Sabtu, 02 Mei 2009

Habib Umar bin Muhammad Al-Hamid

Habib Umar bin Muhammad Al-Hamid

Keberkahan Berdzikir dengan Asmaul Husna

Habib Umar bin Muhammad bin Husein Al-Hamid dengan majelis Baitul Mukhtar di bilangan Tebet, ia dan jamaahnya membaca wirid Asmaul Husna dan Asmaul Rasulullah SAW tiap hari Selasa malam untuk mengharap keberkahan.

Asmaul Husna mempunyai banyak keutamaan. Tentang Asmaul Husna, dalam al Qur’an, Allah SWT berfirman,” Hanya milik Allah Asmaul Husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asmaul Husna.” (al A’raf : 180). Ada pun Rasulullah sendiri pernah bersabda, ”Sesungguhnya Alllah memiliki sembilan puluh sembilan nama dan barangsiapa yang menjaganya maka dia akan masuk surga” (H.R Muttafaqun Alaih). Dua dalil ini menunjukkan keistimewaan Asmaul Husna di mata umat Islam

Demikian pula yang dilakukan oleh Habib Umar bin Muhammad bin Husein Al-Hamid dengan majelis Baitul Mukhtar di bilangan Tebet, ia dan jamaahnya membaca wirid Asmaul Husna dan Asmaul Rasulullah SAW tiap hari Selasa malam untuk mengharap keberkahan. “Memang dengan dzikir Asmaul Husna dan Asmaul Rasulullah SAW ini kita selain mengharap keberkahan, juga sembari membuka pengetahuan dan kepedulian kita terhadap kaum muslimin,” kata Habib Umar kepada alKisah.

Memang pengajian Asmaul Husna tidak hanya selesai dengan pembacaan wirid, tapi juga berlanjut dengan sedikit diskusi-diskusi tentang masalah keumatan, khususnya persoalan umat Islam Indonesia. “Kita melihat bahwa umat Islam Indonesia dalam keadaan yang terpuruk dan ini tentunya merugikan bangsa ini dalam segi moral, pendidikan dan kehidupan sosial, ekonomi dan budaya, ” kata Habib Umar.

Kita melihat sekarang para ulama dan habaib berusaha membangun moral sedangkan di sisi lain kelompok-kelompok yang besar sedang menghancurkan moral. Dan dalam kondisi umat Islam yang terpuruk inilah, mereka gampang menghancurkan moral umat Islam.

Habib Umar saat ini mengaku sangat prihatin melihat keadaan kaum muslimin Indonesia. ”Kita melihat sekarang ekonomi sedang susah. Orang susah mencari nafkah, lapangan pekerjaan sulit, hal ini akan membuat iman seseorang menipis. Kadal fakru ‘indal kufran (Kefakiran bisa menuju kekafiran)”

Karenanya, ia menyerukan kepada para ulama, tokoh-tokoh masyarakat dan habaib untuk menyatukan visi dan misi dalam melakukan langkah-langkah kepedulian kepada kaum muslimin. “Itu satu sektor dalam membangun moral. Satu sektor lainnya adalah mencarikan jalan keluar, memberikan pandangan-pandangan terhadap pemerintah, sudah saatnya pemerintah ini membuat langkah-langkah konkrit ke depan untuk masalah ekonomi kerakyatan. Jangan lagi ada pengangguran dan beban-beban berat di pundak rakyat seperti harga yang terus melonjak, sulitnya mendapatkan beras, BBM dan minyak.”

Habib Umar juga mengkritisi peran ulama yang hanya terfokus pada masalah akhlaq, sudah memberikan tuntunan untuk akhlak-akhlaq yang sempurna sebagai seorang muslim dan menjadi rakyat yang baik, yang tidak merusak. Tapi, mereka belum berperan dalam membangun sektor ekonomi.

“Ini yang menyebabkan langkah dakwah ibarat bertepuk sebelah tangan,” katanya. Sudah saatnya, lanjut bapak dua anak ini, titik-titik dakwah diberdayakan tidak saja dalam kerangka membangun moral tapi juga menyentuh ekonomi ummat. “Kalau dua tujuan itu terwujud, saya rasa bangsa ini akan menjadi bangsa yang besar, terhormat, makmur dan beradab. Sehingga apa yang dikehendaki oleh pemerintah akan terwujud, Baldatun Thayibatun Warabbun Ghafur.”

Dari majelis ini adalah kita ingin menunjukan langkah-langkah maju ke depan. “Bahkan dalam masalah yang sepele, seperti soal kedisplinan. Menjadi muslim itu harus disiplin. Dengan disiplin, maka ke depan kehidupan kaum muslimin menjadi lebih bertanggung jawab. Seorang muslim yang tidak mempunyai kedisplinan, itu tidak akan mendapatkan kehidupan yang pasti.”

Disiplin, ketekunan dan tanggung jawab dipunyai oleh bangsa –bangsa maju. Dan itu dipunyai oleh Negara-negara non Islam. Kita sebagai bangsa Indonesia kalau ingin maju tidak lain harus diberikan lagi tantangan, yakni ekstra sabar. Dalam kondisi ekonomi yang terpuruk, kita harus banyak bersabar. Sebab orang sekarang banyak gampang tersinggung, gampang marah, emosional dan gampang berbuat sesuatu yang tidak diridhai oleh ajaran agama Islam.”

Melihat permasalah itu, lanjutnya, semestinya para pemimpin-pemimpin bangsa ini ke depan harus mempunyai program. Bangsa ini perlu memikirkan apa yang harus diutamakan untuk mengangkat harkat dan martabat bangsa ini ke depan. ”Ini dibutuhkan beberapa orang yang ahli baik pemikiran dan pandangan serta solusi persoalan yang riil (nyata) di tengah-tengah masyarakat, bukan hanya berbicara tapi juga mengontrol (check and balances).”

Itulah sosok pemimpin majlis Asmaul Husna, Habib Umar bin Muhammad bin Husein Al-Hamid dikenal sebagai seorang tokoh di belakang layar dalam sejarah kebangsaan Indonesia. Namanya sempat meroket pada tahun 1999 ketika ia dan teman-temannya berhasil menggalang poros tengah, sebuah kekuatan politik dari gabungan partai Islam dan nasionalis. Saat ini ia juga menjadi ketua sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Gerakan Cinta Tanah Air (Gentari).

Habib Umar lahir di Surabaya pada 1952. Ia menempuh pendidikan di Sekolah Dasar di Surabaya. Pada umur 12 tahun, ia sempat belajar ke Hadramaut tepatnya di daerah Wadi Amin selama 4 tahun untuk mempelajari sejarah, fiqh, manakib para auliya dengan belajar kepada Habib Hamid bin Alwi Al-Hamid.

Ia mengaku senang selama di Hadramaut belajar tentang biografi bangsa-bangsa Arab. Setelah ia kemudian kembali ke Indonesia dan melanjutkan percetakan ayahnya Habib Muhammad bin Husein Al-Hamid. Memang Habib Muhammad adalah seorang pengarang buku-buku terkenal yang tinggal di Jakarta seperti Baitun Nubuwwah, Shirotun Mustafa dan lain-lain.

Namun, Habib Umar mengaku belum melanjutkan lagi usaha-usaha yang dilakukan ayahandanya, karena ia sekarang ini masih sibuk berdagang. Pekerjaan utamanya kini adalah sebagai pedagang gaharu dan sedikit properti. ”Kita ummat Islam dianjurkan untuk berdagang. Rasulullah SAW juga adalah seorang pedagang yang sukses,” pesannya.

Sekali pun dikenal sebagai pedagang, ia tak lupa meneruskan tradisi dari leluhurnya untuk menggiatkan dakwah di bilangan Tebet. Habib Umar dikenal sangat peduli dalam membantu kegiatan-kegiatan Maulid dan keislaman yang ada di Tebet dan sekitarnya.

AST/ft. AST

Majlis Dzikir Asmaul Husna Baitul Mukhtar

Jl Tebet Timur Dalam Raya No 133, Jakarta Selatan (021) 8303325

Tidak ada komentar:

"MAJELIS RASULULLAH SAW"

"MAJELIS RASULULLAH SAW"









"PERADABAN BARU ISLAM (FITRAH MANUSIA)"

Seaching Blog