Tiada satu patah katapun yang kita ucapkan luput
dari pendengaran Allah. Tiada satu patah katapun yang diucapkan kecuali pasti
memakan waktu. Tiada satu patah katapun yang kita ucapkan kecuali dengan sangat
pasti harus kita pertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT. Maka, sebaik-baik dan
seberuntung-beruntungnya manusia adalah orang yang sangat mampu memperhitungkan
dan memperhatikan setiap kata yang diucapkannya. Sungguh, alangkah sangat
beruntungnya orang yang menahan setiap kata-kata yang diucapkannya, alangkah
sangat beruntungnya orang yang menahan diri dari kesia-siaan berkata dan
menggantinya dengan berdzikir kepada Allah.
Berkata sia-sia membuang
waktu sedangkan berpikir membuka pintu hikmah. Maka, alangkah beruntungnya orang
yang kuasa menahan lisannya dan menggantinya dengan berdzikir. Berkata sia-sia
mengundang bala, berdzikir kepada Allah mengundang rakhmat. Rasulullah SAW
bersabda, "Setiap ucapan Bani Adam itu membahayakan dirinya (tidak memberi
manfaat), kecuali kata-kata berupa amar ma'ruf dan nahi munkar serta berdzikir
kepada Allah azza wa Jalla (HR. Turmudzi).
Setiap manusia diberi modal
oleh Allah dalam mengarungi kehidupan ini. Modalnya adalah waktu, dan
seberuntung-beruntungnya manusia adalah orang yang memanfaatkan waktunya untuk
keuntungan dunia dan akhiratnya, sedangkan sebodoh-bodohnya manusia adalah orang
yang menghambur-hamburkan modalnya (waktu) tanpa guna.
Setiap kali kita
berbicara pasti menggunakan modal kita, yaitu waktu. Maka, sebenarnya kemuliaan
dan kehormatan itu dapat dilihat dari apa yang diucapkannya. Allah SWT berfirman
:
"Amat sangat beruntung, bahagia, sukses, orang yang khusu' dalam
sholatnya, dan orang yang berjuang dengan sungguh-sungguh menahan diri dari
perbuatan dan perkataan sia-sia." (QS Al Mu'minun 23: 1- 3), subhanallah.
Sahabat-sahabat sekalian, salah satu ciri martabat keislaman seseorang
itu bisa dilihat dari bagaimana ia berjuang keras untuk menhindarkan dirinya
dari kesia-siaan. Maka semakin kita larut dalam kesia-siaan maka, akan semakin
tampak keburukan martabat keislaman kita dan semakin akrab dengan bala bencana,
yang selanjutnya hati pun akan keras membatu dan akan lalai dari kebenaran.
Rasulullah sendiri dengan tegas melarang kita banyak bicara yang sia-sia.
"Janganlah kamu sekalian memperbanyak bicara selain berdzikir kepada Allah,
sesungguhnya memperbanyak perkataan tanpa dzikir kepada Allah akan mengeraskan
hari, dan sejauh-jauh manusia adalah yang hatinya keras." (HR. Turmudji)
Kita lihat banyak orang berbicara tapi ternyata tidak mulia dengan
kata-katanya. Banyak orang berkata tanpa bisa menjaga diri, padahal kata-kata
yang terucapkan harus selalu dipertanggung-jawabkan, yang siapa tahu akan
menyeretnya ke dalam kesulitan. Sebelum berkata, kita yang menawan kata-kata,
tapi sesudah kata terucapkan kitalah yang ditawan kata-kata kita.
Rasulullah
bersabda : " Barangsiapa memperbanyak perkataan, maka akan jatuh dirinya. Maka
barangsiapa jatuh dirinya, maka akan banyak dosanya. Barangsiapa banyak dosanya,
maka nerakalah tempatnya". (HR. Abu Hatim).
Dari Sahl bin Sa'ad as
Saidi, dia berkata:
"Barang siapa menjamin bagiku apa yang ada diantara dua
tulang rahangnya (lidah) dan yang ada diantara kedua kakinya (kemaluan), niscaya
akan aku jamin surga baginya."(HR. Bukhari).
Dalam hadits lain
Rasulullah bersabada;
"Barangsiap menjaga dari kejahatan qabqabnya,
dzabdzabnya, dan laglagnya, niscaya ia akan terjaga dari kejahatan
seluruhnya."(HR. Ad Dailami) Yang dimaksud qabqab adalah perut, Dzaabdzab adalah
kemaluan, dan Laqlaq adalah lidah.
Maka tampaknya adalah menjadi wajib
bagi siapapun yang ingin membersihkan hatinya, mengangkat derajatnya dalam
pandangan Allah Ajjaa Wa Jallaa, ingin hidup lebih ringan terhindar dari bala
bencana, untuk bersungguh-sungguh menjaga lisannya. Aktivitas berbicara bukanlah
perkara panjang atau pendeknya, tapi berbicara adalah perkara yang harus
dipertanggungjawabkan dihadapan-Nya.
Ada sebuah kisah, suatu waktu ada
seseorang bertanya tentang suatu tempat yang ternyata tempat tersebut adalah
tempat mangkal "wanita tuna susila". "Dimana sih tempat x ?" Lalu si orang yang
ditanya menunjuk ke arah suatu tempat dan hanya dengan "Tuh !", lalu si penanya
datang ke sana dan naudzubillah dia berbuat maksiat, di pulang, lalu dia
sebarkan lagi kepada teman-temannya, lalu berbondong-bondong orang ke sana,
berganti hari, minggu, dan tahun. Maka setiap ada orang yang bermaksiat di sana,
orang yang menunjukkan itu memikul dosanya, padahal dia hanya berkata : "Tuh !",
cuman tiga huruf. Setiap hari orang berzina di sana, maka pikul tuh dosanya,
karena dia telah memberi jalan bagi orang lain untuk bermaksiat dengan
menunjukkan tempatnya.
Jadi waspada, dengan lidah, menggerakkannya
memang mudah, tidap perlu pakai tenaga besar, tidak perlu pakai biaya mahal,
tapi bencana bisa datang kepada kita. Berbicara itu baik, tapi diam jauh lebih
bermutu. Dan ada yang lebih hebat dari diam, yaitu BERKATA BENAR.
"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata
yang baik atau diam !" (HR. Bukhari Muslim).
Sebab lisanlah yang banyak
memasukkan kita ke neraka. Rasulullah bersabda :
"Kebanyakan yang memasukkan
ke neraka adalah dua lobang, yaitu : mulut dan fardji (kemaluan)" (HR Turmudji
dan Imam Ahmad). Sedangkan Imam Hasan berkata bahwa, "Tidak akan berarti agama
seseorang bagi orang yang tidak menjaga lisannya".
: bahwa melanjutkan,
Beliau "Baiknya Islam seseorang adalah dengan meninggalkan sesuatu yang tidak
bermanfaat baginya". Untuk dapat menjaga lisan menjadi terjaga dan bermutu, ada
empat syaratnya, yaitu :
1. Berkatalah dengan Perkataan yang Benar
Kalau kita ingin berbicara dengan benar, maka pastikan bahwa pembicaraan
kita bersih dari bohong, bersih dari dusta. Kata-kata kita ini harus benar-benar
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Jangan pernah mau berkata apapun yang
kita sendiri tidak yakin dengan apa yang kita katakan. Jangan berusaha
berkata-kata semata-mata agar orang terkesima, terpesona, suka, karena semuanya
tidak akan menolong kita. Perkataan kita yakin dengan seyakin-yakinnya haruslah
dapat dipertanggungjawabkan.
Bohong, dusta, sama sekali tidak akan
menolong diri kita ini, karena kedustaan mutlak diketahui oleh Alloh dan sangat
mudah bagi ALlah membeberkan segala kebohongan dan kedustaan kita.
Dusta
tidak akan mengangkat derajat, bahkan sebaliknya kalau Allah membeberkan
kebohongan kita, kedustaan kita, maka, kita akan menjadi orang yang tidak
berharga sedikitpun. Untuk dapat orang percaya pada kita tidak bisa dibeli
dengan uang, tidak bisa dibayar dengan harta, sekali tampak bahwa kita pendusta,
pembohong, tukang tipu, maka akan butuh waktu yang sangat lama untuk
mengembalikan kepercayaan orang pada kita.
Dusta, bohong, hanya membuat
hidup jadi sempit. Camkan, bahwa semakin banyak kita berbohong, semakin sering
kita berdusta, maka kita telah membuat penjara, yang membuat kita selau takut
dusta kita terbuka, bahkan selanjutnya kita akan berusaha untuk membuat dusta
baru, bohong baru untuk menutupi kebohongan yang telah kita lakukan.
Beranilah hidup tampil dengan apa adanya, biarlah kita tampil begini
adanya. Kenapa harus berdusta, lebih baik kita tidak diterima, karena kita sudah
mengatakan apa adanya daripada kita diterima karena mendustainya. Jangan berat
untuk tampil apa adanya. Daripada kita sibuk merekayasa agar rekayasa kata,
sangat pasti tidak akan menolong sedikitpun "yu izzumantasyaa wa tudzillu man
tasya" Yang mengangkat derajat bukan kebohongan, bukan rekayasa kita, tapi Allah
saja, dan sebaliknya yang menghinakan juga Allah.
Cegahlah dusta walau
sekecil apapun, kecuali tentunya bohong yang dibenarkan oleh syariat. Misalnya,
bohong dalam rangka bersiasat kepada musuh, bohong ringan dengan maksud untuk
mendamaikan orang-orang yang bersengketa demi kebaikan. Bohong istri kepada
suami atau sebaliknya dengan maksud untuk menyembunyikan kejelekan, bohong untuk
membahagiakan dengan cara yang sah dan benar, tetapi bukan bohong untuk
menyembunyikan aib dan kesalahan.
Sahabat-sahabat sekalian,
Berpikirlah sebelum berbicara. Jangan pernah biarkan terlontar dari lisan ini
sesuatu yang kita sendiri meragukannya. Apalagi dengan sengaja kita berkata
dusta, naudzubillah. Demi Allah, Allah Maha Mendengar, tahu persis segala nita
di balik kata yang kita ucapkan. Kedustaan kita hanya masalah waktu saja bagi
Allah untuk membeberkannya, walau mati-matian kita menutupinya. Maka, pastikan
setiap pembicaraan kita untuk tidak ada dusta, walau sedikitpun.
Firman-Nya,
"Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada
Allah dan berkatalah dengan perkataan yang benar". (QS Al Baqarah:263) Cukuplah
ayat ini sebagai dalil bagi hamba-hamba-Nya untuk selalu menyampaikan kebenaran.
Selalulah mohon kepada Allah agar lisan ini dituntun dan dilindungi
sehingga terhindar dari perkataan yang tidak benar.
2. Berkatalah sesuai
tempatnya
"Liqulli maqaam maqaal walikulli maqaal maqaam" Artinya, "Tiap
perkataan itu ada tempat terbaik dan setiap tempat memiliki perkataan (yang
terucap) yang terbaik pula."
Tidak setiap kata sesuai di setiap tempat,
sebaliknya tidak setiap tempat sesuai dengan perkataan yang dibutuhkan.
Hati-hati sebelum kita bicara, harus kita ukur siapa yang diajak bicara.
Berbicara dengan anak kecil tentu akan jauh beda dengan ketika berbicara dengan
orang tua. Berbicara dengan remaja tentu akan jauh beda dengan ketika berbicara
dengan guru kita. Orang yang tidak terampil untuk membaca situasi, walau niatnya
benar, hasilnya bisa jadi kurang benar.
Lihatlah misalnya, ketika kita
berbincang dengan ponakan yang masih kecil, betapa kita akan berusaha
menyesuaikan diri dengan dunianya, gerakan tangan kita, raut muka kita. Hal ini
karena dia tidak akan mengerti kalau kita menggunakan gaya bahasa orang tua.
Tapi tidak mungkin kita memperlakukan guru kita dengan cara yang sama seperti
kala kita berbicara kepada keponakan kita.
Oleh karena itu, niat untuk
berdakwah dengan mengetahui dalil-dalil Quran, memahami dan mengetahui banyak
hadist, belumlah cukup. Sebab kalau kita berbicara tanpa cara yang tepat,
misalnya dengan mengobral dalil, menunjukkan banyaknya hafalan saja, tidaklah
cukup.
Dalam situasi orang berkumpul pasti punya kondisi mental yang
berbeda, ada orang yang sedang gembira, yang tentu saja akan berbeda daya
tangkapnya dengan yang sedang nestapa. Ada orang yang sedang menikmati
kesuksesannya, dan tentu saja akan berbeda dengan orang yang sedang dilanda
masalah dalam hidupnya. Oleh karena itu orang yang sehat berbeda kemampuan
menangkap idenya, dengan orang yang sedang sakit, orang yang sedang segar bugar,
ceria berbeda kemampuan memahaminya dengan orang sudah letih lahir batinnya.
Maka seseorang pembicara terbaik tidak cukup hanya berbica benar, tapi juga
harus sangat bisa memilih situasi kapan dia berbicara.
Mengapa banyak
nasehat orang tua yang tidak didengar oleh anaknya yang masih remaja? Saya
khawatir orang tua merasa benar dengan apa yang dikatakannya, tapi tidak benar
dalam membaca situasi dan kondisi remaja yang sedang diajak bicara, yang
notabene kondisinya sedang labil. Memang aneh kita ini ketika anak masih kecil,
orang tua akan berusaha beraktivitas, bersikap, dan berbicara agar dapat
dipahami oleh si kecil, tetapi menjelang remaja, pada saat perpindahan usia,
perpindahan masa, ia tidak berusaha beradaptasi dengan kondisi anaknya. maka
disinilah kita perlu ilmu. Sebab dengan ilmu yang memadai setiap orang dapat
berwibawa di depan anak-anaknya.
Subhaanallah,
Ada banyak cara dalam
berkomunikasi, dan berbahagialah jikalau kita diberi keterampilan oleh Allah
untuk berbicara sesuai dengan kondisi dan tempatnya. Kita berdialog dengan
petani, tentu saja berbeda dialognya dengan seorang eksekutif. Berada di
lingkungan santri yang fasih bahasa Arab, tentu saja berbeda kalau kita harus
berdialog dengan orang di pasar yang tidak mengerti bahasa Arab. Seorang
pendakwah misalnya, kalau orangnya tidak arif, ia akan sibuk mengobral dalil,
mengobral kata-kata, walau tentu saja tidak semuanya salah, tapi apalah artinya
jika kita meletakkan sesuatu tidak sesuai tempatnya.
Pernah terjadi
suatu ketika Umar bin Khathab bertemu dengan Abu Hurairah, "Mau pergi kemana
engkau, hei Abu Hurairah?" Tanya Umar
"Aku mau ke pasar, akan aku umumkan
apa yang kudengar dari Rasulullah SAW," Jawab Abu Hurairah. "Apa kata Beliau ?",
Umar bertanya lagi "Setiap orang yang mengucapkan Laa Ilaaha Illallah, maka
dakhalal Jannah, akan masuk Surga". "Tunggu dulu, wahai sahabat", cegah Umar.
Umar bin Khathab pun kemudian pergi menemui Rasulullah. "Yaa Rasulullah, apakah
benar engkau bersabda demikian (sebagaimana yang disampaikan oleh Abu
Hurairah)?" Tanyanya. Dan Rasul pun meng-iya-kan. "Tetapi, Yaa Rasul, saya
keberatan kalau sabdamu itu disebarkan kepada sembarang orang karena dikuatirkan
akan salah dalam menafsirkannya."
Mendengar keberatan Umar itu, Rasul
tercenung, lalu sesaat kemudian bersabda, "Yaa, aku setuju dengan pendapatmu".
Abu Hurairah pun lalu dilarang untuk mengumumkannya di pasar.
Demikianlah, perkataannya benar, sesuai dengan kenyataan. Akan tetapi,
karena dikuatirkan akan salah penafsiran orang yang mendengarnya, karena
diucapkan tidak pada tempatnya.
3). Jagalah Kehalusan Tutur Kata
Orang
yang lisannya bermutu haruslah berkemampuan memperhalus dan menjaga kata-katanya
tidak menjadi duri atau tidak bagai pisau silet yang siap melukai orang lain.
Betapa banyak kata-kata yang keluar yang rasa-rasanya ketika mengeluarkannya
begitu gampang, begitu enak, tapi yang mendengar malah sebaliknya, hatinya
tercabik-cabik, tersayat-sayat perasaannya, begitu perih dan luka tertancap
dihatinya. Seakan memberi nasehat, tapi bagi yang mendengar apakah merasa
dinasehati atau malah merasa dizhalimi.
Hati-hati, ibu kepada anak,
suami kepada istri, istri kepada suami, guru kepad murid, atasan kepada bawahan.
Kadang kelihatannya seperti sedang memberi nasehat tetapi sesungguhnya kalau
tidak hati-hati dalam memilih kata, justru kita sedang mengumbar duri-duri pisau
'cutter' yang tajam mengiris.
Rasulullah bersabda, "Jiwa seorang mukmin
bukanlah pencela, pengutuk, pembuat perbuatan keji dan berlidah kotor" (HR.
Turmudji dan Ibnu Mas'ud).
Bahkan bagi orang kafir sekalipun, Nabi
melarang mencelanya. Dikisahkan bahwa ketika beberapa orang kafir terbunuh dalam
perang Badar, Nabi bersabda :
"Janganlah kamu memaki mereka, dari apa yang
kamu katakan, dan kamu menyakiti orang-orang yang hidup. Ketahuilah bahwa
kekotoran lidah itu tercela" (HR. An Nasai)
Sahabat-sahabat kalau kita
berbuat salah, kita begitu rindu orang lain bersifat bijak kepada kita dengan
memberi maaf. Kala kita tak sengaja memecahkan piring atau melakukan kesalahan
sehingga TV rusak atau kita naik motor agak lalai sehingga menabrak atau masuk
got. Maka apa yang kita inginkan ? Yang kita inginkan dari orang lain adalah dia
dapat bijaksana kepada kita. "Innaalillaahi wa innaailaihi raaji'uun" "Lain kali
lebih hati-hati, jadikan ini pelajaran yang baik, bertaubatlah". Demikian
kata-kata bijak yang kita harapkan. Sebab sangat pasti akan selalu ada
kesempatan kita untuk berbuat kesalahan.
Dikala itu, jika orang
menyikapi dengan baik, kita diberi semangat untuk bertaubat, semangat untuk
mempertanggungjawabkan, kita tidak dicela, kita tidak dipermalukan, maka yang
terjadi adalah semangat kita untuk mempertanggungjawabkannya menjadi lebih
besar.
Bandingkan dengan kalau kita melakukan suatu kesalahan, lalu
orang lain marah kepada kita, "Diam disini, ini perhatikan ! Dasar anak dungu,
tidak hati-hati, begitu sering membuat kesalahan, kemarin ini, sekarang itu. Ini
adalah kelakuan yang sangat menyebalkan, dia pengacau di tempat kita, dia adalah
orang yang paling merugikan". Bayangkan perasaan kita, yang terjadi adalah
merasa dipermalukan, merasa dicabik-cabik, merasa dihantam, merasa diremukkan,
harga diri kita benar-benar diinjak-injak. Saya kira kata-kata itu tidak akan
masuk ke dalam kalbu, kecuali dendam yang akan merasuk.
Diriwayatkan
bahwa suatu waktu, seorang Arab Badwi bertemu Rasulullah SAW, dan Rasulullah
berkata : "Engkau harus bertakwa kepada Allah, Jika seseorang membikin malu
padamu, dengan sesuatu yang diketahuinya padamu, maka janganlah memberi malu dia
dengan sesuatu yang engkau ketahui padanya. Niscaya akan celaka padanya dan
pahalanya padamu. Dan janganlah engkau memaki sesuatu !" (HR. Bukhari-Muslim)
Dalam Hadist lain Rasulullah SAW bersabda, "Bahwa yang pertama-tama
diberitahukan Tuhan kepadaku dan dilarang aku daripadanya sesudah penyembahan
berhala dan minum khamar, ialah mencaci orang". (HR. Ibu Abi Dunya).
Sungguh kalau kita tidak suka dipermalukan, tidak suka disakiti, tidak
suka direndahkan, mengapa kata-kata kita sering mempermalukan, merendahkan,
menghinakan orang lain? Padahal, sebaik-baiknya kata adalah yang mengoreksi,
yang dapat meraba perasaan diri sendiri dan orang lain kalau misalnya kita
diperlakukan seperti itu. "Duh, dengan kata-kata ini dia terluka atau tidak,
dengan kata-kata ini dia tersakiti atau tidak ?"
Manfaat tidak kalau misalnya
ada yang shaum, lalu ditanya shaum atau tidak, makin kita tanya, "Saudara shaum
atau tidak?" Padahal dia sedang berusaha menyembunyikan amalnya, terpaksa harus
bicara. Kalau menjawab "Ya, Saya Shaum", terbersit peluang untuk riya. Kalau
menjawab, "Tidak", jadi dosa karena berdusta. Kalau diam saja takut disangka
sombong. Maka, kita telah menyusahkan orang gara-gara pertanyaan kita.
Saudara-saudara sekalian, sudahlah jangan banyak tanya yang kira-kira
tidak bermanfaat bahkan menjadi beban bagi yang ditanya. Jangan pernah berkata
yang membuat orang lain jadi susah, kita juga tidak mau disusahkan oleh
perkataan orang lain. Kalau disuruh memilih, mending diajak bicara yang kasar
atau yang halus ? Tentu kita akan memilih berbicara dengan bahasa yang halus.
Firmannya, "Hai orang-orang yang beriman! Janganlah segolongan laki-laki
menghina segolongan yang lain, boleh jadi (mereka yang dihina itu) lebih baik
dari mereka (yang menghina). Dan janganlah segolongan perempuan (menghina)
golongan perempuan yang lainnya, boleh jadi (yang dihina) lebih baik dari mereka
(yang menghina)." (QS. Al Hujurat 49:11).
Rasulullah juga bersabda,
"Demi Allah Aku tidak suka menceritakan tentang seseorang". (HR. Abu Daud
dan Turmudji). Jangan pula menasehatkan apa yang tidak pernah kita lakukan,
sebab firman-Nya: "Hai, orang-orang yang beriman, mengapa engkau berkata-kata
sesuatu yang tidak engkau perbuat. Sesungguhnya amat besar kemurkaan Allah
terhadap orang yang berkata tapi tidak melakukannya." (QS. Ash Shaff 61: 2-3)
Maka, mulai sekarang, jagalah lisan kita, banyaklah berbuat daripada
berkata, atau banyaklah berkata dengan perbuatan daripada banyak berkata tanpa
ada perbuatan. Kita tidak akan terhormat oleh banyak berbicara sia-sia,
kehormatan kita adalah dengan berkata benar atau diam.
Gelas yang kosong
hanya diisi dengan air, tapi mata air yang melimpah airnya bisa mengisi wadah
apapun. Artinya, orang yang kosong harga dirinya hanya ingin dihargai, tapi
orang yang melimpah harga dirinya akan senang menghargai orang lain.
Pastikan gaya bicara kita jangan merendahkan orang lain, karena diri
kita ingin dihargai, hal itu justru menunjukkan kerendahan diri kita. Karena
mulut itu bagai moncong teko, hanya mengeluarkan isi teko, di dalam kopi keluar
kopi, di dalam teh keluar teh, di dalam bening keluar bening. Maka berbahagialah
bagi yang ucapannya keluar dari mulutnya bagai untaian kalung mutiara, yang
niscaya ia akan merasakan betapa indah dan berkilau indahnya. Kalau pembicaraan
bagai untaian perhiasan harganya, insyaallah hatinya akan berharga pula. Tapi
kalau mulutnya bagai keranjang sampah tumpah, maka hatinya akan tak jauh pula.
Untuk dapat menjaga lisan menjadi terjaga dan bermutu, ada empat
syaratnya yaitu:
1. Berkatalah dengan perkataan yang benar
2. Berkatalah
sesuai tempatnya
3. Jagalah kehalusan tutur kata
4. Berkatalah yang
bermanfaat
Pastikan setiap kata-kata yang keluar dari mulut kita itu full
manfaat. Rasulullah bersabda, "Diantara tanda kebaikan akhlak manusia muslim
adalah meninggalkan apa yang tidak perlu" (HR. Turmudji).
Dalam riwayat
lain disebutkan bahwa, Nabi SAQ kehilangan Ka'ab bin Ajrah. Lalu beliau tanyakan
kemana Ka'ab sekarang. Mereka menjawab: "Beliau sakit, yaa Rasulullah". Lalu
Nabi keluar berjalan, sehingga sampai pada Ka'ab, Lalu beliau bersabda :
"Gembiralah wahai Ka'ab", Lalu Nabi bertanya : "Siapakah wanita yang bersumpah
ini kepada Allah ?" Ka'ab menjawab : "Ibuku, wahai Rasulullah" Lalu Nabi
menyahut : "Apakah yang diberitahukan kepada engkau wahai Ummu Ka'ab ?" Ibunya
Ka'ab menjawab : "Mungkin Ka'ab berkata perkataan yang tidak perlu atau tidak
berkata yang diperlukan". (HR. Ibnu Abi Dunya)
Maka, satu-satunya
pilihan adalah berkata yang penuh manfaat. Ketika tiba-tiba hujan, "Huuh, hujan
!" Lho, apa untungnya berkata begitu, apa dengan berkata begitu hujannya jadi
berhenti ? Tidak kan...? Hujan adalah pekerjaan Allah, suka-suka Allah mau
ngasih hujan atau tidak, yang pasti setiap perbuatan Allah itu bermanfaat buat
orang beriman. Apa salahnya Allah menurunkan hujan, dulu waktu kemarau panjang
mengeluh, di kasih hujan masih mengeluh juga.
Suatu ketika pernah duduk
dengan seorang ulama yang terpelihara, "Aduh, jam tangan ketinggalan !"
Tiba-tiba saya ingat, bahwa jam saya ketinggalan. "Kenapa pakai aduh ? Lebih
bermanfaat kalau mengucapkan innaalillaahi, lupa nih ketinggalan jam,
mudah-mudahan dapat diambil di waktu yang tepat".
Sahabat-sahabat
sekalian, jangan bunyi kecuali yang bermanfaat. Jangan pula mencela perbuatan
Allah. Panas, dingin, hujan atau kemarau, dengan panas yang membakar sekalipun,
jangan mencela. Atau tiba-tiba petir mengelegar, kenapa menjerit ....?
Bukannya malah menyebut nama Allah. Atau tiba-tiba menginjak bangkai,
"Hiii bangkai anjing sialan !" Kenapa harus mencaci, tidak usah mencela,
beristighfarlah, sebab Allah memberikan kejadian, sangat pasti ada hikmahnya.
4. Berkatalah yang Bermanfaat
Dikisahkan bahwa suatu waktu Nabi Isa,
as, melihat bangkai seekor anjing, ketika sahabat-sahabatnya berpaling karena
jijik, maka Nabi Isa justru melihat susunan gigi putihnya yang tertata indah,
"Anjing itu giginya rapi sekali yaa...!", Teman-temannya keheranan.
"Yaa, Rabbii (Guru), kenapa Paduka berkata begitu, bangkai anjing itu kan sangat
menjijikkan. Bahkan Paduka sendiri kalau dihina, dicaci, diremehkan dengan
kata-kata jelek, kata-kata Tuan selalu baik ?"
Nabi Isa Menjawab:
"Karena setiap orang memang akan mengeluarkan apa yang dimilikinya. Kalau
pikiran dan perasaannya jelek, maka yang keluar adalah yang jelek-jelek juga",
Demikian jawabnya. Makin banyak kepeleset lidah, makin banyak masalah dan
dosanya, makin banyak dosa, nerakalah tempatnya. Maka, "Fal yakul khairan au
liyasmut", "Berkatalah yang benar atau diam", Demikian Sabda Nabi. Jangan
sekali-kali mencela makanan yang sudah tersaji di depan mata. "Huuh, ini mah
terlalu asin !" Kalau nggak suka kasikan kepada makhluk lain yang lebih
membutuhkan. Ada makanan terlalu dingin, yaa hangatkan ! Jangan mengeluh, jangan
mencela. Sebab sudah dikasih makan saja oleh Allah sudah untung.
Mencela
atau mengutuk bukanlah akhlak seorang muslim. Rasulullah bersabda, "Orang Mukmin
itu bukan type pengutuk" (HR. Turmudji). Dalam Hadits lain Nabi SAW bersabda,
"Janganlah Kamu kutuk-mengutuk dengan kutukan ALLAH, dengan kemarahan-NYa, dan
dengan neraka Jahannam". (HR. Abu Dawud dan Turmudji)
Pernah suatu waktu
ketika di tanah suci, ada seorang jemaah haji ikhwan yang suatu waktu ia
mendapat jatah makanannya dingin dan keras. Maka, mengeluhlah dia, "Huuh, susah
di Arab ini, masa nasi aja sebegini keras." Gerutunya tanpa henti. Seseorang
kemudian menasehatinya, "Pak, kalau Bapak semakin mengeluh, mencela, Bapak akan
semakin sengsara, menderita. Karena yang memberi makan adalah ALLAH, ada kalanya
Allah menguji dengan makanan yang enak dan lezat, ada kalanya pula Allah menguji
dengan makanan yang tidak enak atau mungkin dengan makanan yang sudah basi.
Kenapa ketika sekali ini makanan kita tidak enak, lalu kita sibuk mencaci,
mencela, yang tidak akan menyelesaikan masalah, bahkan justru mengundang murka
Allah "
Padahal di Mekkah lamanya 40 hari, 40 x 3 = 120 kali, dan makan
yang enggak enak ini cuma satu kali, maka tidak adik dia, zhalim dia.
Sahabat-sahabat sekalian berhentilah mencela. Lihat orang berbibir tebal,
sudahlah jangan mencela, toh bibik kita dan bibir dia, ALLAH juga yang
menciptakan. Seseorang yang matanya sipit, tidak berarti kita harus mengatakan
"betapa sempitnya dunia bagi dia". Dia sama sekali tidak memiliki matanya,
Allah-lah yang menciptakannya. Apakah kita akan mencela ciptaan Allah ?
Padahal olok-olok, penghinaan, dan pencelaan akan menyulitkan kita di
akhirat kelak. Nabi SAW bersabda, "Sesungguhnya orang-orang yang memperolok-olok
manusia itu, dibukakan pintu surga bagi salah seorang dari mereka. Lalu
dikatakan kepadanya, "Mari, marilah!" Lalu orang yang memperolok-olokan itu
datang dengan kesusahan dan kegundahannya. Ketika ia datang ke pintu surga itu,
lalu pintu surga itu terkunci buat dia. Maka terus menerus seperti yang
demikian, sehingga pintu itu dibukakan bagi orang tersebut, lalu dikatakan
kepadanya. "Mari, Marilah!", Maka ia tidak datang lagi ke pintu itu". (HR. Ibnu
Abi Dunya).
Maka pastikan, dari mulut kita tidak keluar kata-kata
penghinaan, pencelaan, olok-olok, dan yang sejenisnya. Pokoknya kalau enggak
perlu-perlu amat, jangan bunyi. Wah, kalau begitu nanti dunia ini sepi dong...
Lho bicara itu tidak selalu harus pakai mulut, senyum ramah, duduk dengan
penuh perhatian, santun, ini sudah bicara. Cara menunjuk, cara bersila,
bagaimana kita bersikap terhadap pembicaraan orang lain. Itu semua sudah
merupakan ribuan kata, bahkan jutaan kata.
Ingatlah bahwa syarat
istiqomahnya hati di jalan ALLAH adalah istiqomahnya lisan. Sabda Nabi SAW,
bahwa "Tidak akan istiqomah iman seseorang sebelum istiqamah hatinya, dan tidak
akan istiqomah hatinya sebelum istiqamah lisannya". (HR. Ahmad) Subhanallah,
maka marilah mulai sekarang kita menjaga dan mengelola lisan kita dengan hanya
digunakan sesuai dengan petunjuk Allah dan Rasul-Nya.
|
Tampilkan postingan dengan label Manajemen Qolbu. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Manajemen Qolbu. Tampilkan semua postingan
Sabtu, 12 November 2011
Kiat Menjadi Unggul
eramuslim - Alloh Ajja wa Jalla adalah Dzat yang Maha
Sempurna segala-gala-Nya, Maha luas tak terbatas pengetahuan-Nya. Sangat pasti
hanya Alloh-lah Dzat yang Maha Memiliki segala keagungan, Kemuliaan dan
Keunggulan. Sungguh beruntung bagi siapapun yang dikaruniai oleh-Nya potensi dan
bakat untuk unggul. Lebih beruntung lagi bagi siapapun yang di karuniai
kemampuan untuk mengoptimalkan potensi dan bakatnya sehingga menjadi manusia
unggul dan prestatif. Namun, betapa banyak pula orang yang cukup potensial
tetapi tidak menjadi unggul. Betapa banyak orang yang memiliki bakat terpendam
dan tetap "terpendam", tidak tergali karena tidak tahu ilmu untuk
mengoptimalkannya.Padahal tiap orang pada dasarnya memiliki potensi untuk
unggul, termasuk kita. Berikut ini beberapa kiat menjadi pribadi unggul dan
prestatif.
1. PERCAYA DIRI Bagi orang yang ingin memacu percepatan dirinya, maka tidak bisa tidak waktu adalah kuncinya. Sebab sesungguhnya waktu adalah hidup kita. Orang bodoh adalah orang yang diberi modal hidup berupa waktu kemudian ia sia-siakan. Ada tiga kelompok orang yang menggunakan waktu, yaitu : Orang sukses, yaitu orang yang menggunakan waktu dengan optimal, salah satu cirinya adalah ia melakukan sesuatu hal yang tidak di minati oleh orang gagal.Orang malang, yaitu orang yang hari-harinya diisi dengan kekecewaan dan selalu memulai sesuatu pada keesokan harinya.Orang hebat, yaitu orang yang bersedia melakukan sesuatu sekarang juga. Bagi orang hebat tidak ada hari esok, dia berkata bahwa membuang waktu bukan saja kejahatan, tetapi suatu pembunuhan yang kejam.Karena mengetahui dan menyadari akan pentingnya waktu berarti memahami pula nilai hidup dan kehidupan ini. Oleh karena itu, yang pertama dan utama yang harus dilakukan untuk menjadi pribadi unggul adalah pantang menyia-nyiakan waktu. Kita tidak boleh melakukan sesuatu dengan sia-sia, sebab semua yang dilakukan sangat pasti memakan waktu, sedangkan waktu itu sangat berharga. Tidak mungkin kita melakukan yang sia-sia (mubadzir), bukankah perbuatan mubadzir itu adalah perbuatan syetan, Alloh SWT berfirman : "sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syetan, dan syetan itu sangat ingkar pada Tuhan-Nya". (QS. Al Israa (17:27) Lihatlah hidup keseharian kita, seringkali secara sadar atau tidak telah melalaikan waktu. Anehnya tidak jarang setengah mati kita menjaga harta kita supaya tidak hilang dicuri orang, tapi jarang menjaga waktu agar tidak dicuri dengan hal-hal yang sia-sia. Berapa banyak kita ngobrol sia-sia yang berarti dia telah mencuri waktu kita. Berapa banya waktu kita untuk nonton TV yang tidak semua acaranya mendidik kita agar lebih berhasil guna dan berdaya guna, dan TV telah mencuri waktu kita. Maka mulai sekarang pantanglah kita menyia-nyiakan waktu tanpa faedah. Alloh berfirman: "Sesungguhnya berintunglah orang-orang yang beriman, yaitu orang yang khusu dalam sholatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna". Artinya sholat yang terpelihara mutunya, khusu namanya, yang dilakukan oleh orang-orang yang benar-benar menjaga kualitas mutu sholatnya, itulah yang beruntung.Jadi pastikan waktu yang digunakan hanya diisi untuk memacu dan menempa kemampuan diri. Artinya setiap jam, setiap hari, setiap minggu yang kita lalui harus selalu benar-benar full manfaat dan lebih yang orang lain lakukan. 2.SISTEM YANG KONDUSIF Sistem yang kita masuki itu akan sangat mempengaruhi percepatan diri kita, salah dalam memilih sistem, memilih lingkungan maka akibatnyapun akan segera kita rasakan. Maka barang siapa ingin memiliki percepatan diri yang baik untuk menjadi unggul, maka harus bisa mencari sistem dan lingkungan atau teman-teman yang berkualitas. Sistem yang memiliki keunggulan dari standar biasa, lingkungan yang memuliakan perilaku yang terjaga, teman yang memiliki kehalusan budi pekerti yang tinggi. Apa bila kita memasuki dalam sistem seperti ini, maka imbasnya pada diri kita jua. Percepatan kita akan terkontrol untuk menjadi unggul dan bermutu. Lembaga atau organisasi yang memiliki sistem yang unggul, banyak yang telah membuktikan dirinya tampil dalam kehidupan bermasyarakat lebih maju dan lebih bermutu. Maka kalau ingin memiliki pribadi yang unggul, tangguh dan prestatif, pastikan untuk tidak salah dalam memilih pergaulan. Sebab salah dalam memilih pergaulan lingkungan, salah dalam memilih sistem, berarti telah salah dalam memilih kesuksesan. Ingatlah pepatah "Bergaul dengan tukang minyak wangi akan kebawa wangi, bergaul dengan pandai besi akan kebawa bau bakaran". 3. BERDAYA SAING POSITIF Dalam setiap kesempatan dan lingkungan, kita harus memiliki naluri berdaya saing positif. Kalau tidak, pasti kita akan berat menghadapi hidup ini. Majalah "Panji" pernah memberitakan bahwa beberapa tahun lagi Universitas-Universitas luar negri, seperti Oxford, Harvard, UCLA, Stanford dan Universitas beken lainya, akan masuk ke Indonesia. Kenyataan ini akan membuat miris beberapa perguruan tinggi. Sikap ini nampaknya dipicu oleh kenyataan adanya kesenjangan kualitas Perguruan Tinggi dalam negri dan Perguruan Tinggi luar negri. Bagi Perguruan Tinggi yang tidak memiliki mental berdaya saing positif, akan membuat mereka panik, kalang kabut karena takut kesaingan. Melihat kenyataan yang sama atau lebih darinya, maka akan dianggap sebuah ancaman yang seolah-olah akan menghancurkanya.Namun bagi yang memiliki mental bersaing yang positif, hal itu justru akan di tanggapi dengan senang hati, seolah-olah dia mendapatkan sparing partner yang akan memacunya lebih berkualitas lagi. Sebab mereka yang tidak diberi pesaing, kadang-kadang tidak membuat mereka maju. Pepatah mengatakan bahwa "lebih baik menjadi juara dua di antara juara umum, dari pada jadi juara satu dari yang lemah, atau juara utama dari yang bodoh". Karena yang terpenting bukan jadi juaranya, tapi bagai mana caranya kita memompa kemampuan optimal dalam menjalani kehidupan. Lebih baik juara dua di antara juara dari pada juara umum di antara yang kalah. Sahabat-sahabat sekalian, kita janganlah sebel jika melihat orang lain lebih baik dari kita, karena orang-orang yang suka iri hati, sebel dongkol kepada prestasi orang lain, biasanya tidak akan unggul. Berani bersaing secara sehat dan positif adalah kunci menuju gerbang kesuksesan. 4. MAMPU BERSINERGI (BERJAMAAH). Steven R. Covey, mencantumkan sinergi sebagai salah satu dari tujuh kebiasaan yang efektif. Dalam bersinergi atau berjamaah akan tercermin perbedaan nilai tiap individu, yang kalau kita mampu mengelolanya akan melahirkan team work yang solid, dimana nilai hasilnya akan jauh lebih besar, lebih dahsyat atau lebih unggul dibandingkan kalau dilakukan sendiri-sendiri. Makin besar kekuatan sinerginya dalam setiap kali berinteraksi dengan yang lain, maka akan semakin besar pula kemampuan yang di hasilkan , itulah diantara kunci menjadi unggul. Jadi kalau ingin menjadi unggul, nikmati hidup berjamaah, karena seorang yang pintar jika bertemu orang yang pintar akan bertambah pintar. Untuk itu berjamaahlah, tapi berjamaah yang positif, karena berjamaah itu ada kalanya saling melemahkan dan saling melumpuhkan. Maka, lakukanlah branchmarking (studi banding) ke institusi lain sebagai perbandingan, dan ini sangat penting. Hal ini agar pemikiran kita terus berkembang tidak mandek atau di situ-situ terus.. Oleh karena itu jangan pernah meremehkan orang lain, setiap bertemu orang harus jadi sarana perubahan dan penambahan wawasan kita. Jangan merasa pintar sendiri, merasa yang terbaik, yang terbagus, maka sebenarnya kita telah menjadi yang terbloon. 5. MANAJEMEN KALBU Tidak bisa tidak, bagi pribadi yang ingin unggul dan prestatif maka dia harus mampu mengendalikan suasana hatinya, karena orang itu tergantung suasana hatinya. Kalau hatinya merasa gembira, maka dia gembira. Kalau hatinya sedang sedih maka sedih pula dirinya, kalau hatinya lagi dongkol, ngambek , maka seperti itulah dirinya. Semua tergantung pada suasana hatinya, maka bagi orang yang tidak mampu mengendalikan/mengelola hatinya akan merasa repot dalam menghadapi hidup ini. Rosululloh SAW bersabda "ingatlah dalam tubuh manusia itu ada segumpal daging. Kalau segumpal daging itu baik, maka akan baiklah seluruh tubuhnya, tetapi bila rusak, niscaya akan rusak pula seluruh tubuhnya. Segumpal daging itu bernama hati",(HR. Bukhari – Muslim). Oleh : K.H. ABDULLAH GYMNASTIAR |
KIAT-KIAT MEMBANGUN KEPERCAYAAN
Sebelum Nabi Muhammad saw dikukuhkan menjadi
seorang Rasul beliau sudah sangat populer di tengah masyarakat kota Mekkah
dengan gelar al-Amin yaitu orang yang sangat terpercaya (amanah/kredibel). Gelar
ini baik sebelum maupun sesudahnya tidak pernah ada lagi.
Sungguh dahsyat pengaruh suatu kepercayaan dan
luar biasa pentingnya untuk kesuksesan karir kehidupan di dunia maupun di
akhirat, jah melampaui modal harta benda, kedudukan, jabatan, atau ilmu
sekalipun. Ketika kepercayaan sudah sirna di hati orang lain, sulit sekali ntuk
tumbuh, walaupun dengan berjuta janji atau membayar dengan harta sebanyak
apapun, jikalau kepercayaan di hati orang sudah hilang maka perasaan yang muncul
selalu mencurigai dan rasa tidak percaya diri akan selalu membayang dan
membekas.
Berikut ini sekelumit uraian yang isya Allah
akan menumbuhkan dan memperkuat kepercayaan seseorang.
A. Kejujuran yang terbuktu dan teruji
Kejujuran adalah perilaku kunci yang sangat
efektif untuk membangun kepercayaan (kredibilitas), begitu pula bila sebaliknya
dapat menghancurkan kehidupan seseorang.
Biasakanlah selalu jujur dimulai dari hal yang
paling sederhana dan kecil sekalipun, walaupun terhadap anak kecil, karena
sesunggunya Allah menilai perilaku kita, yakinlah tak akan pernah untung sama
sekali dengan ketidakjujuran selain kerugian yang mendera dan menghancurkan,
sudah terlalu banyak bukti di sekitar kita untuk dijadikan pelajaran.
-
Jangan sekali-kali berbohong atau terpancing untuk menambah omongan sehinga menjadi dusta walau dalam gurauan sekalipun.
-
Jangan pernah mudah membuat janji, pastikan setiap janji yang diucapkan sudah diperhitungkan matang-matang, dan berusaha keraslah untuk memenuhi janji.
-
Tepat waktulah dalam segala hal, jangan terlambat atau gemar menunda-nunda atau mengakhirkan.
-
Biasakanlah memiliki data dan fakta yang jelas, dan bersikaplah terbuka.
-
Milikilah kemampuan dan kesungguhan mengevaluasi diri, dan segera perbaiki diri begitu ditemukan kesalahan serta bertanggungjawablah dengan sungguh-sungguh dan tulus.
-
Jangan pernah patah semangat bila didapati masa lalu kita pernah atau banyak keidakjujuran.
B. Cakap
Komponen kedua yang tak kalah pentingnya adalah
kehandalan dan kecakapan kita dalam melaksanakan tugas. Walaupun sangat dikenal
dan teruji kejujurannya tapi kalau dalam melaksanakan tugas sering berbuat lalai
dan kesalahan maka hal ini pun akan merontokkan kredibilitas.
-
Kunci utamanya adalah secara sadar kita harus selalu belajar, melatih diri, mengembangkan kemampuan, wawasan serta keterampilan kita secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga selalu memiliki kesiapan yang memadai untuk melaksanakan tugas.
-
Awalilah selalu dengan membuat perencanaan yang baikdan persiapan yang matang, gagal dalam merencanakan sama dengan merenacnakan kegagalan.
-
Jangan lupa selalu check and recheck, tak boleh kita melakukan sesuatu tanpa cek ulang, sangat banyak peluang kesalahan atau kegagalan yang terselamatkan dengan sikap yang selalu mengadakan pengecekan ulang.
-
Laksanakan segala sesuatu dengan kesungguhan, sikap yang hati-hati dan cermat, jangan anggap remeh kelalaian dan kecerobohan karena semua itu biang kesalahan dan kegagalan.
-
Selalu sempatkan untuk evaluasi dari setiap tahapan apapun yang kita lakukan, percayalah merenung sejenak untuk mengevaluasi membuat karya kita akan semakin bermutu.
-
Nikmatilah dengan menyempurnakan apa yang bisa dilakukan, jangan pernah puas dengan setengah-setengah, jangan pula puas dengan 90%, kalau kita bisa menyempurnakannya, mengapa tidak?
C. Inovatif
Segala sesuatu yang ada selalu berubah, di dunia
ini tidak ada sesuatu apapun yang tidak berubah, satu-satunya yang tetap adalah
perubahan itu sendiri, oleh karena itu siapa pun yang tidak menyiapkan diri
untuk menghadapi perubahan maka dia akan tergilas kalah oleh perubahan
tersebut.
Maka jelaslah sudah yang dimaksud dengan sabda
Rasulullah bahwa orang yang hari ini sama dengan hari kemarin adalah orang yang
merugi karena berarti tak ada kemajuan dan tetinggal oleh perubahan, orang yang
hari ini lebih buruk dari hari kemarin dianggap orang yang celaka, karena
berarti akan tertinggal jauh dab sulit mengejar, satu-satunya pilihan bagi orang
yang beruntung adalah hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, berarti harus
ada penambahan sesuatu yang bermanfaat, inilah sikap perubahan yang diharapkan
selalu terjadi pada seorang muslim, sehingga tidak akan pernah tertinggal, dia
selalu antisipatif terhadap perubahan, dan selalu siap menyikapi
perubahan.
Berikut ini beberapa anjuran agar kita dapat
selalu mengembangkan kemanpuan kreatif kita:
-
Banyak membaca dan menulis.
-
Banyak berdiskusi dan bertanya.
-
Banyak melihat (mengadakan studi banding).
-
banyak merenung (tafakur).
-
Banyak berbuat dan mencoba.
-
Banyak beribadah dan berdo'a.
Mudah-mudahan kegighan diri kita, menjaga agar
karir hidup ini menjadi orang bersih, terbuka, ujur terpercaya yang dilakukan
dengan tulus karena Allah semata. Selamat berjuang saudaraku sekalian, cukuplah
Allah sebagai satu-satunya tujuan, pelindung, tumpuan harapan dan satu-satunya
penolong kita semua.
Wallahu a'lam bishshawab.
Kewirausahan
Hal yang sangat patut
direnungkan oleh umat Islam, dan ini menjadi kendala bagi kemajuan umat adalah
faktor leadership (kepemimpinan) dan kemampuan manajemen. Dampaknya pun jelas,
dengan dua titik lemah ini potensi yang banyak tidak terbaca, tidak tergali
secara maksimal, dan tidak bisa dikembangkan menjadi sebuah sinergi yang
memiliki dampak besar bagi kemajuan umat.
Kelemahan leadership dan
manajerial ini ternyata dapat kita telusuri dengan mengamati bagaimana pemahaman
umat tentang sifat Rasulullah SAW. Diantara titik-titik yang kurang tersentuh
secara maksimal adalah bagaimana umat Islam mempelajari masa muda Rasulullah SAW
sebelum menjadi nabi.
Dari beberapa literatur
yang didapat, betapa jiwa entrepreneurship Rasulullah di bidang wirausaha begitu
mendominasi, sehingga beliau berkembang menjadi seorang pemimpin yang memiliki
jiwa entrepreneur, dan keterampilan manajemen yang baik untuk mengelola sebuah
dakwah, sebuah sistem yang bertata nilai kemuliaan Al Islam.
Pada waktu Rasulullah
masih kecil, beliau sudah mempunyai sebuah proyek untuk menjaga kehormatan harga
dirinya agar tidak menjadi beban bagi kehidupan ekonomi pamannya, Abu Thalib,
yang memang tidak tergolong kaya. Beliau mendapat upah dari menggembalakan
beberapa ekor kambing miliki orang lain, yang secara otomatis mengurangi biaya
hidup yang harus ditanggung oleh pamannya ini.
Pada usia 12 tahuan,
sebuah usia yang relatif muda, beliau melakukan perjalanan dagang ke Syiria
bersama Abu Thalib. Beliau tumbuh dewasa di bawah asuhan pamannya ini dan
belajar mengenai bisnis perdagangan darinya. Bahkan ketika menjelang dewasa dan
menyadari bahwa pamannya bukanlah orang berada serta memiliki keluarga besar
yang harus diberi nafkah, Rasulullah mulai berdagang sendiri di kota
Mekkah.
Bisnisnya diawalai dengan
sebuah perdagangan taraf kecil dan pribadi, yaitu dengan membeli barang dari
satu pasar dan menjualnya kepada orang lain. Aktivitas bisnis lainnya dengan
sejumlah orang di kota Mekkah pun dilakukan. Dengan demikian ternyata Rasulullah
telah melakukan aktivitas bisnis jauh sebelum beliau bermitra dengan Khadijah.
Dan inilah yang membuahkan pengalaman yang tak ternilai harganya dalam
mengembangkan jiwa kewirausahaan pada diri Rasulullah.
Ciri yang sangat khas dari
aktivitas bisnis yang dilakukan oleh Rasulullah waktu itu adalah beliau sangat
terkenal karena kejujurannya dan sangat amanah dalam memegang janji. Sehingga
tidak ada satupun orang yang berinteraksi dengan beliau kecuali mndapat kepuasan
yang luar biasa. Dan ini merupakan sebuah nuansa dengan pesona tersendiri bagi
warga Jazirah Arab. apalagi kemuliaan akhlaknya seakan menebarkan pesona indah
kepribadiannya.
Pun ketika beliau tidak
memiliki uang untuk berbisnis sendiri, ternyata beliau banyak menerima modal
dari orang-orang kaya Mekkah yang tidak sanggup menjalankan sendiri dana mereka,
dan menyambut baik seseorang yang jujur untuk menjalankan bisnis dengan uang
yang mereka miliki berdasarkan kerjasama. Tiada lain karena sejak kecil
Rasulullah telah dikenal oleh penduduk Mekkah sangat rajin dan penuh percaya
diri. Dikenal pula oleh kejujuran dan integritasnya dibidang apapun yang
dilakukannya. Tak berlebihan bila penduduk Mekkah memanggilnya dengan sebutan
Shiddiq (jujur) dan Amin (terpercaya).
Salah seorang pemiliki
modal itu adalah Khadijah, yang kelak menjadi istri beliau, yang menawarkan
suatu kemitraan berdasarkan sistem bagi hasil (profit sharing). Dan,
subhanallaah, kecakapan Rasulullah dalam berbisnis telah mendatangkan
keuntungan, dan tidak satupun jenis bisnis yang ditanganinya mendapat kerugian.
Selama bermita dengan Khadijah inilah Rasulullah telah melakukan perjalanan
dagang ke pusat bisnis di Habasyah (Ethiopia) dan Yaman. Beliau pun empat kali
memimpin ekspedisi perdagangan untuk Khadijah ke Syria dan Jorash.
Diantara hal yang terus
menerus harus kita teladani dari Rasulullah dalam interaksi bisnisnya adalah
beliau sangat menjaga nilai-nilai harga diri, kehormatan, dan kemuliannya dalam
proses interaksi bisnisnya ini. Bisnis bagi Rasulullah SAW tidak hanya sebatas
perputaran uang dan barang, tapi ada yang lebih tinggi dari semua itu, yaitu
mejaga kehormatan diri. Sehingga keuntungan apapun dari setiap transaksi yang
beliau dapatkan, maka kemuliaannya justru semakin menjulang tinggi. Semakin
dihormati, semakin disegani dan ini menjadi aset tak ternilai harganya yang
mendatangkan kepercayaan dari para pemilik modal.
Dengan kata lain, modal
terbesar dari seorang yang menjadi pengusaha sukses, pemimpin sukses, atau
ilmuwan sukses dalam disiplin ilmu apapun, ternyata jiwa entrepreneur ini harus
dikembangkan sejak awal. Pembangunan harga diri, pembangunan etos kerja,
pembangunan karir kehormatan sebagai seorang jujur yang terbukti teruji dan
sangat amanah terhadap janji-janji, jikalau hal ini ditanamkan, dilatih sejak
awal maka akan membuahkan kepribadian yang sangat bermutu tinggi dan ini menjadi
bekal kesuksesan bekerja dimanapun atau kesuksesan mengemban amanah jenis
apapun.
Dan yang paling perlu
digaris bawahi, Rasulullah SAW mengadakan transaksi bisnis sama sekali tidak
untuk memupuk kekayaan pribadi, tetapi justru untuk membangun kehormatan dan
kemuliaan bisnisnya dengan etika yang tinggi dan hasil yang didapat justru untuk
didistribusikan ke sebanyak umat. Sehingga kesuksesannya mampu membawa banyak
dampak positif, yaitu kesuksesan dan kesejahteraan bagi umat yang lainnya. Dan
inilah yang menyebabkan kepribadian junjungan kita, Rasullah SAW begitu
monumenatal, baik dalam mencari nafkah maupun dalam menafkahkan karunia rizki
yang diperolehnya.
Semoga kita semua mampu
merenungi kejujuran diri, amanah, dan kegigihan dalam menjaga kehormatan harga
diri kita selaku umat Islam.***
Keutamaan dan Kasih Sayang Ibu
Hikam:
"Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia. Dan
hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah
seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan perkataan "ah", dan
janganlah kamu membentak mereka. Dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang
mulia." (QS. Al-Isra: 23).
Dari Abu Hurairah,
dia berkata, telah dating kepada Rasulullah saw, seorang laki-laki lalu
bertanya:, "Wahai Rasulullah, siapakah yang lebih berhak untuk saya pergauli
dengan baik?" Beliau menjawab, "Ibumu" dia bertanya lagi,
"Kemudian siapa?" Beliau menjawab, "Ibumu" dia bertanya lagi,
"Kemudian siapa?" Beliau menjawab, "Ibumu" dia bertanya lagi,
"Kemudian siapa?" Beliau menjawab, "Ayahmu". (HR Muslim)
Dari isi Hadist terlihat betapa Allah melalui Rasulullah menilai besarnya pengorbanan orang tua kita terutama Ibu. Apa yang sudah ibu berikan kepada anaknya tidak dapat dibandingkan dengan apapun di dunia ini.
Orang tua, terutama ibu harus selalu kita hormati sepanjang hidup kita. Walaupun itu bukan orang tua kita sendiri. Kalau kita menghormati semua orang tua, berarti kita menghormati orang tua kita. Begitu juga bila kita memaki orang tua yang bukan orang tua kandung, maka berarti kita memaki orang tua kita sendiri.
Memuliakan orang tua kita bukan dengan memberinya harta yang berlimpah. Tetapi akhlak yang baik dari anak-anaknya sudah membuat orang tua kita damai dan senang. Harta tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan akhlak yang baik.
Kita sebagai anak harus memohon, berjuang sekuatnya kepada Allah bila orang tua kita belum mendapat hidayah dari Allah. Dan kita harus selalu menerima segala kekurangan orang tua kita dengan lapang dada. (imm)
Dari isi Hadist terlihat betapa Allah melalui Rasulullah menilai besarnya pengorbanan orang tua kita terutama Ibu. Apa yang sudah ibu berikan kepada anaknya tidak dapat dibandingkan dengan apapun di dunia ini.
Orang tua, terutama ibu harus selalu kita hormati sepanjang hidup kita. Walaupun itu bukan orang tua kita sendiri. Kalau kita menghormati semua orang tua, berarti kita menghormati orang tua kita. Begitu juga bila kita memaki orang tua yang bukan orang tua kandung, maka berarti kita memaki orang tua kita sendiri.
Memuliakan orang tua kita bukan dengan memberinya harta yang berlimpah. Tetapi akhlak yang baik dari anak-anaknya sudah membuat orang tua kita damai dan senang. Harta tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan akhlak yang baik.
Kita sebagai anak harus memohon, berjuang sekuatnya kepada Allah bila orang tua kita belum mendapat hidayah dari Allah. Dan kita harus selalu menerima segala kekurangan orang tua kita dengan lapang dada. (imm)
Kepompong Ramadhan
Semua amal anak
Adam dapat dicampuri kepentingan hawa nafsu, kecuali shaum. Maka sesungguhnya
shaum itu semata-mata untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya (Hr.
Bukhari Muslim).
Pernahkan Anda
melihat seekor ulat bulu? Bagi kebanyakan orang, ulat burlu memang menjijikkan
bahkan menakutkan. Tapi tahukah Anda kalau masa hidup seekor ulat ini ternyata
tidak lama. Pada saatnya nanti ia akan mengalami fase dimana ia harus masulk ke
dalam kepompong selama beberapa hari. Setelah itu ia pun akan keluar dalam wujud
lain : ia menjelma menjadi seekor kupu-kupu yang sangat indah. Jika sudah
berbentuk demikian, siapa yang tidak menyukai kupu-kupu dengan sayapnya yang
beraneka hiasan indah alami? Sebagian orang bahkan mungkin mencari dan kemudian
mengoleksinya bagi sebagai hobi (hiasan) ataupun untuk keperluan ilmu
pengetahuan.
Semua proses itu
memperlihatkan tanda-tanda Kemahabesaran Allah. Menandakan betapa teramat
mudahnya bagi Allah Azza wa Jalla, mengubah segala sesuatu dari hal yang
menjijikkan, buruk, dan tidak disukai, menjadi sesuatu yang indah dan membuat
orang senang memandangnya. Semua itu berjalan melalui suatu proses perubahan
yang sudah diatur dan aturannya pun ditentukan oleh Allah, baik dalam bentuk
aturan atau hukum alam (sunnatullah) maupun berdasarkan hukum yang disyariatkan
kepada manusia yakin Al Qur'an dan Al Hadits.
Jika proses
metamorfosa pada ulat ini diterjemahkan ke dalam kehidupan manusia, maka saat
dimana manusia dapat menjelma menjadi insan yang jauh lebih indah, momen yang
paling tepat untuk terlahir kemabli adalah ketika memasuki Ramadhan. Bila kita
masuk ke dalam 'kepompong' Ramadhan, lalu segala aktivitas kita cocok dengan
ketentuan-ketentuan "metamorfosa" dari Allah, niscaya akan mendapatkan hasil
yang mencengangkan yakni manusia yang berderajat muttaqin, yang memiliki akhlak
yang indah dan mempesona.
Inti dari badah
Ramadhan ternyata adalah melatih diri agar kita dapat menguasai hawa nafsu.
Allah SWT berfirman, "Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran
Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya maka sesungguhnya
syurgalah tempat tinggalnya." (QS. An Nazii'at [79] : 40 - 41).
Selama ini mungkin
kita merasa kesulitan dalam mengendalikan hawa nafsu. Kenapa? Karena selama ini
pada diri kita terdapat pelatihan lain yang ikut membina hawa nafsu kita ke arah
yang tidak disukai Allah. Siapakah pelatih itu? Dialah syetan laknatullah, yang
sangat aktif mengarahkan hawa nafsu kita. Akan tetapi memang itulah tugas
syetan. apalagi seperti halnya hawa nafsu, syetan pun memiliki dimensi yang sama
dengan hawa nafsu yakni kedua-duanya sama-sama tak terlihat. "Sesungguhnya
syetan itu adalah musuh yang nyata bagimu, maka anggaplah ia sebagai musuhmu
karena syetan itu hanya mengajak golongannya supaya menjadi penghuni neraka yang
menyala-nyala," demikian firman Allah dalam QS. Al Fathir [25] :
6).
Akan tetapi kita
bersyukur karena pada bulan Ramadhan ini Allah mengikat erat syetan terkutuk
sehingga kita diberi kesempatan sepenuhnya untuk bisa melatih diri mengendalikan
hawa nafsu kita. Karenanya kesempatan seperti ini tidak boleh kita sia-siakan.
Ibadah shaum kita harus ditingkatkan. Tidak hanya shaum atau menahan diri dari
hawa nafsu perut dan seksual saja akan tetapi juga semua anggota badan kita
lainnya agar mau melaksanakan amalan yang disukai Allah. Jika hawa nafsu sudah
bisa kita kendalikan, maka ketika syetan dipelas kembali, mereka sudah tunduk
pada keinginan kita. Dengan demikian, hidup kita pun sepenuhnya dapat dijalani
dengan hawa nafsu yang berada dalam keridhaan-Nya. Inilah pangkal kebahagiaan
dunia akhirat. Hal lain yang paling utama harus kita jaga juga dalam bulan yang
sarat dengan berkah ini adalah akhlak. Barang siapa membaguskan akhlaknya pada
bulan Ramadhan, Allah akan menyelamatkan dia tatkala melewati shirah di mana
banyak kaki tergelincir, demikianlah sabda Rasulullah SAW.
Pada bulan Ramadhan
ini, kita dianggap sebagai tamu Allah. Dan sebagai tuan rumah, Allah sangat
mengetahui bagaimana cara memperlakukan tamu-tamunya dengan baik. Akan tetapi
sesungguhnya Allah hanya akan memperlakukan kita dengan baik jika kita tahu adab
dan bagaimana berakhlak sebagai tamu-Nya. Salah satunya yakni dengan menjaga
shaum kita sesempurna mungkin. Tidak hanya sekedar menahan lapar dan dahaga
belaka tetapi juga menjaga seluruh anggota tubuh kita ikut shaum.
Mari kita perbaiki
segala kekurangan dan kelalaian akhlak kita sebagai tamu Allah, karena tidak
mustahil Ramadhan tahun ini merupakan Ramadhan terakhir yang dijalani hidup
kita, jangan sampai disia-siakan.
Semoga Allah Yang
Maha Menyaksikan senantiasa melimpahkan inayah-Nya sehingga setelah 'kepompong'
Ramadhan ini kita masuki, kita kembali pada ke-fitri-an bagaikan bayi yang baru
lahir. Sebagaimana seekor ulat bulu yang keluar menjadi seekor kupu-kupu yang
teramat indah dan mempesona, amiin.***
Keluh Kesah
Hidup di kota besar
semacam Jakarta atau Bandung membutuhkan kekuatan iman dan kekuatan mental.
Macet di perjalanan dalam waktu-waktu tertentu adalah suatu permasalahan yang
kadangkala sering kita hadapi. Tak heran bila untuk sebuah perjalanan, kalau
kita tidak memakai strategi yang bagus, tidak memakai perencanaan yang matang,
maka kemacetan akan benar-benar mencuri waktu begitu lama. Terkadang bisa
berjam-jam di jalan. Kalau saja tidak berusaha untuk bening hati, sepertinya
sepanjang jalan yang terjadi hanya dongkol dan marah-marah. "Aduh , kapan
sampainya! Aduh, kok ini lama banget! Aduh, kok macet terus!" Mungkin
ungkapannya seperti itu. Aduh dan aduh.
Padahal kata-kata
aduh, kalau hanya tanda keluh kesah, sebetulnya tidak menyelesaikan masalah.
Justru kata-kata yang terlontar itu menunjukkan ketidaksabaran kita. Apalagi
tiba-tiba di pinggir jalan ada kendaraan lain berhenti seenaknya. Kita boleh
kecewa dan melihat ini sebagai sesuatu yang harus diperbaiki. Tetapi, tidak
berarti kita harus sengsara dengan marah-marah atau berkeluh kesah. Mata
terbeliak dan mulut kadang berucap "Minggir, dong!" Mungkin inginnya menghardik
seperti itu. Tetapi, alangkah lebih baiknya jika kita menyapa dengan kata yang
lemah lembut, "Maaf, Pak! Boleh agak ke pinggir sedikit!" Ungkapan seperti ini
nampaknya akan lebih ringan ke dalam hati, dari pada melotot dengan menggunakan
otot.
Boleh jadi kalau
sudah banyak kedongkolan, selain akan banyak berkeluh kesah, juga akan
menjadikan diri lebih emosional. Ini yang paling merugikan. Bagi kita maupun
orang lain. Kita harus mengukur kehilangan waktu dalam beberapa menit atau
beberapa jam, padahal waktu tersebut sebenarnya dapat menjadi tambahan ilmu dan
kemampuan diri kita. Ada baiknya, selama perjalanan lengkapi diri dengan
sumber-sumber ilmu, baik berupa kaset ceramah, nasyid, atau kaset murotal
Qur’an. Sumber-sumber ini akan menambah percepatan keilmuan kita, disamping akan
membuat kita tidak tergoda untuk ber-aduh ria. "Aduh, terlambat nih! Aduh,
sialan kamu! Aduh, ada yang ketinggalan nih!" Kata-kata seperti ini sebetulnya
tidak perlu dikeluarkan! Karena tidak menyelesaikan masalah. Lebih baik kita isi
dengan do’a : "Ya Allah, semoga saya datang tepat waktu, semoga ada jalan keluar
dari kemacetan ini". Kata-kata ini akan lebih produktif dibandingkan dengan kata
"aduh".
Marilah kita
meminimalisirkan keluh-kesah seperti ini. Apalagi bagi kita pun ada kenikmatan
tersendiri bila kita bicara lebih santun. Kesantunan akan membuat batin kita
lebih ringan dari pada berperilaku emosional. Lebih dari itu, kelembutan akan
mampu menaklukan sesuatu yang tidak bisa dilakukan dengan kekerasan. Itu sudah
bagian dari rumusnya. Karena, kalau orang-orang keras dilawan dengan kekerasan,
maka itu akan merasa bagian dari dunianya. Tapi, kalau orang-orang yang
bertemperamen keras itu diberi kelembutan yang tulus dari lubuk hati yang paling
dalam, Isya Allah mereka akan terbawa lembut juga. Contohnya, orang sekeras Umar
bin Khattab atau Khalid bin Walid bisa jatuh tersengkur menagis oleh lembutnya
alunan Al-Qur’an.
Berkeluh kesah
seringkali membuat kita terdramatisasi oleh masalah. Seakan-akan rencana dan
keinginan kita lebih baik daripada yang terjadi. Padahal, belum tentu. Siapa
tahu, di balik kejadian yang mengecewakan menurut kita, ternyata sarat dengan
perlindungan Allah dan sarat dengan terkabulnya harapan-harapan kita. Tiap
melakukan kekeliruan, kita ditolong Allah dengan memberikan tuntunan-Nya.
Tuntunan itu tidak harus dengan terkabulnya keinginan yang kita mohonkan. Bisa
jadi terkabulnya do’a itu bertolak belakang dengan yang kita minta. Karena Allah
Mahatahu di balik apapun keinginan kita. Baik keinginan jangka pendek, maupun
keinginan jangka panjang. Baik kerugian duniawi maupun kerugian ukhrawi. Baik
kerugian secara materi maupun secara kerugian mental. Kita tidak bisa mendeteksi
secara cermat. Kadang-kadang kita hanya mendeteksinya sesuai dengan keperluan
hawa nafsu kita.
Kelihatannya sepele
mengaduh ini. Tetapi, itu akan menjadi kualifikasi pengendalian diri kita.
Ketahuilah bahwa kualitas seseorang itu tidak diukur dengan sesuatu yang
besar-besar, tetapi oleh yang kecil-kecil. Kalau kita ingin melihat kompleks
perumahan yang berkualitas, maka kita lihat saja panjang pendek rumput di
halamannya. Kalau berkualitas dan terawat dengan baik, maka rumputnya pun akan
nampak terawat dengan baik. Marilah kita respon setiap kejadian demi kejadian
dengan respon lisan yang positif. Mengapa? Karena setiap respon akan
mempengaruhi persepsi kita terhadap masalah yang kita hadapi dan cara kita
menyelesaikannya. Lebih dari itu akan berdampak pula kepada orang-orang di
sekitar kita. Jadi, sapaan-sapaan, teguran-teguran, komentar-komentar,
celetukan-celetukan ini harus benar-benar bernilai produktif. Tidak hanya
berarti bagi diri kita, tetapi juga bagi orang di sekitar kita.
Apalagi keluh kesah
termasuk penyakit hati, yaitu bentuk ketidaksabaran kita dalam menerima
ketentuan dari Allah. Ada hadits qudsi yang menyatakan bahwa "Barang siapa yang
tidak ridha terhadap ketentuan-Ku, dan tidak sabar atas musibah dari-Ku, maka
carilah Tuhan selain Aku." (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari hadits qudsi
ini, nampaklah bahwa segala apapun yang Allah karuniakan kepada kita, maka kita
harus menerimanya dengan ridha. Oleh karenanya, kita tidak perlu banyak mengaduh
atau berkeluh kesah. Sedapat mungkin kurangi aduh-mengaduh ini. Jauh akan lebih
produktif jikalau kita optimalkan waktu dengan banyak berdo’a dan menambah
kualitas keilmuan diri serta terus menyempurnakan ikhtiar di jalan Allah yang
diridhai.***
KEKUATAN AMAL JAMAAH
*****************************************************************************
Bismillahirrahmaanirrahiim
Semoga Allah
menggolongkan kita semua menjadi orang-orang yang selalu sadar
bahwa segala-galanya adalah milik Allah, diri kita milik Allah apapun yang
kita inginkan pasti milik Allah. Sehingga tidak ada yang dituju selain Allah.
Dialah Allah yang Maha Agung, termasuk pertemuan ini tidak ada yang dituju
kecuali semoga kita bisa semakin mengenal keagungan Allah dan semakin
mengenal cara agar bisa semakin mendekatkan diri kepada Allah.
bahwa segala-galanya adalah milik Allah, diri kita milik Allah apapun yang
kita inginkan pasti milik Allah. Sehingga tidak ada yang dituju selain Allah.
Dialah Allah yang Maha Agung, termasuk pertemuan ini tidak ada yang dituju
kecuali semoga kita bisa semakin mengenal keagungan Allah dan semakin
mengenal cara agar bisa semakin mendekatkan diri kepada Allah.
Saudara-saudaraku
sekalian...
Allah mempunyai nama dalam Asmaul Husna Al Jami', Allah Maha Menghimpun.
Dalam bahasa Arab apabila ada huruf Arab ja-min-'ain itu artinya menghimpun.
Sebaik-baiknya perhimpunan merujuk kepada amalan mesjid. "Hanyalah orang-
orang yang memakmurkan mesjid Allah, yakin kepada Allah, yakin kepada hari
akhir, menegakkan sholat, membayar zakat dan tidak pernah gentar selain
kepada Allah mereka itulah yang diharapkan mendapat petunjuk"
Allah mempunyai nama dalam Asmaul Husna Al Jami', Allah Maha Menghimpun.
Dalam bahasa Arab apabila ada huruf Arab ja-min-'ain itu artinya menghimpun.
Sebaik-baiknya perhimpunan merujuk kepada amalan mesjid. "Hanyalah orang-
orang yang memakmurkan mesjid Allah, yakin kepada Allah, yakin kepada hari
akhir, menegakkan sholat, membayar zakat dan tidak pernah gentar selain
kepada Allah mereka itulah yang diharapkan mendapat petunjuk"
Sekarang banyak
sekali perhimpunan di Indonesia, tapi apakah perhimpunan ini
yang dihimpun Allah dalam kebaikan atau perhimpunan dalam kebathilan. 4
(Empat) amalan perhimpunan mesjid yang diupayakan berhimpun dimanapun lebih
dari 1 orang amalkan amalan ini karena inilah amalan dirumah Allah yaitu :
yang dihimpun Allah dalam kebaikan atau perhimpunan dalam kebathilan. 4
(Empat) amalan perhimpunan mesjid yang diupayakan berhimpun dimanapun lebih
dari 1 orang amalkan amalan ini karena inilah amalan dirumah Allah yaitu :
1. Amalan mesjid
perhimpunan itu majlis dzikir
Sepertinya dimanapun kita berhimpun haruslah menjadi majlis dzikir. Mesjid,
sholat, dzikir. Dzikir, baca qur'an, wirid itu semua mengingat Allah.
Tidaklah berhimpun orang dengan berdzikir mengingat Allah kecuali rahmat
Allah akan datang. Maka perhimpunan apapun harus niatnya untuk Allah karena
Allah membela agama Allah ini menjadi kebaikan. Harusnya rumah itu menjadi
majlis dzikir. Jadikan semuanya menjadi aspek dzikir, Insya Allah aman itu
rumah. Rumah tangga yang begitu banyak ingat kepada Allah, beli barang yang
disukai Allah akan membuat hati ini tentram.
Sepertinya dimanapun kita berhimpun haruslah menjadi majlis dzikir. Mesjid,
sholat, dzikir. Dzikir, baca qur'an, wirid itu semua mengingat Allah.
Tidaklah berhimpun orang dengan berdzikir mengingat Allah kecuali rahmat
Allah akan datang. Maka perhimpunan apapun harus niatnya untuk Allah karena
Allah membela agama Allah ini menjadi kebaikan. Harusnya rumah itu menjadi
majlis dzikir. Jadikan semuanya menjadi aspek dzikir, Insya Allah aman itu
rumah. Rumah tangga yang begitu banyak ingat kepada Allah, beli barang yang
disukai Allah akan membuat hati ini tentram.
2. Amalan mesjid
adalah taklim
Menuntut ilmu dan menyampaikan ilmu. Jadi apabila amalan mesjid ini dibawa
kerumah, kekantor akan barokah. Apa sebabnya? karena nuansanya tawasaubil
haqqi wa tawasau bissabr (saling berpesan dengan kebenaran dan saling
berpesan dengan kesabaran). Ilmu bisa membuat hati jadi ringan. Maka pastikan
majlis sekecil apapun selain ingat dan niat kepada Allah ilmu kuncinya.
Pokoknya pertemuan tidak menjadi ilmu rugi. Tiap hari tidak nambah ilmu rugi.
Sebaiknya ketemu orang jadi ilmu. Kalau saudara bekerja hanya ingin cari
uang, garong juga kerjanya cari uang hanya beda cara. Kalau saudara bekerja
hanya ingin cari makan, domba juga kerjanya cari makan. Kalau saudara bekerja
hanya ingin mencari gaji, bagaimana kalau mati sebelum gajian?
Menuntut ilmu dan menyampaikan ilmu. Jadi apabila amalan mesjid ini dibawa
kerumah, kekantor akan barokah. Apa sebabnya? karena nuansanya tawasaubil
haqqi wa tawasau bissabr (saling berpesan dengan kebenaran dan saling
berpesan dengan kesabaran). Ilmu bisa membuat hati jadi ringan. Maka pastikan
majlis sekecil apapun selain ingat dan niat kepada Allah ilmu kuncinya.
Pokoknya pertemuan tidak menjadi ilmu rugi. Tiap hari tidak nambah ilmu rugi.
Sebaiknya ketemu orang jadi ilmu. Kalau saudara bekerja hanya ingin cari
uang, garong juga kerjanya cari uang hanya beda cara. Kalau saudara bekerja
hanya ingin cari makan, domba juga kerjanya cari makan. Kalau saudara bekerja
hanya ingin mencari gaji, bagaimana kalau mati sebelum gajian?
Kita bekerja
mencari Allah. Kalau kita bekerja, jualan, berumah tangga karena
Allah yang dicari maka Allah-lah yang punya apapun yang kita inginkan. Setiap
kali punya uang belikan buku, itu semua incestasi. Tidak apa-apa rumah kita
tidak bagus barang-barangnya yang penting bagus ilmunya. Maka mulai saat ini
saya berharap jamaah yang hadir kalau punya uang penuhi
:
1. hak keluarga
2. hak ibadah
3. hak kesehatan
4. ilmu
baru selebihnya beli barang-barang yang kiranya melengkapi.
Allah yang dicari maka Allah-lah yang punya apapun yang kita inginkan. Setiap
kali punya uang belikan buku, itu semua incestasi. Tidak apa-apa rumah kita
tidak bagus barang-barangnya yang penting bagus ilmunya. Maka mulai saat ini
saya berharap jamaah yang hadir kalau punya uang penuhi
:
1. hak keluarga
2. hak ibadah
3. hak kesehatan
4. ilmu
baru selebihnya beli barang-barang yang kiranya melengkapi.
3. Dakwah
Setiap berhimpun harus jadi dakwah. Mesjid itu fungsinya dakwah walau 1 ayat,
sampaikan! Pendakwah yang baik alat ukurnya bukan orang lain jadi baik,
pendakwah yang baik adalah orang dengan dakwahnya dirinya makin baik. Saudara
berkumpul disini dan dapat ilmu itu adalah kemurahan Allah kepada saudara.
Mungkin buah sedekah saudara kepada seseorang, mungkin buah doa orang tua
kepada saudara, mungkin munajat anak-anak kepada orang tuanya, jadi saja ilmu
itu sampai. Dakwah harus jadi program di perusahaan kita, dirumah tangga kita
dan dimanapun.. Rugilah hidup cuma sekali tapi tidak menjadi contoh kebaikan.
Usahakan sekuat-kuatnya bila orang melihat diri kita pribadi maupun kelompok,
orang melihat keindahan Islam.
Setiap berhimpun harus jadi dakwah. Mesjid itu fungsinya dakwah walau 1 ayat,
sampaikan! Pendakwah yang baik alat ukurnya bukan orang lain jadi baik,
pendakwah yang baik adalah orang dengan dakwahnya dirinya makin baik. Saudara
berkumpul disini dan dapat ilmu itu adalah kemurahan Allah kepada saudara.
Mungkin buah sedekah saudara kepada seseorang, mungkin buah doa orang tua
kepada saudara, mungkin munajat anak-anak kepada orang tuanya, jadi saja ilmu
itu sampai. Dakwah harus jadi program di perusahaan kita, dirumah tangga kita
dan dimanapun.. Rugilah hidup cuma sekali tapi tidak menjadi contoh kebaikan.
Usahakan sekuat-kuatnya bila orang melihat diri kita pribadi maupun kelompok,
orang melihat keindahan Islam.
4.
Hikmat/Melayani
Inilah sesungguhnya rahasia kesuksesan sebuah majlis yang barokah. Dimana
setiap berkumpul selain membuat ingat kepada Allah, terus berkembang
kemampuannya dengan ilmu, menebarkan dakwahnya dengan contoh-contoh kebaikan
dan yg tidak kalah pentingnya dia melayani yang ada disekitarnya. Sepatutnya
jamaah mesjid itu seperti itu. Harusnya rumah tangga kita atau kelompok kita
adalah yang ingin melayani umat. Bila kita sebagai sales biasanya bila mau
keluar rumah berapa target yang harus didapat, berapa order yang harus masuk,
berapa barang yang harus saya jual, wah itu cenderung stress. Kalau kita
sebagai sales, tiap hari yang dikatakan berapa banyak orang yang berbahagia
dengan kedatangan kita, berapa banyak orang yang bisa saya tolong sepanjang
hari ini, berapa banyak orang yang bisa saya senangkan sepanjang hari ini.
Pikirannya adalah hikmat ke masyarakat.
Inilah sesungguhnya rahasia kesuksesan sebuah majlis yang barokah. Dimana
setiap berkumpul selain membuat ingat kepada Allah, terus berkembang
kemampuannya dengan ilmu, menebarkan dakwahnya dengan contoh-contoh kebaikan
dan yg tidak kalah pentingnya dia melayani yang ada disekitarnya. Sepatutnya
jamaah mesjid itu seperti itu. Harusnya rumah tangga kita atau kelompok kita
adalah yang ingin melayani umat. Bila kita sebagai sales biasanya bila mau
keluar rumah berapa target yang harus didapat, berapa order yang harus masuk,
berapa barang yang harus saya jual, wah itu cenderung stress. Kalau kita
sebagai sales, tiap hari yang dikatakan berapa banyak orang yang berbahagia
dengan kedatangan kita, berapa banyak orang yang bisa saya tolong sepanjang
hari ini, berapa banyak orang yang bisa saya senangkan sepanjang hari ini.
Pikirannya adalah hikmat ke masyarakat.
Apakah orang lain
tidak berterima kasih kita rugi, apakah kita tidak diberi
insentif kita rugi? Yang rugi itu tidak menolong orang lain. Rezeki itu tidak
harus satu jalur, memangnya rejeki itu kita yang ngatur? Suka-suka Allah.
insentif kita rugi? Yang rugi itu tidak menolong orang lain. Rezeki itu tidak
harus satu jalur, memangnya rejeki itu kita yang ngatur? Suka-suka Allah.
Ujian adalah cara
Allah mendidik kita. Jadi setiap kali kita
bermajlis/bertemu dalam skala apapun harus ada orang yang terlayani oleh
kita. Sekecil apapun layani. Makin melayani makin dicintai.
bermajlis/bertemu dalam skala apapun harus ada orang yang terlayani oleh
kita. Sekecil apapun layani. Makin melayani makin dicintai.
Nah saudara-saudara
sekalian....
Ayo cari uang yang banyak supaya makin banyak kita nolong orang, nyari ilmu
yang banyak supaya banyak ngajarin orang, latihan bela diri yang baik supaya
nanti kalau ada apa-apa bisa nolongin orang. Teruskan kembangkan semua
potensi kita nafkahkan di jalan Allah. Nggak usah rewel nggak usah banyak
omong, Allah lebih tahu kebutuhan kita dibanding kita sendiri. Indah hidup
ini bila mengingat Allah, sayang bila hidup ini dirusak hanya karena angkara
murka. Oleh karena itu 4 (empat) amalan ini akan menjadi amalan mesjid kita
bawa kerumah kita sehingga bisa jadi seperti rumah Allah, kita bawa ke
perusahaan kita supaya perusahaan kita seperti perusahaan milik Allah. Insya
Allah kalau negara kita seperti ini, barokah..!!
Ayo cari uang yang banyak supaya makin banyak kita nolong orang, nyari ilmu
yang banyak supaya banyak ngajarin orang, latihan bela diri yang baik supaya
nanti kalau ada apa-apa bisa nolongin orang. Teruskan kembangkan semua
potensi kita nafkahkan di jalan Allah. Nggak usah rewel nggak usah banyak
omong, Allah lebih tahu kebutuhan kita dibanding kita sendiri. Indah hidup
ini bila mengingat Allah, sayang bila hidup ini dirusak hanya karena angkara
murka. Oleh karena itu 4 (empat) amalan ini akan menjadi amalan mesjid kita
bawa kerumah kita sehingga bisa jadi seperti rumah Allah, kita bawa ke
perusahaan kita supaya perusahaan kita seperti perusahaan milik Allah. Insya
Allah kalau negara kita seperti ini, barokah..!!
------------------------------------------------------------------------------
Untuk berlangganan kirimkan e-mail kosong ke daarut-tauhiid-
subscribe@egroups.com
Untuk berhenti kirimkan e-mail kosong ke daarut-tauhiid-
unsubscribe@egroups.com
(Jangan lupa me-reply e-mail konfirmasi yang dikirimkan sistem)
Menuju Ahli Dzikir,
Ahli Fikir, dan Ahli
Ikhtiar
------------------------------------------------------------------------------
Your use of Yahoo! Groups is subject to http://docs.yahoo.com/info/terms/
------------------------------------------------------------------------------
Your use of Yahoo! Groups is subject to http://docs.yahoo.com/info/terms/
Senin, 05 September 2011
Keluarga Kunci Kesuksesan
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Seringkali kita dengar orang-orang yang membangun
karir bertahun-tahun akhirnya terpuruk oleh kelakuan keluarganya. Ada yang dimuliakan di kantornya tapi dilumuri aib oleh anak-anaknya sendiri, ada yang cemerlang karirnya di perusahaan tapi akhirnya pudar oleh perilaku istrinya dan anaknya. Ada juga yang populer di kalangan masyarakat tetapi tidak populer di hadapan keluarganya. Ada yang disegani dan dihormati di lingkungannya tapi oleh anak istrinya sendiri malah
dicaci, sehingga kita butuh sekali keseriusan untuk menata strategi yang tepat, guna meraih kesuksesan yang benar-benar hakiki. Jangan sampai kesuksesan kita semu. Merasa sukses padahal gagal, merasa mulia padahal hina, merasa terpuji padahal buruk, merasa cerdas padahal bodoh, ini tertipu!
Penyebab kegagalan seseorang diantaranya :
- Karena dia tidak pernah punya waktu yang memadai
untuk mengoreksi dirinya. Sebagian orang terlalu sibuk dengan kantor, urusan luar dari dirinya akibatnya dia kehilangan fondasi yang kokoh. Karena orang tidak bersungguh-sungguh menjadikan keluarga sebagai basis yang penting untuk kesuksesan.
- Sebagian orang hanya mengurus keluarga dengan sisa waktu, sisa pikiran, sisa tenaga, sisa perhatian, sisa perasaan, akibatnya seperti bom waktu. Walaupun uang banyak tetapi miskin hatinya. Walaupun kedudukan tinggi tapi rendah keadaan keluarganya.
Agar rumah kita menjadi sumber ketenangan, maka perlu diupayakan:
- Jadikan rumah kita sebagai rumah yang selalu dekat dengan Allah SWT, dimana di dalamnya penuh dengan aktivitas ibadah; sholat, tilawah qur'an dan terus menerus digunakan untuk memuliakan agama Allah, dengan kekuatan iman, ibadah dan amal sholeh yang baik, maka rumah tersebut dijamin akan menjadi sumber ketenangan.
- Seisi rumah Bapak, Ibu dan anak harus punya kesepakatan untuk mengelola perilakunya, sehingga bisa menahan diri agar anggota keluarga lainnya merasa aman dan tidak terancam tinggal di dalam rumah itu, harus ada kesepakatan diantara anggota keluarga bagaimana rumah itu tidak sampai menjadi sebuah neraka.
- Rumah kita harus menjadi "Rumah Ilmu" Bapak, Ibu dan anak setelah keluar rumah, lalu pulang membawa ilmu dan pengalaman dari luar, masuk kerumah berdiskusi dalam forum keluarga; saling bertukar pengalaman, saling memberi ilmu, saling melengkapi sehingga menjadi sinergi ilmu. Ketika keluar lagi dari rumah terjadi peningkatan kelimuan, wawasan dan cara berpikir akibat masukan yang dikumpulkan dari luar oleh semua anggota keluarga, di dalam rumah diolah, keluar rumah jadi makin lengkap.
- Rumah harus menjadi "Rumah pembersih diri" karena tidak ada orang yang paling aman mengoreksi diri kita tanpa resiko kecuali anggota keluarga kita. Kalau kita dikoreksi di luar resikonya terpermalukan, aib tersebarkan tapi kalau dikoreksi oleh istri, anak dan suami mereka masih bertalian darah, mereka akan menjadi pakaian satu sama lain.Oleh karena itu,barangsiapa yang ingin terus menjadi orang yang berkualitas, rumah harus kita sepakati menjadi rumah yang saling membersihkan seluruh anggota keluarga. Keluar banyak kesalahan dan kekurangan, masuk kerumah saling mengoreksi satu sama lain sehingga keluar dari rumah, kita bisa mengetahui kekurangan kita tanpa harus terluka dan tercoreng karena keluarga yang mengoreksinya.
- Rumah kita harus menjadi sentra kaderisasi sehingga Bapak-Ibu mencari nafkah, ilmu, pengalaman wawasan untuk memberikan yang terbaik kepada anak-anak kita sehingga kualitas anak atau orang lain yang berada dirumah kita, baik anak kandung, anak pungut atau orang yang bantu-bantu di rumah, siapa saja akan meningkatkan kualitasnya. Ketika kita mati, maka kita telah melahirkan generasi yang lebih baik. Tenaga, waktu dan pikiran kita pompa untuk melahirkan generasi-generasi yang lebih bermutu, kelak lahirlah kader-kader pemimpin yang lebih baik. Inilah sebuah rumah tangga yang tanggung jawabnya tidak hanya pada rumah tangganya tapi pada generasi sesudahnya serta bagi lingkungannya.
Karunia Hidayah
Siapapun di dunia ini hanya akan menjaga dengan sungguh-sungguh sesuatu yang dianggapnya berharga dan membuang sesuatu yang dianggapnya tidak berharga. Semakin bernilai dan semakin berharga suatu benda, maka akan lebih habis-habisan pula dijaganya.
Ada yang sibuk menjaga hartanya karena dia menganggap hartanyalah yang paling bernilai. Ada yang sibuk menjaga wajahnya agar awet muda, karena awet muda itulah yang dianggapnya paling bernilai. Ada juga yang mati-matian menjaga kedudukan dan jabatannya, karena kedudukan dan jabatan itulah yang dianggap membuatnya berharga.
Tapi ada pula orang yang mati-matian menjaga hidayah dan taufik dari-Nya karena dia yakin bahwa hidup tidak akan selamat mencapai akhirat kecuali dengan hidayah dan taufik dari ALLOH yang Mahaagung. Inilah sebenarnya harta benda paling mahal yang perlu kita jaga mati-matian. Betapa nikmat iman yang bersemayam di dalam kalbu melampaui apapun yang bernilai di dunia ini.
Karenanya, sudah sepantasnya dalam mencari apapun di dunia ini, kita tetap dalam rambu-rambu supaya hidayah itu tidak hilang. Misal, ketika mencari uang untuk nafkah keluarga, kita sibuk dengan berkuah peluh bermandi keringat mencarinya, tapi tetap berupaya dengan sekuat tenaga agar dalam mencari uang ini hidayah sebagai sebuah barang berharga tidak hilang dan taufik tidak sampai sirna.
Begitupula ketika menuntut ilmu, kita kejar ilmu setinggi-tingginya tetapi tetap dalam rambu-rambu supaya hidayah tidak sampai sirna. Bahkan seharusnya acara mencari nafkah, mencari ilmu, atau mencari dunia bisa lebih mendekatkan dengan sumber hidayah dari ALLOH SWT.
Ada sebuah doa yang ALLOH SWT ajarkan kepada kita melalui firman-Nya, "Robbanaa, laa tuziquluu banaa ba’da ijhhadaitana wahablana milladunkarahmatan innaka antal wahhaab…" (Q.S. Ali Imran [3]: 8). (Ya Tuhan kami, jangan jadikan hati ini condong kepada kesesatan sesudah engkau beri petunjuk, dan karuniakan kepada kami rahmat dari sisimu, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi Karunia).
Demikianlah ALLOH Azza wa Jalla, Dzat Maha Pemberi Karunia Hidayah, mengajarkan kepada kita agar senantiasa bermohon kepada-Nya sehingga selalu tertuntun dengan cahaya hidayah dari-Nya. Tidak bisa tidak, doa inilah yang harus senantiasa kita panjatkan di malam-malam hening kita, di setiap getar-getar doa yang meluncur dari bibir kita.
***
Suatu waktu ada seorang wanita yang belum beberapa lama masuk Islam (muallaf). Dan ternyata keluarganya tidak bisa menerima kenyataan ini, sehingga ibunya mengusirnya dari rumah. Kejadiannya ketika menjelang jam lima sore telepon berdering, suara diujung sana bicara dengan terbata-bata, "Aa, aa tolong a tolong…!" Belum selesai bicara hubungan telepon terputus. Dari nadanya kelihatan darurat, sehingga jelas-jelas si penelpon sedang dalam kondisi membutuhkan bantuan. Sayangnya tidak diketahui dimana menelponnya? Keadaannya bagaimana? Cuma yang diketahui pasti adalah ALLOH Maha Melihat, Maha Menyaksikan segala kejadian, dan Mahakokoh dalam melindungi siapapun. Tidak akan terjadi musibah, "illabiidznillah" tanpa ijin ALLOH, dan tidak akan teraniaya kecuali dengan ijin ALLOH pula.
Usai hubungan telepon terputus, saya berpikir apa yang bisa dilakukan!? Karena yang terbayang di benak saat itu adalah justru si anak dianiaya, teleponnya direbut atau kabelnya diputuskan. Terbayang pula andai si anak ini dipaksa kembali ke agama semula oleh orang tuanya atau minimal dianiaya. Tapi sejenak kemudian ingat pula akan Kemahakuasaan ALLOH bahwa hanya dengan karunia-Nya saja hidayah bisa sampai kepada si anak itu. Betapapun orang memaksa untuk melepas hidayah keyakinan di jalan-Nya, tapi kalau ALLOH Azza wa Jalla, Dzat yang Mahakuasa telah menghunjamkan dalam-dalam hidayah itu di kalbunya, kita lihat bagaimana Bilal bin Rabbah, sahabat Rasulullah SAW yang mulia, dijemur diterik matahari, dibawahnya beralas pasir membara, badan pun dihimpit batu yang berat, tapi bibirnya yang mulia tetap mengucapkan, "ALLOH, ALLOH, ALLOH".
Demikianlah jikalau ALLOH telah menghunjamkan karunia hidayahnya, tidak ada seorangpun yang bisa melepaskannya. Begitupun dengan si anak dalam kejadian ini, setelah teleponnya diputus oleh ibunya, ternyata benar ia dianiaya, dijambak, dan dirobek-robek jilbabnya. Hanya kemudian dengan ijin ALLOH, dia dapat kembali menutup auratnya dan dengan hati pilu si anak pun ikut bersama bibinya. Hanya ALLOH-lah yang melepaskan dari setiap kesempitan.
Mudah-mudahan kejadian diatas dapat menambah keyakinan akan kokohnya perlindungan ALLOH Azza wa Jalla. Betapapun tidak ada yang menolong, yakinlah bahwa ALLOH-lah satu-satunya penolong. Begitupun ketika ada yang menganiaya, maka si penganiaya pun adalah makhluk dalam genggaman ALLOH. Tidak ada satupun ayunan dan pukulan tangan, atau bahkan tendangan kakinya, kecuali tenaganya karunia dari ALLOH. Tidak ada satupun darah yang menetes, kecuali dengan ijin ALLOH.
Karenanya mudah-mudahan saja apa yang menimpa si anak dalam peristiwa diatas adalah salah satu cara bagaimana ALLOH menanamkan keyakinan kepadanya. Karenanya walaupun tidak ada yang menolong, yakinlah bahwa ALLOH-lah yang Mahakuasa memberikan pertolongan. Memang, terkadang kita ditingkatkan keyakinan, dinaikan peringkat kedudukan disisi ALLOH, salah satunya dengan diuji dengan bala dan kesempitan terlebih dulu.
***
ALLOH SWT dalam hal ini berfirman, "Dan orang yang dipimpin ALLOH, maka tiadalah orang yang akan menyesatkannya" (Q.S. Az Zumar [39]:37).
"Dan siapa yang disesatkan oleh ALLOH, maka tidak ada yang dapat menujukinya" (Q.S. Ar Ra’du [13]:33).
"Siapa yang diberi petunjuk (hidayah) oleh ALLOH maka ialah yang mendapat petunjuk hidayah, dan siapa yang disesatkan oleh ALLOH, maka tidak akan engkau dapatkan pelindung atau pemimpin untuknya" (Q.S. .
"Sesungguhnya ALLOH membiarkan sesat siapa yang dikehendaki-Nya dan dipimpin-Nya siapa yang dikehendaki-Nya." (Q.S. Al Fathir [35]: 8).
Imam Ibnu Athoillah dalam kitabnya yang terkenal Al Hikam memaparkan, "Nur (cahaya-cahaya) iman, keyakinan, dan zikir adalah kendaraan yang dapat mengantarkan hati manusia ke hadirat ALLOH serta menerima segala rahasia daripada-Nya.
Nur (cahaya terang) itu sebagai tentara yang membantu hati, sebagaimana gelap itu tentara yang membantu hawa nafsu. Maka apabila ALLOH akan menolong seorang hamba-Nya, dibantu dengan tentara nur Illahi dan dihentikan bantuan kegelapan dan kepalsuan"
Nur cahaya terang berupa tauhiid, iman dan keyakinan itu sebagai tentara pembela pembantu hati, sebaliknya kegelapan, syirik, dan ragu itu sebagai tentara pembantu hawa nafsu, sedang perang yang terjadi antara keduanya tidak kunjung berhenti, dan selalu menang dan kalah.
Lebih lanjut beliau berujar, "Nur itulah yang menerangi (membuka) dan bashirah (matahati) itulah yang menentukan hukum, dan hati yang melaksanakan atau meninggalkan nur itulah yang menerangi baik dan buruk, lalu dengan matahatinya ditetapkan hukum, dan setelah itu maka matahatinya yang melaksanakan atau menggagalkannya." Semoga ALLOH Azza wa Jalla mengaruniakan kepada kita penuntun yang membawa cahaya hidayah sehingga menjadi terang jalan hidup ini, subhanallah. ***
Jalin Kebersamaan
Saudara-saudaraku warga Bandung yang budiman, sudah kita saksikan dan kita rasakan bersama betapa tindakan-tindakan yang tidak bijaksana, bahkan anarkis (membuat kerusakan) selain tidak menyelesaikan masalah, yang terjadi malah menambah masalah. Betapa tindakan-tindakan yang membuat kerusakan dimana pun dan kapan pun ternyata mengakibatkan beragam masalah yang tiba-tiba muncul, secara diduga atau tidak. Diantara akibat yang dapat kita amati dari kejadian aksi anarkis yang terjadi di kota tercinta ini adalah :
Pertama, nama baik warga kota tercinta ini menjadi tercoreng. Betapa seluruh warga merasakan aib dan malu yang tentu tidak begitu saja untuk melupakannya. Lebih dari itu, tidak begitu mudah pula bagi kita untuk mengembalikan citra kota tercinta ini sebagai kota yang aman, tenteram, damai, dan berperilaku mulia.
Kedua, bagi saudara-saudara kita yang khilaf melakukan perusakan dalam aksi yang sepatutnya kita hormati bersama ini, maka justru institusi buruh yang diatasnamakannya, kini harus menanggung citra yang kurang bagus. Sebagian masyarakat merasa kurang berkenan dengan aksi-aksi yang membuat kerusakan seperti ini, walaupun sangat mungkin kejadian ini bagian dari ulah provokator, yang memang sedang mencari-cari kesempatan untuk memperkeruh keadaan kota kita ini. Apalagi untuk mengembalikan citra sebagai kota yang cinta kedamaian ini pun butuh waktu yang lama dan perjuangan keras.
Ketiga, timbul keresahan di masyarakat. Kejadian ini memunculkan pula suasana masyarakat yang kurang nyaman. Aktivitas kehidupan sehari-hari terganggu, kepentingan umat terabaikan, dan bahkan mengakibatkan warga yang membutuhkan pelayanan kesehatan darurat pun tidak terlayani. Begitulah yang dapat kita amati dari kejadian yang menimpa kota tercinta ini.
Saudara-saudaraku warga Bandung sekalian, kejadian ini sudah semestinya menjadi pelajaran bagi kita semua. Dan diantara yang bisa kita ambil hikmahnya adalah kita harus punya tekad yang sama untuk membangun kebersamaan di kota tercinta ini. Jangan biarkan kekerasan menjadi solusi dari permasalahan yang ada.
Lebih dari itu masalah yang sedang menimpa kita semua adalah bagian dari karunia Allah SWT yang dapat membuat kita menjadi lebih maju, lebih beradab, dan lebih kuat dalam menghadapi masa yang akan datang, sepanjang kita menyikapinya dengan cara yang benar. Bagi orang yang imannya kokoh tidak pernah ada kejadian yang merugikan. Diberi nikmat kita bersyukur, syukur itulah kebaikan. Diberi ujian kita bersabar, sabar itu pun kebaikan. Kerugian hanyalah milik orang-orang yang tidak punya keyakinan yang kokoh dan tidak punya akhlak yang mulia.
Oleh karenanya, dalam kondisi bangsa yang kurang kondusif ini, ada beberapa hal yang dapat kita lakukan :
Marilah kita budayakan hidup bersahaja. Karena hidup bermewah-mewah, hidup glamour, hidup senang kepada yang bermerek, hidup menjadi korban mode, adalah hidup dengan biaya yang sangat tinggi. Hidup bersahaja terbukti membuat hidup ini lebih indah, lebih murah, dan lebih terhormat. Apalagi dalam hidup keseharian kita pun, kita akan lebih suka dan terpesona kepada orang yang gaya hidupnya bersahaja dibanding dengan orang yang menyiksa diri dengan menjadi korban mode, menjadi korban zaman, menjadi korban sesuatu yang tidak bernilai dalam pandangan Allah SWT.
Marilah kita budayakan total hemat. Aktivitas apapun yang mampu kita hemat, tanpa mengurangi produktivitas, ada baiknya jika kita lakukan penghematan. Yang namanya rejeki tidak harus dari yang tidak ada, tapi dari yang ada kita hemat sekuat kemampuan, maka itu pun menjadi rejeki karunia-Nya. Mulai sekarang biasakanlah kita untuk menghemat listrik, air, minyak, bensin, ongkos, jajan, atau apa saja yang bisa kita hemat. Lihatlah, kalau kita melakukan penghematan ini, sepertinya kita akan kaget, karena walaupun dari satu sisi rejeki kita hanya sedikit tapi kalau yang kecil-kecil kita hemat dan gabungkan maka akan menjadi sebuah bekal yang lebih dari memadai.
Marilah kita biasakan hidup terencana dengan baik. Jangan melakukan apapun tanpa direncanakan terlebih dahulu. Kita tahu rumusnya, "gagal dalam merencanakan sama dengan merencanakan kegagalan". Bayangkan saja jikalau kita berangkat ke suatu tempat tanpa peraencanaan yang matang, maka kita hanya akan buang-buang waktu, buang-buang tenaga, dan buang-buang biaya saja. Begitu pun dalam mengeluarkan anggaran kehidupan ini, biasakanlah kita menjadi warga yang selalu merencanakan apapun yang akan kita lakukan. Insya Allah kita akan hemat waktu, hemat biaya, hemat pikiran, dan lebih dari itu, dekat dengan kesuksesan.
Mrailah kita budayakan untuk selalu berhati-hati, berperhitungan, dan tidak ceroboh. Kita tahu betapa banyak biaya yang keluar karena kecerobohan diri kita. Kelalaian dalam berwirausaha, misalnya, akan membuat kita tertipu, kelalaian menjaga diri akan membuat kita celaka. Setiap kecerobohan ternyata akan selalu menguras biaya yang tinggi. Orang yang hidupnya selalu berhati-hati akan selalu meminimalisir resiko, yang berarti meminimalisir pula kebutuhan-kebutuhan dan biaya yang akan keluar jikalau kita ceroboh.
Allah Mahatahu kebutuhan kita lebih dari kita sendiri. Sesulit apapun keadaan, rejeki kita tetap ada. Hanya saja kita harus lebih kreatif dan sungguh-sungguh. Karenanya, marilah kita bersunguh-sungguh berikhtiar secara lahir, juga ikhtiar batin dengan memperkuat ibadah kita. Diantaranya dengan shalat tepat pada waktunya, setiap malam kita bertahajud, Senin – Kamis kita shaum, tiap hari kita upayakan membaca Al-Qur’an, dan juga tiap hari kita usahakan untuk bersedekah walaupun dalam keadan terbatas. Insya Allah dengan kekuatan fisik, kekuatan pikir, dan kekuatan batin, maka semoga ujian yang menimpa kita semua ini malah akan meningkatkan kualitas diri kita sehingga kita bisa menyongsong masa depan yang lebih baik, lebih barokah, dan lebih sukses dunia maupun akhirat.
Selamat berjuang saudara-saudaraku.***
Indahnya Hidup Bersahaja
Bismillahirrohmaanirrohiim,
Saudara-saudaraku Sekalian,
Kita tidak perlu bercita-cita membangun kota Jakarta, lebih baik kita bercita-cita tiap orang bisa membangun dirinya sendiri. Paling minimal punya daya tahan pribadi terlebih dahulu. Karenanya sebelum ia memperbaiki keluarga dan lingkungannya minimal dia mengetahui kekurangan dirinya. Jangan sampai kita tidak mengetahui kekurangan sendiri. Jangan sampai kita bersembunyi dibalik jas, dasi dan merk. Jangan sampai kita tidak mempunyai diri kita sendiri. Jadi target awal dari pertemuan kita adalah membuat kita berani jujur kepada diri sendiri. Mengapa demikian? Sebab seorang bapak tidak bisa memperbaiki keluarganya, kalau ia tidak bisa memperbaiki dirinya sendiri. Jangan mengharap memperbaiki keluarga kalau memperbaiki diri sendiri saja tidak bisa. Bagaimana berani memperbaiki diri, jika tidak mengetahui apa yang mesti diperbaiki.
Kita harus mengawali segalanya dengan egois dahulu, sebab kita tidak bisa memperbaiki orang lain kalau diri sendiri saja tidak terperbaiki. Seorang ustad akan terkesan omong kosong, jika ia berbicara tentang orang lain agar memperbaiki diri sedang ia sendiri tidak benar. Dalam bahasa Al-Qur’an, "Sangat besar kemurkaan Allah terhadap orang berkata yang tidak diperbuatnya".
Mudah-mudahan seorang ibu yang tersentuh mulai mengajak suaminya. Seorang anak mengajak orang tuanya, di kantor seorang bos yang berusaha memperbaiki diri diperhatikan oleh bawahannya dan membuat mereka tersentuh. Seorang kakek dilihat oleh cucunya kemudian tersentuh. Mudah-mudahan dengan kegigihan memperbaiki diri nantinya daya tahan rumah mulai membaik. Kalau sudah daya tahan rumah membaik insyaAllah, kita bisa berbuat banyak untuk bangsa kita ini. Mudah-mudahan nanti setiap rumah tangga visinya tentang hidup ini menjadi baik.
Tahap selanjutnya adalah mau dibawa kemana rumah tangga kita ini, apakah mau bermewah-mewahan, mau pamer bangunan dan kendaraan atau rumah tangga kita ini adalah rumah tangga yang punya kepribadian yang nantinya akan menjadi nyaman. Jangan sampai rumah tangga kita ini menjadi rumah tangga yang hubuddunya, karena semua penyakit akarnya dari cinta dunia ini. Orang sekarang menyebutnya materialistis. Bangsa ini roboh karena pecinta dunianya terlalu banyak. Acara tv membuat kita menjadi yakin bahwa dunia ini alat ukurnya adalah materi. Pelan tapi pasti kita harus mulai mengatakan dunia ini tidak ada apa-apanya. Di dunia ini kita hanya mampir. Dengan konsep yang kita kenal yaitu rumus ‘tukang parkir’. Yang tadinya bangga dengan merk menjadi malu dengan topeng yang dikenakannya. Nanti pelan-pelan akan menjadi begitu.
Bukannya kita harus hidup miskin. Nanti akan terjadi suasana di rumah tidak goyah, lebih sabar, melihat dunia menjadi tidak ada apa-apanya dan tidak sombong. Lihat kembali rumus ‘tukang parkir’, ia punya mobil tidak sombong, mobilnya ganti-ganti tidak takabur, diambil satu persatu sampai habis tidak sakit hati. Mengapa ? karena tukang parkir tidak merasa memiliki hanya tertitipi.
Ketika melihat orang kaya biasa saja karena sama saja cuma menumpang di dunia ini jadi tidak menjilat, kepada atasan tidak minder, suasana kantor yang iri dan dengki jadi minimal.
Saudara-saudaraku Sekalian,
Jadi visi kita terhadap dunia ini akan berbeda. Kita tidak bergantung lagi kepada dunia, tidak tamak, tidak licik, tidak serakah. Hidup akan bersahaja dan proporsional. Sekarang kita sedang krisis, masa ini dapat menjadi
momentum karena dengan krisis harga-harga naik, kecemasan orang meningkat, ini kesempatan kita buat berdakwah. Mau naik berapa saja harganya tidak apa-apa yang penting terbeli. Jika tidak terjangkau jangan beli, yang penting adalah kebutuhan standar tercukupi. Orang yang sengsara bukan tidak cukup tetapi karena kebutuhannya melampaui batas. Padahal Allah menciptakan kita lengkap dengan rezekinya. Mulai dari buyut kita yang lahir ke dunia tidak punya
apa-apa sampai akhir hayatnya masih makan dan dapat tempat berteduh terus. Orang tua kita lahir tidak membawa apa-apa sampai saat ini masih makan terus, berpakaian, dan berteduh. Begitu pula kita sampai hari ini. Hanya saja disaat krisis begini kita harus lebih kreatif. Mustahil Allah menciptakan manusia tanpa rezekinya kita akan bingung menghadapi hidup. Semua orang sudah ada rezekinya. Dan barangsiapa yang hatinya akrab dengan Allah dan
yakin segala sesuatu milik Allah, tiada yang punya selain Allah, kita milik Allah. Kita hanya mahluk dan yang membagi, menahan dan mengambil rezeki adalah Allah. Orang yang yakin seperti itu akan dicukupi oleh Allah.
Jadi kecukupan kita bukan banyak uang, tetapi kecukupan kita itu bergantung dengan keyakinan kita terhadap Allah dan berbanding lurus dengan tingkat tawakal. Allah berjanji "Aku adalah sesuai dengan prasangka hamba-Ku". Jadi jangan panik. Allah penguasa semesta alam. Ini kesempatan buat kita untuk mengevaluasi pola hidup kita. Yang membuat kita terjamin adalah ketawakalan. Jadi yang namanya musibah bukan kehilangan uang, bukan kena penyakit, musibah itu adalah hilangnya iman. Dan orang yang cacat adalah yang tidak punya iman, ia gagal dalam hidup karena tidak mengerti mau kemana.
Jadi kita tidak punya alasan untuk panik. Krisis seperti ini ada diman-mana, kita harus kemas agar berguna bagi kita. Kita tidak bisa mengharapkan yang terbaik terjadi pada diri kita, tapi kita bisa kemas agar menjadi yang terbaik bagi diri kita. Kita tidak bisa mengharapkan orang menghormati kita, tapi kita bisa membuat penghinaan orang menjadi yang terbaik bagi diri kita.
Hal pertama yang harus kita jadikan rahasia kecukupan kita adalah ketawakalan kita dan kedua adalah prasangka baik kepada Allah, yang ketiga adalah Lainsakartum laadziddanakum,"Barangsiapa yang pandai mensyukuri nikmat yang ada", Allah akan membuka nikmat lainnya. Jadi jangan takut dengan belum ada, karena yang belum ada itu mesti ada kalau pandai mensyukuri yang telah ada. Jadi dari pada kita sibuk memikirkan harga barang yang naik lebih baik memikirkan bagaimana mensyukuri yang ada. Karena dengan mensyukuri nikmat yang ada akan menarik nikmat yang lainnya. Jadi nikmat itu sudah tersedia. Jangan berpikir nikmat itu uang. Uang bisa jadi fitnah. Ada orang yang dititipi uang oleh Allah malah bisa sengsara, karena ia jadi mudah berbuat maksiat. Yang namanya nikmat itu adalah sesuatu yang dapat membuat kita dekat dengan Allah. Jadi jangan takut soal besok/lusa, takutlah jika yang ada tidak kita syukuri.
Satu contoh hal yang disebut kurang syukur dalam hidup itu adalah kalau hidup kita itu Ishro yaitu berlebihan, boros, dan bermewah-mewahan. Hati-hati yang suka hidup mewah, yang senang kepada merk itu adalah kufur nikmat. Mengapa? Karena setiap Allah memberi uang itu ada hitungannya. Mereka yang terbiasa glamour, hidup mewah, yang senang kepada merk termasuk yang akan menderita karena hidupnya akan biaya tinggi. Pasti merk itu akan berubah-ubah tidak akan terus sama dalam dua puluh tahun. Harus siap-siap menderita karena akan mengeluarkan uang banyak utnuk mengejar kemewahannya, untuk menjaganya dan untuk perawatannya. Dia juga akan disiksa oleh kotor hati yaitu riya'. Makin mahal tingkat pamernya makin tinggi. Dan pamer itu membutuhkan pikiran lebih, lelah dan tegang karena rampok akan berminat. Inginnya diperlihatkan tapi takut dirampok jadinya pening. Makin tinggi keinginan pamer makin orang lain menjadi iri/dengki. Pokoknya kalau kita terbiasa hidup mewah resikonya tinggi. Ketentraman tidak terasa. Hal yang bagus itu adalah yang disebut syukur yaitu hidup bersahaja atau proporsional. Kalau Amirul Mukminin hidupnya sangat sederhana, kalau seperti kita ini hidup bersahaja saja, biaya dan perawatan akan murah.
Kalau kita terbiasa hidup bersahaja peluang riyanya kecil. Tidak ada yang perlu dipamerkan. Bersahaja tidak membuat orang iri. Dan anehnya orang yang bersahaja itu punya daya pikat tersendiri. Pejabat yang bersahaja akan menjadi pembicaraan yang baik. Artis yang sholeh dan bersahaja selalu bikin decak kagum. Ulama yang bersahaja itu juga membuat simpati. Juga harus hati-hati kita sudah capai-capai hidup glamor belum tentu dipuji bahkan saat sekarang ini akan dicurigai.Yang paling penting sekarang ini kita nikmati budaya syukur dengan hidup proporsional. Jangan capai dengan gengsi, hal itu akan membuat kita
binasa. Miliki kekayaan pada pribadi kita bukan pada topeng kita. Percayalah rekan-rekan sekalian kita akan menikmati hidup ini jika kita hidup proporsional.
Nabi Muhammad SAW tidak memiliki singgasana, istana bahkan tanda jasa sekalipun hanya memakai surban Tetapi tidak berkurang kemuliaanya sedikitpun sampai sekarang. Ada orang kaya dapat mempergunakan kekayaannya. Dia bisa beruntung jika ia rendah hati dan dermawan. Tapi ia bisa menjadi hina gara-gara pelit dan sombong. Ada orang sederhana ingin kelihatan kaya inilah yang akan menderita. Segala sesuatu dikenakan, segalanya dicicil, dikredit. Ada juga orang sederhana tapi dia menjadi mulai karena tidak meminta-minta, jadi terjaga harga dirinya. Dan ada orang yang mampu dan ia menahan dirinya ini akan menjadi mulia.
Mulai sekarang tidak perlu tergiur untuk membeli yang mahal-mahal, yang bermerk. Supermarket, mal dan sebagainya itu sebenarnya tidak menjual barang-barang primer. Allah Maha Menyaksikan. Apa yang dianjurkan Islam adalah jangan sampai mubadzir. Rasul SAW itu kalau makan sampai nasi yang terakhir juga dimakan, karena siapa tahu disitulah barokahnya. Kalau kita ke undangan pesta jangan mengambil makanan berlebihan. Ini sangat tidak islami. Memang kita enak saja rasanya tapi demi Allah itu pasti dituntut oleh Allah. Dan itu mempengaruhi struktur rezeki kita, karena kita sudah kufur nikmat. Kita harus bisa mempertanggungjawabkan setiap perbuatan kita karena tidak ada yang kecil dimata Allah. Tidak ada pemborosan karena semua dihitung oleh Allah.
Contohnya mandi, kalau bisa bersih dengan lima sampai tujuh gayung tapi mengapa harus dua puluh gayung. Kita mampu beli air tetapi bukan untuk boros. Ini penting kalau ingin barokah rezekinya, hematlah kuncinya. Kalau merokok biaya yang kita keluarkan adalah besar hanya untuk membuang asap dari mulut kita. Jangan cari alasan. Seharusnya sudah saatnya berhenti merokok. Cobalah ingat ini uang milik Allah. Kemudian sabun mandi, jangan memakai sesuka kita,
takarlah atau kalau perlu pakai sabun batangan. Kenapa kalau kita bisa hemat tidak kita lakukan. Uang penghematan kita bisa gunakan untuk sedekah atau menolong orang yang lebih membutuhkan. Sedekah itu tidak akan mengurangi harta kita kecuali bertambah dan bertambah.
Ini pelajaran supaya hidup kita dijamin oleh Allah. Kita tidak bisa terjamin oleh harta/tabungan, kalau Allah ingin membuat penyakit seharga dua kali tabungan kita sangat gampang bagi Allah. Tidak ada yang dapat menjamin kita kecuali Allah oleh karena itu jangan merasa aman dengan punya tabungan, tanah, dan warisan. Dengan gampang Allah dapat mengambil itu semua tanpa terhalang. Aman itu justru kalau kita bisa dekat dengan Allah. Mati-matian kita jaga kesehatan, kalau Allah inginkan lain gampang saja. Semua harta tidak bisa kita nikmati, tetapi kalau Allah melindungi kita Insya Allah. Marilah hidup hemat, tetapi hemat bukan berarti pelit. Proporsional atau adil adalah puncak dari ahlak Contohnya HP, kalau tidak terlalu perlu jual saja lagi. Janganlah dimiliki kalau hanya untuk gaya saja. Penghematan akan mengundang barokah inilah yang disebut syukur nikmat. Tujuan bukan mencari uangnya tetapi mempertanggung jawabkan setiap rupiah yang Allah titipkan.
Hal lain yang membuat barokah adalah jika kita dapat mendayagunakan semua barang-barang kita. Di gudang kita pasti banyak barang yang tidak kita pakai tetapi sayang untuk dibuang. Coba lihat lemari pakaian kita banyak baju-baju lama, begitu juga sepatu-sepatu lama kita. Keluarkanlah barang-barang yang tidak berharga tersebut. Misalkan dirumah kita ada panci yang sudah rongsokan,
jika kita keluarkan ternyata merupakan panci idaman bagi orang lain. Di rumah kita tidak terpakai tetapi jika dipakai orang lain dengan kelapangannya dan mengeluarkan doa bisa jadi itulah yang membuat kita terjamin. Kalau kita ikhlas, demi Allah itu lebih menjamin rezeki kita daripada tidak terpakai di rumah. Setiap barang-barang yang tidak bermanfaat tetapi bermanfaat bagi orang lain itulah pengundang rezeki kita. Bersihkan rumah kita dari barang-barang yang tidak berguna. Lebih baik rusak digunakan orang lain daripada rusak dibiarkan di rumah, itu akan barokah rezekinya.
Ini kalau kita ingin terjamin, namanya teori barokah. Kita tidak akan terjamin dengan teori ekonomi manapun. Sudah berapa banyak sarjana ekonomi yang dihasilkan oleh universitas di negeri ini tetapi Indonesia masih saja babak belur.
Rumusnya pertama adalah bersahaja, kedua adalah total hemat, ketiga adalah keluarkan yang tidak bermanfaat, yang keempat adalah setiap kita mengeluarkan uang harus menolong orang lain atau manfaat. Kalau mau belanja niatkan jangan hanya mencari barang tetapi juga menolong orang. Belilah barang di warung pengusaha kecil yang dapat menolong omzetnya. Hati-hati dengan menawar, pilihannya kalau itu merupakan hal yang adil. Jangan bangga kalau kita berhasil menawar. Nabi Muhammad SAW bahkan kalau beli barang dilebihkan uangnya dari harga barang yang sebenarnya. Tidak akan berkurang harta dengan menolong orang. Jangan memilih barang-barang yang bagus semua pilihlah yang jeleknya sebagian. Kita itu untung jika membuat sebanyak mungkin orang lain untung. Jangan jadi bangga ketika kita sendiri untung orang lain tidak.
Jika kita jadi pengusaha, kita jadi kaya ketika karyawannya diperas tenaganya, gajinya hanya pas buat makan, sedang kita berfoya-foya, demi Allah kita akan rugi. Pengusaha Islam sejati tidak akan berfoya-foya, ia akan menikmati karyawannya sejahtera. Sehingga tidak timbul iri, yang ada adalah cinta. Cinta membuat kinerja lebih bagus, perusahaan lebih sehat. Kalau kapitalis, pengusahanya bermewah-mewah ketika bawahannya menderita. Jadi timbul dendam dan iri setiap ada kesempatan akan marah seperti yang terjadi di Bandung kemarin. Tetapi kalau kita senang mensejahterakan mereka, anaknya kita sekolahkan. Dia merasa puas dan itulah namanya keuntungan.
Jadi mulai sekarang setiap membelanjakan uang harus menolong orang, membangun ekonomi umat. Jadi setiap keluar harus multi manfaat bukan hanya dapat barang. Dengan membeli barang di warung kecil mungkin uangnya untuk menyekolahkan anaknya, membeli sejadah, membeli mukena, Subhanallah.
Saudara-saudaraku Sekalian,
Jadi krisis seperti ini akan berdampak positif kalau kita bisa mengemasnya dengan baik. Nantinya ketika strategi rumah kita sudah bersahaja, kehidupan kita jadi efisien, anak-anak terbiasa hidup hemat, kita di rumah tidak mempunyai beban dengan banyaknya barang. Barang yang ada di rumah harus ada nilai tambahnya,
bukan biaya tambah. Setiap blender harus ada nilai produktifnya misalnya untuk membuat jus kemudian dijual, pasti barokah. Bukannya membuat biaya tambah karena harus diurus, dirawat dan membutuhkan pengamanan, barang yang seperti ini tidak boleh ada di rumah kita. Rezeki kita pasti ada tinggal kita kreatif
saja. Tidak perlu panik Allah Maha Kaya.
Sebagai amalan lainnya, dalam situasi sesulit apapun tetaplah menolong orang lain karena setiap kita menolong orang lain kita pasti ditolong oleh Allah. Jika makin pahit, makin getir harus makin produktif bagi orang lain. Baik sukses maupun tidak tetap lakukan dimanapun kita berada. Ketika kita sedang berjalan kaki, kemudian ada mobil yang hendak parkir bisa kita beri aba-aba. Ketika kita menyetir mobil ada yang mau menyebrang, dahulukan saja, kita tidak tahu apa yang akan menimpa kita esok hari. Ketika kita sedang mengantri ada orang yang memotong, berhentilah sebentar, dengan mengalah berhenti barang lima menit tetapi membuat banyak orang bahagia.
Jadi insya Allah kalau hati kita sudah berbenah baik, krisis ini akan lebih membuat hidup kita lurus. Hidup ini tidak akan kemana-mana kecuali menunggu mati. Latihlah supaya kita sadar bahwa kita pasti mati tidak membawa apa-apa. Kita hanya mampir sebentar di dunia ini.
Alhamdulilahirobil’alamin
Saudara-saudaraku Sekalian,
Kita tidak perlu bercita-cita membangun kota Jakarta, lebih baik kita bercita-cita tiap orang bisa membangun dirinya sendiri. Paling minimal punya daya tahan pribadi terlebih dahulu. Karenanya sebelum ia memperbaiki keluarga dan lingkungannya minimal dia mengetahui kekurangan dirinya. Jangan sampai kita tidak mengetahui kekurangan sendiri. Jangan sampai kita bersembunyi dibalik jas, dasi dan merk. Jangan sampai kita tidak mempunyai diri kita sendiri. Jadi target awal dari pertemuan kita adalah membuat kita berani jujur kepada diri sendiri. Mengapa demikian? Sebab seorang bapak tidak bisa memperbaiki keluarganya, kalau ia tidak bisa memperbaiki dirinya sendiri. Jangan mengharap memperbaiki keluarga kalau memperbaiki diri sendiri saja tidak bisa. Bagaimana berani memperbaiki diri, jika tidak mengetahui apa yang mesti diperbaiki.
Kita harus mengawali segalanya dengan egois dahulu, sebab kita tidak bisa memperbaiki orang lain kalau diri sendiri saja tidak terperbaiki. Seorang ustad akan terkesan omong kosong, jika ia berbicara tentang orang lain agar memperbaiki diri sedang ia sendiri tidak benar. Dalam bahasa Al-Qur’an, "Sangat besar kemurkaan Allah terhadap orang berkata yang tidak diperbuatnya".
Mudah-mudahan seorang ibu yang tersentuh mulai mengajak suaminya. Seorang anak mengajak orang tuanya, di kantor seorang bos yang berusaha memperbaiki diri diperhatikan oleh bawahannya dan membuat mereka tersentuh. Seorang kakek dilihat oleh cucunya kemudian tersentuh. Mudah-mudahan dengan kegigihan memperbaiki diri nantinya daya tahan rumah mulai membaik. Kalau sudah daya tahan rumah membaik insyaAllah, kita bisa berbuat banyak untuk bangsa kita ini. Mudah-mudahan nanti setiap rumah tangga visinya tentang hidup ini menjadi baik.
Tahap selanjutnya adalah mau dibawa kemana rumah tangga kita ini, apakah mau bermewah-mewahan, mau pamer bangunan dan kendaraan atau rumah tangga kita ini adalah rumah tangga yang punya kepribadian yang nantinya akan menjadi nyaman. Jangan sampai rumah tangga kita ini menjadi rumah tangga yang hubuddunya, karena semua penyakit akarnya dari cinta dunia ini. Orang sekarang menyebutnya materialistis. Bangsa ini roboh karena pecinta dunianya terlalu banyak. Acara tv membuat kita menjadi yakin bahwa dunia ini alat ukurnya adalah materi. Pelan tapi pasti kita harus mulai mengatakan dunia ini tidak ada apa-apanya. Di dunia ini kita hanya mampir. Dengan konsep yang kita kenal yaitu rumus ‘tukang parkir’. Yang tadinya bangga dengan merk menjadi malu dengan topeng yang dikenakannya. Nanti pelan-pelan akan menjadi begitu.
Bukannya kita harus hidup miskin. Nanti akan terjadi suasana di rumah tidak goyah, lebih sabar, melihat dunia menjadi tidak ada apa-apanya dan tidak sombong. Lihat kembali rumus ‘tukang parkir’, ia punya mobil tidak sombong, mobilnya ganti-ganti tidak takabur, diambil satu persatu sampai habis tidak sakit hati. Mengapa ? karena tukang parkir tidak merasa memiliki hanya tertitipi.
Ketika melihat orang kaya biasa saja karena sama saja cuma menumpang di dunia ini jadi tidak menjilat, kepada atasan tidak minder, suasana kantor yang iri dan dengki jadi minimal.
Saudara-saudaraku Sekalian,
Jadi visi kita terhadap dunia ini akan berbeda. Kita tidak bergantung lagi kepada dunia, tidak tamak, tidak licik, tidak serakah. Hidup akan bersahaja dan proporsional. Sekarang kita sedang krisis, masa ini dapat menjadi
momentum karena dengan krisis harga-harga naik, kecemasan orang meningkat, ini kesempatan kita buat berdakwah. Mau naik berapa saja harganya tidak apa-apa yang penting terbeli. Jika tidak terjangkau jangan beli, yang penting adalah kebutuhan standar tercukupi. Orang yang sengsara bukan tidak cukup tetapi karena kebutuhannya melampaui batas. Padahal Allah menciptakan kita lengkap dengan rezekinya. Mulai dari buyut kita yang lahir ke dunia tidak punya
apa-apa sampai akhir hayatnya masih makan dan dapat tempat berteduh terus. Orang tua kita lahir tidak membawa apa-apa sampai saat ini masih makan terus, berpakaian, dan berteduh. Begitu pula kita sampai hari ini. Hanya saja disaat krisis begini kita harus lebih kreatif. Mustahil Allah menciptakan manusia tanpa rezekinya kita akan bingung menghadapi hidup. Semua orang sudah ada rezekinya. Dan barangsiapa yang hatinya akrab dengan Allah dan
yakin segala sesuatu milik Allah, tiada yang punya selain Allah, kita milik Allah. Kita hanya mahluk dan yang membagi, menahan dan mengambil rezeki adalah Allah. Orang yang yakin seperti itu akan dicukupi oleh Allah.
Jadi kecukupan kita bukan banyak uang, tetapi kecukupan kita itu bergantung dengan keyakinan kita terhadap Allah dan berbanding lurus dengan tingkat tawakal. Allah berjanji "Aku adalah sesuai dengan prasangka hamba-Ku". Jadi jangan panik. Allah penguasa semesta alam. Ini kesempatan buat kita untuk mengevaluasi pola hidup kita. Yang membuat kita terjamin adalah ketawakalan. Jadi yang namanya musibah bukan kehilangan uang, bukan kena penyakit, musibah itu adalah hilangnya iman. Dan orang yang cacat adalah yang tidak punya iman, ia gagal dalam hidup karena tidak mengerti mau kemana.
Jadi kita tidak punya alasan untuk panik. Krisis seperti ini ada diman-mana, kita harus kemas agar berguna bagi kita. Kita tidak bisa mengharapkan yang terbaik terjadi pada diri kita, tapi kita bisa kemas agar menjadi yang terbaik bagi diri kita. Kita tidak bisa mengharapkan orang menghormati kita, tapi kita bisa membuat penghinaan orang menjadi yang terbaik bagi diri kita.
Hal pertama yang harus kita jadikan rahasia kecukupan kita adalah ketawakalan kita dan kedua adalah prasangka baik kepada Allah, yang ketiga adalah Lainsakartum laadziddanakum,"Barangsiapa yang pandai mensyukuri nikmat yang ada", Allah akan membuka nikmat lainnya. Jadi jangan takut dengan belum ada, karena yang belum ada itu mesti ada kalau pandai mensyukuri yang telah ada. Jadi dari pada kita sibuk memikirkan harga barang yang naik lebih baik memikirkan bagaimana mensyukuri yang ada. Karena dengan mensyukuri nikmat yang ada akan menarik nikmat yang lainnya. Jadi nikmat itu sudah tersedia. Jangan berpikir nikmat itu uang. Uang bisa jadi fitnah. Ada orang yang dititipi uang oleh Allah malah bisa sengsara, karena ia jadi mudah berbuat maksiat. Yang namanya nikmat itu adalah sesuatu yang dapat membuat kita dekat dengan Allah. Jadi jangan takut soal besok/lusa, takutlah jika yang ada tidak kita syukuri.
Satu contoh hal yang disebut kurang syukur dalam hidup itu adalah kalau hidup kita itu Ishro yaitu berlebihan, boros, dan bermewah-mewahan. Hati-hati yang suka hidup mewah, yang senang kepada merk itu adalah kufur nikmat. Mengapa? Karena setiap Allah memberi uang itu ada hitungannya. Mereka yang terbiasa glamour, hidup mewah, yang senang kepada merk termasuk yang akan menderita karena hidupnya akan biaya tinggi. Pasti merk itu akan berubah-ubah tidak akan terus sama dalam dua puluh tahun. Harus siap-siap menderita karena akan mengeluarkan uang banyak utnuk mengejar kemewahannya, untuk menjaganya dan untuk perawatannya. Dia juga akan disiksa oleh kotor hati yaitu riya'. Makin mahal tingkat pamernya makin tinggi. Dan pamer itu membutuhkan pikiran lebih, lelah dan tegang karena rampok akan berminat. Inginnya diperlihatkan tapi takut dirampok jadinya pening. Makin tinggi keinginan pamer makin orang lain menjadi iri/dengki. Pokoknya kalau kita terbiasa hidup mewah resikonya tinggi. Ketentraman tidak terasa. Hal yang bagus itu adalah yang disebut syukur yaitu hidup bersahaja atau proporsional. Kalau Amirul Mukminin hidupnya sangat sederhana, kalau seperti kita ini hidup bersahaja saja, biaya dan perawatan akan murah.
Kalau kita terbiasa hidup bersahaja peluang riyanya kecil. Tidak ada yang perlu dipamerkan. Bersahaja tidak membuat orang iri. Dan anehnya orang yang bersahaja itu punya daya pikat tersendiri. Pejabat yang bersahaja akan menjadi pembicaraan yang baik. Artis yang sholeh dan bersahaja selalu bikin decak kagum. Ulama yang bersahaja itu juga membuat simpati. Juga harus hati-hati kita sudah capai-capai hidup glamor belum tentu dipuji bahkan saat sekarang ini akan dicurigai.Yang paling penting sekarang ini kita nikmati budaya syukur dengan hidup proporsional. Jangan capai dengan gengsi, hal itu akan membuat kita
binasa. Miliki kekayaan pada pribadi kita bukan pada topeng kita. Percayalah rekan-rekan sekalian kita akan menikmati hidup ini jika kita hidup proporsional.
Nabi Muhammad SAW tidak memiliki singgasana, istana bahkan tanda jasa sekalipun hanya memakai surban Tetapi tidak berkurang kemuliaanya sedikitpun sampai sekarang. Ada orang kaya dapat mempergunakan kekayaannya. Dia bisa beruntung jika ia rendah hati dan dermawan. Tapi ia bisa menjadi hina gara-gara pelit dan sombong. Ada orang sederhana ingin kelihatan kaya inilah yang akan menderita. Segala sesuatu dikenakan, segalanya dicicil, dikredit. Ada juga orang sederhana tapi dia menjadi mulai karena tidak meminta-minta, jadi terjaga harga dirinya. Dan ada orang yang mampu dan ia menahan dirinya ini akan menjadi mulia.
Mulai sekarang tidak perlu tergiur untuk membeli yang mahal-mahal, yang bermerk. Supermarket, mal dan sebagainya itu sebenarnya tidak menjual barang-barang primer. Allah Maha Menyaksikan. Apa yang dianjurkan Islam adalah jangan sampai mubadzir. Rasul SAW itu kalau makan sampai nasi yang terakhir juga dimakan, karena siapa tahu disitulah barokahnya. Kalau kita ke undangan pesta jangan mengambil makanan berlebihan. Ini sangat tidak islami. Memang kita enak saja rasanya tapi demi Allah itu pasti dituntut oleh Allah. Dan itu mempengaruhi struktur rezeki kita, karena kita sudah kufur nikmat. Kita harus bisa mempertanggungjawabkan setiap perbuatan kita karena tidak ada yang kecil dimata Allah. Tidak ada pemborosan karena semua dihitung oleh Allah.
Contohnya mandi, kalau bisa bersih dengan lima sampai tujuh gayung tapi mengapa harus dua puluh gayung. Kita mampu beli air tetapi bukan untuk boros. Ini penting kalau ingin barokah rezekinya, hematlah kuncinya. Kalau merokok biaya yang kita keluarkan adalah besar hanya untuk membuang asap dari mulut kita. Jangan cari alasan. Seharusnya sudah saatnya berhenti merokok. Cobalah ingat ini uang milik Allah. Kemudian sabun mandi, jangan memakai sesuka kita,
takarlah atau kalau perlu pakai sabun batangan. Kenapa kalau kita bisa hemat tidak kita lakukan. Uang penghematan kita bisa gunakan untuk sedekah atau menolong orang yang lebih membutuhkan. Sedekah itu tidak akan mengurangi harta kita kecuali bertambah dan bertambah.
Ini pelajaran supaya hidup kita dijamin oleh Allah. Kita tidak bisa terjamin oleh harta/tabungan, kalau Allah ingin membuat penyakit seharga dua kali tabungan kita sangat gampang bagi Allah. Tidak ada yang dapat menjamin kita kecuali Allah oleh karena itu jangan merasa aman dengan punya tabungan, tanah, dan warisan. Dengan gampang Allah dapat mengambil itu semua tanpa terhalang. Aman itu justru kalau kita bisa dekat dengan Allah. Mati-matian kita jaga kesehatan, kalau Allah inginkan lain gampang saja. Semua harta tidak bisa kita nikmati, tetapi kalau Allah melindungi kita Insya Allah. Marilah hidup hemat, tetapi hemat bukan berarti pelit. Proporsional atau adil adalah puncak dari ahlak Contohnya HP, kalau tidak terlalu perlu jual saja lagi. Janganlah dimiliki kalau hanya untuk gaya saja. Penghematan akan mengundang barokah inilah yang disebut syukur nikmat. Tujuan bukan mencari uangnya tetapi mempertanggung jawabkan setiap rupiah yang Allah titipkan.
Hal lain yang membuat barokah adalah jika kita dapat mendayagunakan semua barang-barang kita. Di gudang kita pasti banyak barang yang tidak kita pakai tetapi sayang untuk dibuang. Coba lihat lemari pakaian kita banyak baju-baju lama, begitu juga sepatu-sepatu lama kita. Keluarkanlah barang-barang yang tidak berharga tersebut. Misalkan dirumah kita ada panci yang sudah rongsokan,
jika kita keluarkan ternyata merupakan panci idaman bagi orang lain. Di rumah kita tidak terpakai tetapi jika dipakai orang lain dengan kelapangannya dan mengeluarkan doa bisa jadi itulah yang membuat kita terjamin. Kalau kita ikhlas, demi Allah itu lebih menjamin rezeki kita daripada tidak terpakai di rumah. Setiap barang-barang yang tidak bermanfaat tetapi bermanfaat bagi orang lain itulah pengundang rezeki kita. Bersihkan rumah kita dari barang-barang yang tidak berguna. Lebih baik rusak digunakan orang lain daripada rusak dibiarkan di rumah, itu akan barokah rezekinya.
Ini kalau kita ingin terjamin, namanya teori barokah. Kita tidak akan terjamin dengan teori ekonomi manapun. Sudah berapa banyak sarjana ekonomi yang dihasilkan oleh universitas di negeri ini tetapi Indonesia masih saja babak belur.
Rumusnya pertama adalah bersahaja, kedua adalah total hemat, ketiga adalah keluarkan yang tidak bermanfaat, yang keempat adalah setiap kita mengeluarkan uang harus menolong orang lain atau manfaat. Kalau mau belanja niatkan jangan hanya mencari barang tetapi juga menolong orang. Belilah barang di warung pengusaha kecil yang dapat menolong omzetnya. Hati-hati dengan menawar, pilihannya kalau itu merupakan hal yang adil. Jangan bangga kalau kita berhasil menawar. Nabi Muhammad SAW bahkan kalau beli barang dilebihkan uangnya dari harga barang yang sebenarnya. Tidak akan berkurang harta dengan menolong orang. Jangan memilih barang-barang yang bagus semua pilihlah yang jeleknya sebagian. Kita itu untung jika membuat sebanyak mungkin orang lain untung. Jangan jadi bangga ketika kita sendiri untung orang lain tidak.
Jika kita jadi pengusaha, kita jadi kaya ketika karyawannya diperas tenaganya, gajinya hanya pas buat makan, sedang kita berfoya-foya, demi Allah kita akan rugi. Pengusaha Islam sejati tidak akan berfoya-foya, ia akan menikmati karyawannya sejahtera. Sehingga tidak timbul iri, yang ada adalah cinta. Cinta membuat kinerja lebih bagus, perusahaan lebih sehat. Kalau kapitalis, pengusahanya bermewah-mewah ketika bawahannya menderita. Jadi timbul dendam dan iri setiap ada kesempatan akan marah seperti yang terjadi di Bandung kemarin. Tetapi kalau kita senang mensejahterakan mereka, anaknya kita sekolahkan. Dia merasa puas dan itulah namanya keuntungan.
Jadi mulai sekarang setiap membelanjakan uang harus menolong orang, membangun ekonomi umat. Jadi setiap keluar harus multi manfaat bukan hanya dapat barang. Dengan membeli barang di warung kecil mungkin uangnya untuk menyekolahkan anaknya, membeli sejadah, membeli mukena, Subhanallah.
Saudara-saudaraku Sekalian,
Jadi krisis seperti ini akan berdampak positif kalau kita bisa mengemasnya dengan baik. Nantinya ketika strategi rumah kita sudah bersahaja, kehidupan kita jadi efisien, anak-anak terbiasa hidup hemat, kita di rumah tidak mempunyai beban dengan banyaknya barang. Barang yang ada di rumah harus ada nilai tambahnya,
bukan biaya tambah. Setiap blender harus ada nilai produktifnya misalnya untuk membuat jus kemudian dijual, pasti barokah. Bukannya membuat biaya tambah karena harus diurus, dirawat dan membutuhkan pengamanan, barang yang seperti ini tidak boleh ada di rumah kita. Rezeki kita pasti ada tinggal kita kreatif
saja. Tidak perlu panik Allah Maha Kaya.
Sebagai amalan lainnya, dalam situasi sesulit apapun tetaplah menolong orang lain karena setiap kita menolong orang lain kita pasti ditolong oleh Allah. Jika makin pahit, makin getir harus makin produktif bagi orang lain. Baik sukses maupun tidak tetap lakukan dimanapun kita berada. Ketika kita sedang berjalan kaki, kemudian ada mobil yang hendak parkir bisa kita beri aba-aba. Ketika kita menyetir mobil ada yang mau menyebrang, dahulukan saja, kita tidak tahu apa yang akan menimpa kita esok hari. Ketika kita sedang mengantri ada orang yang memotong, berhentilah sebentar, dengan mengalah berhenti barang lima menit tetapi membuat banyak orang bahagia.
Jadi insya Allah kalau hati kita sudah berbenah baik, krisis ini akan lebih membuat hidup kita lurus. Hidup ini tidak akan kemana-mana kecuali menunggu mati. Latihlah supaya kita sadar bahwa kita pasti mati tidak membawa apa-apa. Kita hanya mampir sebentar di dunia ini.
Alhamdulilahirobil’alamin
Langganan:
Postingan (Atom)