| for everyone |
Tentang Ziarah Kubra di Palembang
------------ --------- --------- --------- --------- --------- -------
Tiap tahun menjelang Bulan Suci Ramadhan, Kota Palembang dibanjiri ulama, habaib dan kyai dari penjuru tanah air dan luar negeri yang menyempatkan diri menghadiri Haul dan Ziarah Kubra Ulama dan Auliya Palembang Darussalam.
Suasana berbeda seringkali terjadi pada hari-hari terakhir Bulan Sya’ban. Hari-hari tersebut dimanfaatkan oleh kaum muslimin untuk berziarah, baik menziarahi makam anggota keluarga yang telah mendahului, maupun ke makam ulama dan para wali Allah. Suasana tersebut juga dirasakan di
Di
Acara Ziarah Kubra merupakan salah satu tradisi turun temurun, terutama bagi kaum alawiyyin yang bermukim di Kota Palembang maupun masyarakat pencinta ulama dan wali-wali Allah. Acara ini juga melibatkan keluarga Kesultanan Palembang Darussalam mengingat eratnya hubungan kekeluargaan kaum alawiyyin dengan para sultan di Kesultanan Palembang Darussalam.
Sebagai acara pertama dari rangkaian ziarah kubra ini adalah Haul Al-‘Arif Billah Al-Habib Abdullah bin Idrus Shahab dan Al-‘Arif Billah Al-Habib Abdurrahman bin Hamid. Al-Habib Abdullah bin Idrus merupakan salah satu tokoh kebanggaan masya-rakat Palembang, semasa hidupnya ia mempunyai kedudukan yang tinggi disebabkan ilmu dan akhlaknya yang mulia, itu terjadi dimanapun ia berada, bahkan di Hadhramaut sendiri pun ia mendapatkan penghormatan yang lebih dari para habib disana.
Didalam kitab Tuhfatu Al-Ahbab fi Manaqib Al-Habib Alwi bin Abdullah bin Idrus bin Shahab disebutkan bahwa setiap kali Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi, Seiwun datang ke
Sedangkan Al-Habib Abdurrahman bin Ahmad Al-Bin Hamid merupakan seorang habib yang mulia, ia banyak menimba ilmu pengetahuan dari para habib baik di
Acara yang diadakan di perkampungan Alawiyyin Sungai Bayas Kelurahan Kuto Batu Palembang ini selain dihadiri oleh para ustadz dan sesepuh habaib kota Palembang, juga dimeriahkan dengan kedatangan beberapa ulama dan habaib dari luar kota Palembang bahkan dari luar negeri, seperti dari Kota Mekkah, Madinah, Yaman, Singapura, Malaysia dan Brunai Darussalam. Haul berakhir pada pukul 09.00 dan dilanjutkan dengan ziarah bersama.
Perjalanan dari tempat haul ke tempat-tempat pemakaman dilakukan dengan berjalan kaki dan disemarakkan tetabuhan hajir marawis dan untaian qasidah, juga dengan membawa umbul-umbul yang bertuliskan kalimat tauhid. Antusias yang begitu besar terlihat dari para jemaah dalam mengikuti ziarah kubra ini meskipun perjalanan yang ditempuh cukup jauh, selain mengharapkan berkah, juga dikarenakan turut sertanya para habib dalam perjalanan tersebut.
Rangkaian ziarah dimulai di Pemakaman Al-‘Arif Billah Al-Habib Pangeran Syarif Ali Syekh Abubakar yang berlokasi di Kelurahan 5 Ilir Boom Baru. Al-Habib Pangeran Syarif Ali, merupakan seorang waliyullah yang ‘alim dan berwibawa, sehingga ia disegani oleh banyak orang. Syarif Ali dilahirkan di
Sebagaimana lazimnya para wali, disamping mendapatkan pendidikan agama dari ayahnya, ia juga banyak menimba ilmu agama dari para habib baik dari
Dari pergaulan yang luas dalam hubungannya dengan para pembesar kesultanan, Syarif Ali memperoleh pengalaman diplomatik. Karena itu ia tampil sebagai seorang yang berwibawa dan mendapat kepercayaan Sultan. Pernah suatu ketika Syarif Ali melakukan misi khusus ke
Selain makam Habib Pangeran Syarif Ali dan keluarganya, disini juga dimakamkan Habib Umar bin Alwi bin Zain bin Syahab yang merupakan ipar dari Pangeran Syarif Ali, beliau dimakamkan tepat disebelah makam Pangeran Syarif Ali. Habib Umar adalah seorang ulama yang banyak menyebarkan agama Islam ke pelosok-pelosok terpencil, beberapa suku adat di pedalaman Palembang masuk Islam berkat beliau, terutama di pesisir sungai Musi, antara lain daerah Pegayut, Pemulutan, Muara Batun, Lingkis, Ulak Temago, Suko Darmo, bahkan sampai saat ini banyak keturunannya tinggal di daerah Bungin Kiaji yang lebih dikenal dengan dengan Desa Pegayut.
Dari Pemakaman Pangeran Syarif Ali, rombongan ziarah melanjutkan perjalanan menuju ke Pemakaman Kesultanan Kawah Tengkurep yang terletak di Kelurahan 3 Ilir Boom Baru
Adapun Imam Kubur - istilah untuk penasehat agama kesultanan yang biasanya dimakamkan bersebelahan dengan para sultan - dari Sultan Mahmud Badaruddin I yaitu Al-‘Arif Billah Al-Habib Abdullah bin Idrus Al-Idrus. Habaib lainnya yang dimakamkan di Pemakaman Kawah Tengkurep ini antara lain Al-‘Arif Billah Al-Habib Abdurrahman bin Husin Al-Idrus (Maula Taqooh) yang merupakan Imam Kubur Sultan Ahmad Najamuddin (1758-1776 M), Al-‘Arif Billah Al-Habib Muhammad bin Ali Al-Haddad (Datuk Murni) yang merupakan Imam Kubur Sultan Muhammad Bahauddin (1776-1803 M), Al-‘Arif Billah Al-Habib Muhammad bin Yusuf Al-Angkawi, Al-‘Arif Billah Al-Habib Agil bin Alwi Al-Madihij (Penghulu Al-Madihij di Palembang) serta Al-‘Arif Billah Al-Habib Muhammad dan Habib Ahmad bin Idrus Al-Habsyi, yang merupakan ayah dan kakek dari Habib Nuh Al-Habsyi (Keramat Tanjung Pagar Singapura).
Selain itu disini juga dimakamkan seorang waliyah bernama Hababah Sidah binti Abdullah bin Agil Al-Madihij. Dikisahkan bahwa ia pernah bertemu dengan Rasulullah SAW secara yaqozoh (dalam keadaan sadar) dengan iringan tetabuhan rebana dan aroma harum wewangian, sehingga seluruh perkampungan disekitar rumahnya pun dapat mendengar suara tabuhan rebana tersebut. Hingga kini rumah tempat tinggalnya masih ada dan terawat dengan baik.
Setelah melakukan perjalanan ke kedua pemakaman tersebut, rute ziarah pun berakhir di Pemakaman Habaib Kambang Koci yang terletak bersebelahan dengan Pemakaman Kawah Tengkurep. Konon, pada tahun 1151 H / 1735 M, Sultan Mahmud Badaruddin I mewakafkan sebidang tanah yang cukup luas untuk pemakaman anak cucu serta menantunya. Tanah pemakaman tersebut dinamakan Kambang Koci yang berasal dari kata-kata kambang (kolam) dan sekoci (perahu), karena jauh sebelumnya tempat itu merupakan tempat pencucian perahu.
Dalam sejarahnya, areal pemakaman ini telah beberapa kali berusaha direbut oleh pihak-pihak yang merasa berkepentingan. Bermula pada masa pendudukan Belanda sekitar tahun 1913 M, melihat posisinya yang begitu strategis terletak di tepi Sungai Musi, di kawasan ini dibangun Pelabuhan Boom Baru, dan berselang 11 tahun kemudian, Pihak Belanda berusaha mengambil areal pemakaman ini, namun pihak ahli waris mempertahankannya sehingga sampailah pada suatu perundingan di Batavia (sekarang Jakarta) dengan dimenangkan oleh pihak ahli waris. Demikian pula pada masa penjajahan Jepang, upaya-upaya perebutan areal pemakaman tersebut masih terjadi namun tetap tidak berhasil.
Pada masa kemerdekaan, tepatnya 16 Nopember 1974, Pemakaman Kambang Koci ini diresmikan menjadi pemakaman anak, menantu, serta cucu-cucu Sultan Mahmud Badaruddin, yang dihadiri oleh Bapak R.H.A. Arifai Tjek Yan, Walikota Palembang kala itu serta pihak dari Pelabuhan Boom Baru. Berselang setahun kemudian, kembali terjadi persengketaan dengan pihak pelabuhan sehingga terjadi pembagian luas areal pemakaman ini dari 5000 meter persegi dibagi 2/3 untuk pihak pelabuhan dan 1/3 untuk ahli waris, sehingga saat ini keseluruhan luas area Kambang Koci ini tinggal 1400 meter persegi.
Upaya-upaya pihak pelabuhan terus dilakukan untuk mendapatkan sisa areal pemakaman yang ada. Pada tahun 1999 pihak ahli waris yang diwakili Ketua Yayasan Kambang Koci, Habib Muhammad Ahmad Shahab dan pihak pelabuhan melakukan pertemuan di Kantor Gubernur Sumsel yang menghasilkan keputusan bahwa pihak pelabuhan harus memasang kembali pagar yang telah mereka robohkan sebelumnya. Dan dipenuhilah keputusan tersebut oleh pihak pelabuhan dengan membangun pagar kokoh yang mengelilingi keseluruhan sisa areal pemakaman Kambang Koci yang terdiri dari lebih kurang 300 makam.
Saat ini, hampir keseluruhan keturunan Alawiyyin yang tinggal di
Beberapa penghulu habaib yang dimakamkan disini antara lain:
- Al-‘Arif Billah Al-Habib Syech bin Ahmad bin Syahab yang merupakan ulama besar pada masanya dan dikarenakan kedekatannya dengan Sultan Mahmud Badaruddin I, ia dianugerahi tanah yang sangat luas oleh Sultan dari daerah Kuto sampai Kenten, yang antara lain ia wakafkan sebagai tanah pemakaman kaum alawiyyin Palembang serta tanah wakaf masjid Daarul Muttaqien.
-Al-‘Arif Billah Al-Habib Ibrahim bin Zein bin Yahya (w.1790 M), merupakan seorang ulama besar yang memahami banyak masalah Ilmu Fiqh, beliau adalah menantu Sultan Mahmud Badaruddin I yang beristerikan Raden Ayu Aisyah binti Sultan Mahmud Badaruddin I.
-Al-‘Arif Billah Al-Habib Alwi bin Ahmad Al-Kaaf yang dikenal sebagai seorang wali Quthb, diceritakan bahwa pernah suatu kali saat ayahnya melakukan pelayaran ke Singapura dengan sebuah kapal. Di dalam perjalanan, kapal tersebut mengalami kebocoran pada lambungnya, ketika akan diperbaiki ternyata kapal tersebut telah ditambal dari luar kapal dan setelah diperiksa ternyata didapati sebuah sandal yang menutup rapat kebocoran tersebut. Setelah sandal tersebut diambil dan dihadapkan kepada Habib Ahmad, maka beliau mengenali sandal tersebut adalah milik anaknya, Habib Alwi. Setibanya kembali di
Selain itu, di pemakaman ini juga dimakamkan Habib Abdullah bin Salim Al-Kaaf yang merupakan seorang ulama besar sekaligus pengusaha yang sukses. Beliaulah yang membangun Masjid Sungai Lumpur pada tahun 1287 H yang berlokasi di 11 Ulu
Banyaknya para wali yang dimakamkan disini membuat para peziarah selalu menyempatkan diri untuk berziarah ke pemakaman ini, baik dari kalangan awam maupun tokoh habaib. Tercatat sebagian kecil diantaranya, yaitu Habib Muhammad bin Ahmad Al-Muhdor (Bondowoso), Habib Muhammad bin Husin Al-Idrus (Surabaya), Habib Salim bin Ahmad bin Jindan (Jakarta), Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi (Kwitang), Habib Ali bin Husin Al-Atthos (Bungur), Habib Sholeh bin Muhsin Al-Hamid (Tanggul), Habib Abdul Qodir bin Ahmad Assegaf (Jeddah), Habib Umar bin Hafizh BSA dan Habib Ali Zainal Abidin Al-Jufri (Hadhramaut- Yaman).
Pernah suatu ketika dalam ziarahnya, Habib Sholeh bin Muhsin Al-Hamid (Tanggul) diberitahu bahwasanya pemakaman ini akan dibongkar, mendengar hal itu ia hening sesaat dan berkata bahwa pembongkaran tidak akan terjadi, dikarenakan Allah SWT yang akan selalu menjaganya, dan hal ini benar-benar terbukti. Sebagai contoh tatkala ada usaha untuk memindahkan jenazah dari pemakaman ini ke pemakaman lain dalam usaha mengambil alih areal pemakaman pada tanggal 19 Desember 1997, setelah peti-peti jenazah yang berjumlah lebih kurang 104 buah (dihitung berdasarkan jumlah nisan yang nampak) disiapkan di Kambang Koci untuk memindahkan makam yang ada, didapatlah kabar mengenai jatuhnya pesawat Boeing 737-300 Silk Air dari Singapura di Muara Makati, Perairan Sungsang, Sumatera Selatan yang menewaskan seluruh penumpang dan awak pesawat. Dan yang mengherankan jumlah korban tewas yang dipastikan sebanyak peti yang disiapkan, yang terdiri dari 104 penumpang termasuk 7 awak. Mengingat keperluan yang lebih mendesak akhirnya peti-peti yang telah disiapkan tersebut tidak jadi digunakan, dan lahan pekuburan yang telah disediakan bagi jenazah Kambang Koci diisi dengan jenazah korban tewas kecelakaan pesawat tersebut.
Mengingat banyaknya para wali yang dimakamkan di Pemakaman Kambang Koci serta di beberapa pemakaman lainnya di
Insya Allah, Ziarah Kubra tahun ini akan dihadiri oleh banyak tamu dari luar kota dan luar negeri, antara lain Ulama Pattani (Thailand),Habib Hasan Al-'Atthas (Singapura), Syed Ibrahim bin Ahmad bin Yahya (Pegawai Khas Menteri Besar Pahang, Malaysia) beserta rombongan, Syed Agil bin Yahya dan rombongan tahfizul Quran Malaysia,Jemaah Jenderami (Malaysia), tamu dari Brunei Darussalam.Serta para ulama dan habaib dari Pulau Jawa,antara lain Habib Sholeh bin Ahmad Al-Aidarus (Malang), Habib Sholeh
Al-Habsyi (Jakarta), dll.
Sumber :
o Kiswah Habaib, Mengungkap Figur Tokoh-Tokoh Sadah Ba’alawi
o Ziarah Kubra & Sekilas Mengenai Ulama dan Auliya Palembang Darussalam, Edisi II, S. Abdullah Syukri Shahab, 2004.
o Pangeran Syarif Ali Asal-Usul dan Keturunannya, S. Ahmad bin Hamid BSA, 2004.
Penulis : Abubakar Rafiq BSA. (Majelis rasullulah)
Next: Di Temukan Stupa Sriwijaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar