Osama Bin Laden
REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK – Gedung Putih menyatakan, jika pihaknya sanggup, mereka lebih memilih menangkap hidup Osama bin Laden. Tetapi, dia (Osama) melakukan perlawanan, sehingga ditembak. Ini versi awal gedung Putih.
Pilihan membunuh Osama selalu dianggap lebih baik. Pilihan untuk menembaknya, didasari keputusan Gedung Putih. Itu pun, menurutn mereka dibutuhkan waktu, jadi bukan sejak awal ditentukan. Ini versi kedua gedung Putih, alias versi "revisi".
Lalu kenapa harus menembak orang yang tak bersenjata?
Gedung Putih pun mengubah ceritanya. Baru-baru ini, mereka mengatakan Osama menggunakan istrinya sebagai tameng. Lalu, sehari setelahnya, mereka mengklarifikasi apa yang dikatakannya itu. Gedung Putih menyatakan, istri Osama melemparkan dirinya sendiri ke satu atau dua pasukan yang memasuki ruangan mereka.
Istri Osama itu belakangan diketahui bernama Amal al Sadah, juga diketahui tidak bersenjata. Gambaran yang diberikan, ia cukup histeris, putus asa, dan memohon agar suaminya dibiarkan hidup. Amal tertembak kakinya, Osama ditembak di kepala dan dada.
Juru bicara Gedung Putih, Jay Carney, kini menyebut fenomena "Kabut Perang" saat ia menjelaskan situasi penyergapan. Sayangnya, ia tidak memberikan keterangan detail mengenai hal tersebut.
Amerika sendiri, tidak memberikan keterangan resmi tentang penembakan ini. Kantor berita Reuters berdasar keterangan beberapa nara sumber anonim menyebut, ide awalnya justru hanya menangkap dan menginterogasi. Tetapi, penjara Guantanamo tidak lagi menerima tahanan baru. CIA pun memiliki pilihan untuk memenjarakan Osama di penjara yang benar-benar tertutup dan target tingkat tinggi. Tetapi, hal ini pun menjadi mentah karena kebijakan di era Obama.
Masih menurut sumber Reuters, Osama, yang dianggap sebagai target paling tinggi, kalaupun dimasukan ke penjara Guantanamo, tidak bisa dijamin pula akan mendapatkan perlakuan yang layak. Kalaupun ditangkap hidup-hidup, diragukan ia bisa memberikan informasi mengenai organisasinya. Di akhir laporannya, Reuters menulis: Osama untuk banyak alasan dinilai lebih baik mati.
Pilihan membunuh Osama selalu dianggap lebih baik. Pilihan untuk menembaknya, didasari keputusan Gedung Putih. Itu pun, menurutn mereka dibutuhkan waktu, jadi bukan sejak awal ditentukan. Ini versi kedua gedung Putih, alias versi "revisi".
Lalu kenapa harus menembak orang yang tak bersenjata?
Gedung Putih pun mengubah ceritanya. Baru-baru ini, mereka mengatakan Osama menggunakan istrinya sebagai tameng. Lalu, sehari setelahnya, mereka mengklarifikasi apa yang dikatakannya itu. Gedung Putih menyatakan, istri Osama melemparkan dirinya sendiri ke satu atau dua pasukan yang memasuki ruangan mereka.
Istri Osama itu belakangan diketahui bernama Amal al Sadah, juga diketahui tidak bersenjata. Gambaran yang diberikan, ia cukup histeris, putus asa, dan memohon agar suaminya dibiarkan hidup. Amal tertembak kakinya, Osama ditembak di kepala dan dada.
Juru bicara Gedung Putih, Jay Carney, kini menyebut fenomena "Kabut Perang" saat ia menjelaskan situasi penyergapan. Sayangnya, ia tidak memberikan keterangan detail mengenai hal tersebut.
Amerika sendiri, tidak memberikan keterangan resmi tentang penembakan ini. Kantor berita Reuters berdasar keterangan beberapa nara sumber anonim menyebut, ide awalnya justru hanya menangkap dan menginterogasi. Tetapi, penjara Guantanamo tidak lagi menerima tahanan baru. CIA pun memiliki pilihan untuk memenjarakan Osama di penjara yang benar-benar tertutup dan target tingkat tinggi. Tetapi, hal ini pun menjadi mentah karena kebijakan di era Obama.
Masih menurut sumber Reuters, Osama, yang dianggap sebagai target paling tinggi, kalaupun dimasukan ke penjara Guantanamo, tidak bisa dijamin pula akan mendapatkan perlakuan yang layak. Kalaupun ditangkap hidup-hidup, diragukan ia bisa memberikan informasi mengenai organisasinya. Di akhir laporannya, Reuters menulis: Osama untuk banyak alasan dinilai lebih baik mati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar