Octhavio
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Siapa itu Muhammad? Itulah pertanyaan singkat Octhavio kepada pamannya yang bernama, Luqman Likur.
Pertanyaan itu muncul ketika terbangun di siang hari, setelah bermimpi dibangunkan dari tidur. Kemudian, kisahnya, terdengar suara kakek, yang mengatakan “Apa yang kamu lihat di atas kuburan kamu itu. Kamu ini suatu saat nanti kalau mati tidak akan masuk surga. Karena bukan umat Nabi Muhammad,” kenang dia.
Ia segera menghampiri sang paman, yang kebetulan seorang Muslim. Pamannya mengatakan Muhammad adalah pemimpin umat Islam.
Sang paman lantas mengatakan kepada Thayyib apa yang dimimpikannya merupakan berkah. Namun,sang paman belum mengatakan bahwa mimpi itu merupakan tanda-tanda hidayah. “Saat itu, saya tidak terlalu hiraukan mimpi itu, “ katanya.
Tak dinyana, mimpi itu kembali terulang. Tepat dua minggu usai mimpi yang pertama, saat itu hari Jumat, Thayyib kembali tertidur. Lalu dia kembali bermimpi.
Dalam mimpi itu, ia melihat kumpulan kakek tua berjanggut. Salah seorang dari mereka kemudian menggedor-gedor pintu rumahnya. “Hei bangun, orang-orang pada shalat kamu kok masih tidur. Ayo bangun shalat,” ungkapnya.
Usai Maghrib di hari yang sama, ia membuat putusan mengejutkan. “Saya mau masuk Islam,” kata Octhavio. Sang paman yang terkejut bertanya kepada ponakannya itu tentang keseriusannya. Keputusan berislam, kata sang paman, bukan keputusan main-main.
Ia menjawab, urusan memeluk sebuah agama merupakan hal pribadi.Tepat 31 April 2004, dengan disaksikan oleh sang kakek, ia mengucapkan dua kalimat syahadat. Kepada para saksi, ia mengaku dirinya memutuskan memeluk Islam tanpa paksaan. "Meski saya tinggal bersama paman saya yang Muslim, saya tidak pernah dipaksa beliau untuk memeluk Islam,” kenangnya.
“Usai memutuskan memeluk Islam, saya belum giat mempelajari Islam. Masih banyak hal yang seharusnya tidak saya lakukan namun saya langgar,” aku pria yang bernama Muslim Muhammad Thayyib Gushah itu.
Kabar keislamannya sampai ke telinga sang mama. "Dua tahun saya tak disapa beliau, tapi saya terus menjelaskan alasan saya memilih Islam," katanya. Ia tetap menghormati ibunya, bahkan makin menunjukkan rasa hormat dan kasih sayangnya.
Pintu dialog pun terbuka. "Kenapa kau tiba-tiba memperhatikanku," kata sang ibu. ”Inilah Islam. Inilah ajaran Islam,” jawab dia. Akhirnya, mamanya menerima putusan anaknya untuk memeluk Islam. Bahkan seorang adiknya mengikuti jejak Octhavio memeluk Islam.
Kini ia mendalami agama di Pesantren Annaba Center. “Saya selalu mendapatkan godaan terutama saat melihat kaum hawa. Kedua, saya juga mudah tergoda dengan mabuk-mabukan dan merokok. Alhamdullah, selama mondok, saya sudah mengetahui tentang bagaimana menghindar dari larangan oleh Allah,” ujarnya. Dia pun serius mendalami Islam. Sedikit demi sedikit, ia mulai menghafal Alquran dan rajin shalat.
Ke depan, Thayyib yang tengah kulaih di Fakultas Sastra Inggris ini bercita-cita ingin menjadi seorang guru.
Pertanyaan itu muncul ketika terbangun di siang hari, setelah bermimpi dibangunkan dari tidur. Kemudian, kisahnya, terdengar suara kakek, yang mengatakan “Apa yang kamu lihat di atas kuburan kamu itu. Kamu ini suatu saat nanti kalau mati tidak akan masuk surga. Karena bukan umat Nabi Muhammad,” kenang dia.
Ia segera menghampiri sang paman, yang kebetulan seorang Muslim. Pamannya mengatakan Muhammad adalah pemimpin umat Islam.
Sang paman lantas mengatakan kepada Thayyib apa yang dimimpikannya merupakan berkah. Namun,sang paman belum mengatakan bahwa mimpi itu merupakan tanda-tanda hidayah. “Saat itu, saya tidak terlalu hiraukan mimpi itu, “ katanya.
Tak dinyana, mimpi itu kembali terulang. Tepat dua minggu usai mimpi yang pertama, saat itu hari Jumat, Thayyib kembali tertidur. Lalu dia kembali bermimpi.
Dalam mimpi itu, ia melihat kumpulan kakek tua berjanggut. Salah seorang dari mereka kemudian menggedor-gedor pintu rumahnya. “Hei bangun, orang-orang pada shalat kamu kok masih tidur. Ayo bangun shalat,” ungkapnya.
Usai Maghrib di hari yang sama, ia membuat putusan mengejutkan. “Saya mau masuk Islam,” kata Octhavio. Sang paman yang terkejut bertanya kepada ponakannya itu tentang keseriusannya. Keputusan berislam, kata sang paman, bukan keputusan main-main.
Ia menjawab, urusan memeluk sebuah agama merupakan hal pribadi.Tepat 31 April 2004, dengan disaksikan oleh sang kakek, ia mengucapkan dua kalimat syahadat. Kepada para saksi, ia mengaku dirinya memutuskan memeluk Islam tanpa paksaan. "Meski saya tinggal bersama paman saya yang Muslim, saya tidak pernah dipaksa beliau untuk memeluk Islam,” kenangnya.
“Usai memutuskan memeluk Islam, saya belum giat mempelajari Islam. Masih banyak hal yang seharusnya tidak saya lakukan namun saya langgar,” aku pria yang bernama Muslim Muhammad Thayyib Gushah itu.
Kabar keislamannya sampai ke telinga sang mama. "Dua tahun saya tak disapa beliau, tapi saya terus menjelaskan alasan saya memilih Islam," katanya. Ia tetap menghormati ibunya, bahkan makin menunjukkan rasa hormat dan kasih sayangnya.
Pintu dialog pun terbuka. "Kenapa kau tiba-tiba memperhatikanku," kata sang ibu. ”Inilah Islam. Inilah ajaran Islam,” jawab dia. Akhirnya, mamanya menerima putusan anaknya untuk memeluk Islam. Bahkan seorang adiknya mengikuti jejak Octhavio memeluk Islam.
Kini ia mendalami agama di Pesantren Annaba Center. “Saya selalu mendapatkan godaan terutama saat melihat kaum hawa. Kedua, saya juga mudah tergoda dengan mabuk-mabukan dan merokok. Alhamdullah, selama mondok, saya sudah mengetahui tentang bagaimana menghindar dari larangan oleh Allah,” ujarnya. Dia pun serius mendalami Islam. Sedikit demi sedikit, ia mulai menghafal Alquran dan rajin shalat.
Ke depan, Thayyib yang tengah kulaih di Fakultas Sastra Inggris ini bercita-cita ingin menjadi seorang guru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar