Pengantar
Jejak penyebaran agama Islam tidak hanya ada di pulau Jawa, namun hampir di seluruh pulau di Nusantara terdapat jejak-jejak peninggalan Islam. Namun, jejak peninggalan para penyebar agama Islam yang paling kental adalah masjid. Berkat kerja keras para penyebar agama Islam, Islam mampu menyentuh aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Bahkan jejak perjuangan dalam mengusir penjajah pun tak lepas dari semangat jihad para ulama.
Di Lombok, perjuangan mengusir kaum penjajah juga tak lepas dari peran serta para ulama yang dikenal dengan sebutan Tuan Guru. Sebut saja, TGH Moh Sidiq Karang Kelok yang membantu perjuangan masyarakat Praya dalam Praya Congah. TGH Ali Batu Sakra yang pernah menggegerkan Lombok Timur bahkan memicu terjadinya Perang Lombok pada tahun 1894 dan masih banyak lagi peran serta Tuan Guru dalam sosial kehidupan masyarakat Lombok. Dalam upaya menyusuri kembali perjuangan para penyebar agama Islam di Nusantara, PT PLN (Persero) bekerja sama dengan Batavia Air dan PT Nusantara Multimedia menyorot kembali jejak peninggalan para penyebar agama Islam dengan tajuk Jejak Masjid Nusantara. Dalam lawatannya untuk wilayah Nusa Tenggara Barat, Jejak Masjid Nusantara mengambil Masjid Ar Raisyah di Sekarbela dan Masjid Bayan Beleq di Bayan.
Masjid Ar Raisiyah
inset foto : Masjid Ar Raisyiah (kiri), T.G.H. Muh. Rais (kanan)
Masjid Ar Raisiyah, Masjid yang termasuk dalam kawasan Desa Sekarbela ini telah mengalami renovasi beberapa kali. Renovasi yang pertama dilakukan setelah Masjid terbakar akibat peperangan antara masyarakat Sekarbela yang menuntut kematian Tuan Guru Padang Reak dengan penguasa saat itu. Saat itu, bentuk masjid Sekarbela berbentuk empat persegi dengan dinding bedek, atap rumbia, lantai tanah dan yang menjadi ciri khas adalah empat soko guru. Setelah kebakaran, Masjid dibangun kembali oleh TGH Mustafa dan TGH Moh. Toha. Bentuk Masjid masih sederhana dengan empat soko guru. Dari peninggalan yang ada yakni sebuah kaligrafi tertulis angka 1350 H. Saat itu bangunan Masjid sudah lebih baik dari sebelumnya namun masih sederhana. Kemudian pada tahun 1890 M, atas prakarsa TGH M Rais, masjid direnovasi dengan memanfaatkan atap dari genteng. Jamaah yang semakin banyak menginspirasikan penerus selanjutnya, yakni TGH Muktamat Rais anak dari TGH Muhamaad Rais, untuk membangun kembali Masjid pada tahun 1974 dengan kontruksi beton. Namun dikarenakan jamaah yang semakin banyak dan kompleknya kegiatan, pada tahun 2001 Masjid direnovasi kembali dengan desain Timur Tengah dan berlantai tiga. Diperkirakan dana yang dihabiskan untuk membangun Masjid ini sekitar Rp 6 milyar. Ketua pembangunan Masjid Ar Raisiyah, H. Saiful Haq menjelaskan dana untuk membangun masjid sebagian besar dari swadaya masyarakat. “Insya Allah, tahun depan bangunan sudah rampung,” terangnya.
Masjid Bayan Beleq
inset foto : Masjid Bayan Beleq
Masjid yang terletak di Desa Bayan kecamatan Bayan kabupaten Lombok Barat ini menjadi saksi sejarah masuknya Islam ke pulau Lombok. Menurut beberapa catatan, Islam masuk ke Lombok dibawa oleh Wali Songo sekitar abad ke-16. Dalam perkembangannya, Islam yang masuk ke Lombok khususnya Bayan diwarnai oleh adat istiadat setempat. Semakin kompleknya perkembangan, kemudian di Bayan berkembang menjadi suatu ajaran yang dikenal sebagai Wetu Telu. Menurut pemangku adat Bayan, Raden Gedarif, Wetu Telu merupakan ajaran leluhur yang berintikan ajaran; bertelur, beranak dan tumbuh. Bila kondisi ini bisa dijalankan oleh manusia maka dunia akan aman sejahtera. “Ajaran ini menselaraskan hidup manusia dengan Allah, alam dan sesama manusia,” terangnya. (sumber PLN Lombok)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar