Paku Buwono XII (1925-2004), Sinuhun Hamardika Wafat
Sri Susuhunan Paku Buwono (PB) XII, meninggal dunia Jumat 11 Juni 2004 pukul 08.15 WIB di Rumah Sakit Dr Oen. Raja Keraton Kasunanan Surakarta yang sebelumnya bernama Raden Mas Gusti Suryo Guritno dinobatkan menjadi raja tanggal 12 Juli 1945, pada usia 20 tahun, dengan gelar Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Paku Buwono Senopati Ing Ngalago Abdurahman Sayidinan Panatagama XII, kemudian disingkat Paku Buwono (PB XII). Ia raja terlama dalam Dinasti Mataram.
Sinuhun, panggilan akrab PB XII, beberapa hari terakhir mengalami koma dan menjalani perawatan intensif di ruang gawat darurat di rumah sakit itu, sejak Senin (7/6/2004). Sejumlah tenaga medis dari Jakarta termasuk dari RS Pertamina sebelumnya didatangkan untuk ikut menangani sakit yang diderita Sinuhun. Menurut pihak keluarga kondisi kesehatan raja terganggu akibat kelelahan setelah menjalani sejumlah aktivitas.
Sekretaris pribadi Paku Buwono XII, Sulistyo Wibowo mengatakan, Sinuhun akan dimakamkan di kompleks pemakaman raja-raja Mataram, di Imogiri, DI Yogyakarta, Senin 21 Juni 2004. Sinuhun meninggal pada usia 79 tahun. Putra bungsu Paku Buwono XI dengan permaisuri Gusti Kanjeng Ratu Pabu Buwono, putri Kanjeng Pangeran Puspodiningrat Paku Buwono IX, ini dilahirkan 14 April 1925.
Sepanjang kekuasaan Dinasti Mataram, PB XII adalah raja yang paling lama memerintah (12 Juli 1945-11 Juni 2004). Sejak dinobatkan menjadi Raja Kraton Kasunanan Surakarta sampai wafat tidak mengangkat permaisuri dan hanya memiliki garwa ampil (selir) dengan 37 orang anak.
PB XII adalah raja di kerajaan penerus Dinasti Mataram, yang terpecah menjadi dua, yakni Keraton Kasunanan Surakarta, dan Kasultanan Yogyakarta, selepas Perjanjian Giyanti. Dalam beberapa waktu terakhir ini, praktis tidak ada aktivitas berat yang dilakukan Sinuhun, termasuk pertemuan-pertemuan dengan tokoh-tokoh politik seperti yang sebelumnya biasa dilakukannya.
PB XII di masa kecilnya masuk sekolah ELS (Europeesche Lagere School) di Pasar Legi, Solo. Di sekolah yang sama ini pula beberapa pamannya, putra Sinuhun Paku Buwono X yang sebaya dengannya menempuh pendidikan. PB XII termasuk murid yang mudah bergaul dan hubungannya dengan teman-teman berlangsung akrab dan di sekolah pun bergaul tanpa memandang status sosial yang disandangnya.
Mulai tahun 1938 PB XII terpaksa berhenti sekolah agak lama, sekitar lima bulan, karena harus mengikuti ayahandanya yang memperoleh mandat mewakili Sinuhun Paku Buwono X pergi ke Belanda menghadiri undangan perayaan peringatan 40 tahun kenaikan Tahta Ratu Wilhelmina.
Setelah itu, ia melanjutkan pendidikan ke Hogere Burger School (HBS) Bandung bersama beberapa pamannya. Baru dua setengah tahun ia belajar, pecah perang Asia Timur Raya, dan waktu itu bala tentara Jepang menang melawan sekutu dan Indonesia pun jatuh ke tangan Jepang.
Paku Buwono XI memintanya pulang dari Bandung ke Solo. PB XII pun menurut, tak mau membantah perintah dari ayahandanya tersebut. Ternyata, sesaat berada kembali di Kraton Kasunanan Surakarta, ia harus menerima kenyataan menyedihkan lantaran pada Sabtu, 1 Juni 1945, ayahandanya --Paku Buwono XI-- wafat.
Kemudian, ia dinobatkan menjadi raja menggantikan ayahandanya pada 12 Juli 1945. Lalu, hanya sebulan setelah naik tahta, Republik Indonesia diproklamasikan kemerdekaannya oleh Soekarno-Hatta. Oleh karena itu, Paku Buwono XII disebut pula sebagai Sinuhun Hamardika yang artinya raja di zaman kemerdekaan.
Selama revolusi fisik PB XII memperoleh pangkat militer kehormatan (tituler) Letnan Jendral dari Presiden Soekarno. Kedudukannya itu menjadikan ia sering diajak mendampingi Presiden Soekarno meninjau ke beberapa medan pertempuran terutama saat pecah agresi Belanda ke dua.
Dalam rangka mendukung perjuangan bersenjata merebut kemerdekaan tersebut, Kraton Solo dan Yogyakarta banyak berperan dalam membantu memasok logistik maupun menyumbang berbagai perlengkapan lain, seperti mobil, persenjataan serta dana.
Atas perannya tersebut, PB XII memperoleh Bintang Gerilya dan piagam sekaligus medali penghargaan dari Dewan Harian Angkatan 1945 pada 28 Oktober 1995 di Kraton Surakarta.
RM Yuli Sulistio Wibowo, Sekretaris Pribadi PB XII menuturkan bahwa semasa hidupnya PB XII melebur Kraton Solo menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan tetap konsisten perhatiannya terhadap rakyat. (Tokoh Indonesia.com)
Sinuhun, panggilan akrab PB XII, beberapa hari terakhir mengalami koma dan menjalani perawatan intensif di ruang gawat darurat di rumah sakit itu, sejak Senin (7/6/2004). Sejumlah tenaga medis dari Jakarta termasuk dari RS Pertamina sebelumnya didatangkan untuk ikut menangani sakit yang diderita Sinuhun. Menurut pihak keluarga kondisi kesehatan raja terganggu akibat kelelahan setelah menjalani sejumlah aktivitas.
Sekretaris pribadi Paku Buwono XII, Sulistyo Wibowo mengatakan, Sinuhun akan dimakamkan di kompleks pemakaman raja-raja Mataram, di Imogiri, DI Yogyakarta, Senin 21 Juni 2004. Sinuhun meninggal pada usia 79 tahun. Putra bungsu Paku Buwono XI dengan permaisuri Gusti Kanjeng Ratu Pabu Buwono, putri Kanjeng Pangeran Puspodiningrat Paku Buwono IX, ini dilahirkan 14 April 1925.
Sepanjang kekuasaan Dinasti Mataram, PB XII adalah raja yang paling lama memerintah (12 Juli 1945-11 Juni 2004). Sejak dinobatkan menjadi Raja Kraton Kasunanan Surakarta sampai wafat tidak mengangkat permaisuri dan hanya memiliki garwa ampil (selir) dengan 37 orang anak.
PB XII adalah raja di kerajaan penerus Dinasti Mataram, yang terpecah menjadi dua, yakni Keraton Kasunanan Surakarta, dan Kasultanan Yogyakarta, selepas Perjanjian Giyanti. Dalam beberapa waktu terakhir ini, praktis tidak ada aktivitas berat yang dilakukan Sinuhun, termasuk pertemuan-pertemuan dengan tokoh-tokoh politik seperti yang sebelumnya biasa dilakukannya.
PB XII di masa kecilnya masuk sekolah ELS (Europeesche Lagere School) di Pasar Legi, Solo. Di sekolah yang sama ini pula beberapa pamannya, putra Sinuhun Paku Buwono X yang sebaya dengannya menempuh pendidikan. PB XII termasuk murid yang mudah bergaul dan hubungannya dengan teman-teman berlangsung akrab dan di sekolah pun bergaul tanpa memandang status sosial yang disandangnya.
Mulai tahun 1938 PB XII terpaksa berhenti sekolah agak lama, sekitar lima bulan, karena harus mengikuti ayahandanya yang memperoleh mandat mewakili Sinuhun Paku Buwono X pergi ke Belanda menghadiri undangan perayaan peringatan 40 tahun kenaikan Tahta Ratu Wilhelmina.
Setelah itu, ia melanjutkan pendidikan ke Hogere Burger School (HBS) Bandung bersama beberapa pamannya. Baru dua setengah tahun ia belajar, pecah perang Asia Timur Raya, dan waktu itu bala tentara Jepang menang melawan sekutu dan Indonesia pun jatuh ke tangan Jepang.
Paku Buwono XI memintanya pulang dari Bandung ke Solo. PB XII pun menurut, tak mau membantah perintah dari ayahandanya tersebut. Ternyata, sesaat berada kembali di Kraton Kasunanan Surakarta, ia harus menerima kenyataan menyedihkan lantaran pada Sabtu, 1 Juni 1945, ayahandanya --Paku Buwono XI-- wafat.
Kemudian, ia dinobatkan menjadi raja menggantikan ayahandanya pada 12 Juli 1945. Lalu, hanya sebulan setelah naik tahta, Republik Indonesia diproklamasikan kemerdekaannya oleh Soekarno-Hatta. Oleh karena itu, Paku Buwono XII disebut pula sebagai Sinuhun Hamardika yang artinya raja di zaman kemerdekaan.
Selama revolusi fisik PB XII memperoleh pangkat militer kehormatan (tituler) Letnan Jendral dari Presiden Soekarno. Kedudukannya itu menjadikan ia sering diajak mendampingi Presiden Soekarno meninjau ke beberapa medan pertempuran terutama saat pecah agresi Belanda ke dua.
Dalam rangka mendukung perjuangan bersenjata merebut kemerdekaan tersebut, Kraton Solo dan Yogyakarta banyak berperan dalam membantu memasok logistik maupun menyumbang berbagai perlengkapan lain, seperti mobil, persenjataan serta dana.
Atas perannya tersebut, PB XII memperoleh Bintang Gerilya dan piagam sekaligus medali penghargaan dari Dewan Harian Angkatan 1945 pada 28 Oktober 1995 di Kraton Surakarta.
RM Yuli Sulistio Wibowo, Sekretaris Pribadi PB XII menuturkan bahwa semasa hidupnya PB XII melebur Kraton Solo menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan tetap konsisten perhatiannya terhadap rakyat. (Tokoh Indonesia.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar