Written by Fredi Wahyu Wasana |
Friday, 27 August 2010 17:44 |
Tempat ibadah dan kegiatan umat Islam di Italia ini menjadi simbol toleransi di jantung Katholik. Roma. Kota kuno nan cantik itu begitu tersohor dibelahan dunia. Ibu kota negara Republik Italia ini menjadi pusat agama Katholik. Tepatnya di Vatikan, kebijakan keagamaan umat Katholik terpusat di sana. Namun siapa yang mengira, ternyata kota yang identik dengan Katholik itu memiliki sebuah masjid megah yang berdiri sejak lama, yaitu Masjid Agung Roma, atau yang biasa disebut “Grande Moschea Masjid”. Masjid ini menjadi simbol toleransi keberagamaan di Italia. Letaknya di Basilica, Santo Paulus Roma, persisi bersebelahan dengan Vatikan dan Sinagog Yahudi. 40.000 Jama’ah Berdiri di atas lahan seluas 30 ribu meter persegi, masjid yang menjadi kebanggaan umat Islam Italia bahkan dunia ini mampu menampung sekitar 40.000 jama’ah. Lebih mengangumkan lagi, masjid ini merupakan masjid terbesar di daratan Eropa. Keberadaan masjid di tengah kota Roma itu tak terlepas dari jasa almarhum Raja Faisal bin Abdul Aziz Al-Saud, pemimpin Arab Saudi, yang meninggal pada 1975. Kala itu, Raja Faisal meminta kepada Presiden Giovanni Leone, yang menjabat presiden Republik Italia ke-6 sejak tahun 1971-1978, untuk membangun masjid bagi umat Islam Roma. “Sudah seharusnya Roma memiliki sebuah masjid, lantaran saat itu, tahun 1970-an, terdapat sekitar 40 ribu muslim,” kata Raja Faisal kala itu (Puluhan tahun sebelumnya terjadi imigrasi muslim besar-besaran dari negara-negara Asia untuk mencari penghidupan yang lebih baik). Lebih jauh, menurut Raja Faisal, rencana pembangunan masjid itu, selain sebagai tempat ibadah dan kegiatan umat Islam di Italia, juga bisa dimanfaatkan untuk menjalin hubungan akrab serta dialog antara umat Islam dan Kristen. Presiden Leone menyambut baik usulan Raja Faisal. Ia berjanji akan menyediakan tanah untuk pembangunan masjid itu. Maka, tepat pada tahun 1975, Presiden Leone mulai merealisasikan janjinya. Bersama Wali Kota Roma, Giulio Carlo Argan, ia menyumbangkan tanah seluas 30 ribu meter persegi yang kepada Pusat Kebudayaan Islam di Italia utuk dibangun sebuah masjid. Namun, karena terjadi suksesi kepemimpinan di Italia, pembangunannya baru dimulai pada tanggal 11 Desember 1984. Peletakan batu pertama pembangunan Masjid Agung Roma dilakukan oleh Presiden Italia saat itu, Alessandro Pertini. Pembangunan baru selesai 11 tahun kemudian, tepatnya tanggal 21 Juni 1995. Pertemuan Dua Budaya Masjid Agung Roma disebut-sebut sebagai masjid terindah di Eropa. Dari kawasan Lembah Tiber, masjid itu tampak menjulang tinggi menyaingi Montenne Mountain, sebuah bukit yang sangat subur di utara kota Roma. Arsitek terkenal Italia, Paolo Portoghesi, dipercaya mendesain masjid ini setelah menyisihkan 40 arsitek lainnya dalam seleksi yang dilakukan Wali Kota Roma, Giulio Carlo Argan, bersama arsitek Avio Mattiozzi pada tahun 1975. Portoghesi juga dosen sejarah arsitek di Universitas Roma. Menyadari tanggung jawabnya sangat besar dalam mengemban tugas membangun masjid di negeri itu, ia pun mempelajari sejarah Islam untuk memahami arsitektur Islam, bahkan ia pun mempelajari terjemahan Al-Quran. Tidak hanya itu, demi mendapatkan sumber yang lebih akurat, ia juga melakukan penelitian langsung ke Yordania, Sudan, Tukia, Mesir, dan Tunisia. Sejak itulah, tepatnya pada tahun 1970-an, ia mulai mengenal arsitektur Islam, dan siap untuk mendesain masjid megah kebanggaan umat Islam. Portoghesi mendesain masjid berarsitektur Islam klasik berpadu gaya Eropa. Gaya Islam-nya, ia terinspirasikan Al-Quran surah An-Nur, yang berarti “cahaya”. Sedang gaya Eropa-nya, karena ia ingin melestarikan seni bangun negerinya. Masjid ini memiliki enam belas kubah ditambah sebuah kubah besar di tengah yang atasnya dihiasi bulan sabit, simbol Islam. Desain interior kubahnya saling silang. Dan menjadi ciri khas masjid ini. Teknik semen bersilang membuat bagian-bagian lengkungan tersebut terlihat begitu apik, menyimbolkan pertemuan dua kebudayaan: Islam dan Eropa. 1,030 Juta Muslim di Italia “Sukses membangun masjid ini telah memberikan kebahagiaan tersendiri buat saya. Selama mendedikasikan diri saya dalam seni arsitektur 20 tahun, baru kali ini saya bisa mewujudkan karya bangunan arsitektur abad lalu yang menggambarkan keindahan dan kedamaian begitu rupa,” kata Portoghesi. Rancangan ruang utama masjid, Portoghesi terinspirasikan dari arsitektur Islam klasik. Ruang ibadahnya didesain begitu luas, berbentuk persegi. Sementara untuk ruang ibadah wanita, dibangun dua balkon di dua sisi ruang utama. Untuk mendekorasi interior ruang utama masjid, arsitek yang juga pernah merancang Masjid Agung Strasbourg di Prancis ini mendatangkan sejumlah pengrajin tangan ahli dari Maroko. Menggambar berbagai mosaik yang membatasi balkon, relung, dan basis-basis lajur. Lajur-lajur yang didesain Portoghesi mengikuti motif klasik dari tipe lengkungan seperti yang ada di sebagian besar masjid kuno. Pola mosaik yang indah terdapat di lantai atas. Masjid karya Portoghesi ini juga tampak megah dengan adanya pilar-pilar pada bagian dalam dan luar bangunan utama setinggi 40 meter. Pilar-pilar masjid ini terlihat berbeda dengan pilar-pilar masjid-masjid yang ada di negara-negara Islam lainnya. Perbedaan itu terlihat pada bagian menara masjid yang memiliki bentuk semacam palem di hutan Maghribi, Maroko. Ada sekitar 186 pilar di bagian luar, 32 pilar di bagian dalam, dan dua buah menara yang tegak terpisah dari bangunan utama masjid. Terpisahnya menara itu dapat dipandang sebagai sebuah tugu, yang biasanya ditempatkan di ujung jalan-jalan kota Roma. Ini mewarisi gaya Eropa. Kemegahan bangunan masjid ini juga bisa dilihat pada dekorasi lantai masjid, yang terdiri dari beraneka warna dan memiliki motif geometris yang berbentuk bintang. Adapun bahannya terbuat dari marmer, batu alam, dan batu bata khas Roma. Halaman sekitar bangunan masjid disulap menjadi taman yang indah dilengkapi dengan air mancur yang jernih. Pohon palem, cemara, dan beberapa jenis pohon lainnya menutupi sekitar area masjid, menciptakan suasana teduh. Jalan-jalan kecil setapak dibuat di sekitar lokasi taman untuk memudahkan para pengunjung yang hendak menikmati keindahan taman masjid. Portoghesi melihat arsitektur Islam sebagai hal yang begitu luhur, sehingga ia memaksimalkan potensi yang dimilikinya untuk medesain Masjid Agung Roma. Kini, masjid megah itu menjadi kebanggaan 1,030 juta muslim di Italia. Ya, saat ini tercatat warga muslim menjadi pemeluk agama terbesar kedua di Italia setelah Katholik. Bazar Ramadhan Pada bulan Ramadhan seperti sekarang ini, Masjid Agung Roma tidak berbeda seperti masjid pada umumnya, lebih ramai dan bergeliat memainkan peranya sebagai pusat peribadahan. Setiap waktu shalat, umat Islam Italia berbondong-bondong mendatangi masjid itu, mengikuti shalat berjama’ah. Berbagai ibadah sunnah Ramadhan pun begitu hidup, seperti tilawah, qiyamu al-lail, i’tikaf. Begitu juga menjelang waktu berbuka puasa. Muslim Italia memilih ngabuburit di lingkungan masjid. Mempelajari berbagai sejarah Islam yang digelar pengurus masjid, atau sekadar menikmati keindahan dan kemegahan masjid. Bahkan tidak sedikit di antara mereka yang memilih berbuka dengan ta’jil yang disediakan panitia, berlanjut dengan melaksanakan ibadah-ibadah lainnya. “Kami memilih melakukan shalat lima waktu, Tarawih, serta shalat berjama’ah lainnya di masjid ini, lantaran kami ingin merasakan suasana Ramadhan di Yaman, seraya mengobati rindu,” demikian kata Dr. Abdul Wali Asy-Syamiri, imigran Yaman di Roma. Memanjakan muslim Italia, pengurus masjid juga mengadakan bazar Ramadhan di halaman masjid dengan berbagai menu Timur Tengah, Asia, dan Italia tentunya. Pedagang-pedagang di sekitar masjid juga ada yang menjual makanan khas Arab, seperti kurma, kismis, manisan. Begitu antusias umat Islam Italia untuk beribadah di Masjid Agung Roma, sehingga jama’ah yang berasal dari luar kota pun berbondong-bondong datang ke sana untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Terlebih di bulan mulia yang penuh ampunan ini. SEL |
|
Rabu, 01 September 2010
Masjid Agung Roma, Termegah di Eropa
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar