| | |
Written by Publisher Team |
Monday, 09 November 2009 16:45 |
Masjidil Haram merepresentasikan kemegahan dan keagungan Allah. Siapa tak kenal Masjidil Haram? Masjid yang terletak di tengah-tengah kota Makkah dan dikelilingi beberapa bukit itu adalah kiblat bagi umat Islam di seluruh penjuru dunia. Masjid tertua yang pertama kali dibangun pada masa Nabi Ibrahim itu merupakan manivestasi keselarasan, ketertiban, dan kedamaian alam semesta yang telah ditetapkan Allah SWT sebagai rumah peribadahan abadi umat Islam. Masjid yang telah mengalami berkali-kali renovasi itu berdiri dengan sangat megah dengan gaya arsitektur seni Islam klasik yang tinggi. Konon, pada masa Rasulullah SAW hingga Khalifah Abu Bakar, Masjidil Haram belum memiliki dinding di sekelilingnya. Penerangannya pun masih berupa lampu-lampu kristal yang berbahan bakar minyak zaitun, dan materialnya masih alami peninggalan Nabi Ibrahim AS. Barulah pada masa kekhalifahan Umar bin Khaththab Masjidil Haram diperluas. Di sekeliling masjid dibangun dinding yang tak seberapa tinggi. Di atas dinding itu diletakkan lampu bercahaya tinggi, agar cahayanya mampu menyinari Masjidil Haram dan sekelilingnya. Semakin banyaknya umat Islam yang melakukan shalat di masjid itu menggugah hati Khalifah Utsman bin Affan untuk melakukan pelebaran dan perluasan masjid. Ia juga membuatkan kamar-kamar bilik, yang dinamakan ruak, di sekeliling masjid, untuk digunakan sebagai asrama bagi pengunjung yang memiliki hajat beberapa lama di masjid itu. Seperti menunaikan ibadah haji, misalnya. Kemudian, Abdullah bin Zubair, cucu Abu Bakar, kembali merenovasi bangunan Masjidil Haram. Penguasa-penguasa berikutnya pun melakukan renovasi Masjidil Haram. Di antaranya Abdul Malik bin Marwan. Ketinggian masjid tersebut ditambahkan dan dihiasi dengan perhiasan emas 50 karat pada tiap-tiap tiangnya. Juga Al-Walid. Sepanjang dinding diperindah dengan ukiran bermotif bunga. Pada beberapa tempat diberi dinding dari batu marmer dan batu pualam yang dipahat dengan seni yang tinggi. Tak ketinggalan, sembilan menara yang menjulang tinggi, yang dibangun para penguasa berikutnya, salah satunya Al-Walid, pun ikut memperindah Masjidil Haram. Kesemua menara ini kelihatan cantik bermandikan pijar cahaya lampu kristal pada malam hari. Masjidil Haram menjadi tempat peribadahan yang ideal laksana nuansa surgawi. Meletakkan ketenangan dan kemuliaan sesuai dengan sifat bathin alamiahnya, ketimbang sesuatu yang sekadar material. Tidak hanya kemegahan, keindahan, ketenangan, dan kemuliaan yang terpancar dari bangunan yang dimuliakan Allah itu, tapi juga persatuan umat Islam. Umat Islam dari seluruh penjuru dunia bersatu menghadapkan wajahnya ke Masjidil Haram. Shalat di Masjidil Haram memiliki pahala yang sangat luar biasa. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Selain di Masjidil Haram, shalat di masjidku ini (Masjid Nabawi) lebih baik daripada seribu kali shalat di tempat lain.” (HR Bukhari-Muslim). Subhanallah.... SEL |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar