Habib Abdurrahman Basurrah, salah seorang penguru Rabithah Alawiyah, Jakarta, membuka rapat dengan komentarnya yang menarik tentang aksi pembakaran Al-Quran yang telah memicu kemarahan umat Islam di berbagai belahan dunia. Katanya, televisi Al-Jazeera, stasiun televisi Qatar, salah satu negara di Timur Tengah, menayangkan interview antara Al-Jazeera dengan beberapa ulama dari Timur Tengah, mengenai rencana pembakaran Al-Quran oleh seorang pendeta asal Florida, Amerika Serikat, Terry Jones, pada 11 September lalu. Meski rencana tersebut urung dilakukannya, namun telah menimbulkan aksi protes dari umat Islam di berbagai belahan dunia. Sebagian besar ulama berpendapat bahwa pembakaran tersebut memang tindakan pelecehan terhadap umat Islam, namun tidak perlu ditanggapi secara berlebihan, apalagi sampai merugikan pihak lain. Salah seorang ulama yang berasal dari Syiria itu mengatakan, “Kejadian tersebut merupakan refleksi buat kita, kaum muslimin. Kita jangan terlalu emosional menanggapi masalah tersebut. Tapi yang perlu kita perhatikan adalah bahwa isi Al-Quran sudah tidak ada lagi di hati kita, di hati kebanyakan kaum muslimin. Al-Quran yang akan dibakar itu kan cetakannya, mushafnya. Kita bisa mencetak lagi sebanyak-banyaknya. Tapi jika Al-Quran sudah tidak ada di hati kita, di hati kebanyakan kaum muslimin, itu yang harus kita permasalahkan....” Apa yang dikatakan ulama dari Syiria itu benar. Kejadian tersebut juga merupakan cambuk bagi kaum muslimin untuk lebih intropeksi diri, sudahkah kita menjalankan isi Al-Quran? Marilah kita kembali kepada Al-Quran, mengkajinya, menghafalnya, dan mengamalkannya, sehingga setiap tindak tanduk kita diwarnai oleh isi Al-Quran. Meski mushafnya hilang dari muka bumi, namun Al-Quran tetap kekal di hati kita, di setiap aliran darah dan hembusan nafas kita. Bahkan Allah pun telah berjanji, bahwa Dia-lah yang akan menjaganya... SM |
|
Rabu, 09 Februari 2011
Refleksi Pembakaran Al-Quran: “Al-Quran Sudah Tak Ada di Hati Kita”
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar