SUNGGUH, tidak ada figur yang menjamin
pengikutnya akan bahagia dalam segala hal selain Rosulullah saw. Dan,
pasti bahwa tidak ada petunjuk yang bisa dijamin kebenarannya selain
al-Qur’an al-Karim. Keduanya memberikan solusi terbaik bagi seluruh
jenis persoalan yang dihadapi umat manusia, termasuk masalah rumah
tangga.
Dalam upaya membina rumah tangga bahagia Rosulullah juga memberikan
teladan yang jelas dan mudah untuk dilaksanakan. Andaikata ada orang
yang tidak pernah bertemu lawan jenisnya kemudian menikah, jangan
khawatir, tips dari Rosulullah akan memberikan hasil yang baik daripada
lawan jenis yang mengerti banyak teori rumah tangga namun tak mengikuti
petunjuk nabi.
Kebahagiaan berumah tangga sangat mudah kita raih manakala kita
benar-benar mengerti bagaimana Rosulullah saw memberikan teladan kepada
kita selaku umatnya.
Dan, yang paling penting adalah kesiapan dan komitmen kita dalam meneladani kehidupan rumah tangga beliau.
Masalahnya, generasi sekarang, cenderung kurang memperhatikan masalah
tuntunan interaksi suami istri di dalam kamar. Akibatnya mereka tak
mampu meraih kebahagiaan yang didambakan. Jika dibiarkan lambat laun
kondisi tersebut akan menimbulkan terjadinya perselisihan. Perselisihan
yang sebenarnya tidak perlu terjadi.
Tidak dapat dipungkiri, salah satu pemicu perselisihan yang sering
dialami dalam berumah tangga, khususnya rumah tangga muda, yakni adanya
ketidakpuasan pola interaksi suami istri di dalam kamar.
Bagaimanapun hal ini tidak bisa dianggap sepele. Sebab tidak sedikit
fakta menunjukkan bahwa seringkali rumah tangga hancur berantakan karena
perkara yang satu itu.
Oleh karena itu, sebagai seorang Muslim kita wajib membina keluarga bahagia (sakinah mawaddah wa rahmah).
Bagaimana cara mewujudkannya? Uraian singkat berikut ini insya Allah
akan membantu pembaca untuk meraih kebahagiaan rumah tangga.
Nikmat Itu Ibadah
Menikah adalah sunnah Nabi. Dan, menjalankan hubungan intim merupakan
salah satu ibadah yang sangat dianjurkan agama dan bernilai pahala yang
sangat besar.
Karenanya, jima’ (hubungan intim) dalam ikatan pernikahan adalah
jalan halal yang disediakan Allah untuk menyalurkan naluri jasmaniahnya
agar terhindar dari perilaku yang menyerupai binatang atau bahkan lebih
buruk lagi.
Rosulullah SAW pernah bersabda, “Dalam kemaluanmu itu ada
sedekah.” Sahabat lalu bertanya, “Wahai Rosulullah, apakah kita mendapat
pahala dengan menggauli istri kita?.” Rosulullah menjawab, “Bukankah
jika kalian menyalurkan nafsu di jalan yang haram akan berdosa? Maka
begitu juga sebaliknya, bila disalurkan di jalan yang halal, kalian akan
berpahala.” (HR. Bukhari, Abu Dawud dan Ibnu Khuzaimah).
Awali Dengan Doa
Sebagai seorang Muslim tentu kita diwajibkan untuk selalu mengawali
pekerjaan dan menyudahi pekerjaan dengan membaca doa. Perihal hubungan
suami istri juga ada doanya. Hal ini menjadi satu bukti bahwa Islam
benar-benar agama yang sempurna.
“Dari Abdullah bin Abbas ra, Rosulullah SAW bersabda: “Jika salah
seorang kamu ingin berjima’ dengan istrinya, hendaklah ia membaca: بسمِ اللهِ اَللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا (Bismillah,
Allahumma jannibnaa asy-syaithana wa jannibi asy-syaithana ma
rozaqtanaa).” (Dengan nama Allah, Yaa Allah jauhkanlah syetan dari kami
dan jauhkanlah syetan dari apa yang Engkau rizqikan kepada kami). Maka
seandainya ditakdirkan dari hubungan itu seorang anak, anak itu tidak
akan diganggu syetan selama-lamanya.” (HR Bukhari dan Muslim).
Itulah yang membedakan generasi Islam dengan orang diluar Islam.
Bahkan di kamar dan hendak berkumpul dengan istripun, ada adab dan
doa-doa yang dianjurkan.
Masalahnya, banyak generasi Islam kurang paham anjuran agamanya
sendiri. Mereka kurang mengerti adab-adab Islam, termasuk adab dalam
menggauli Istrinya.
Seorang ulama pernah mengatakan, saat ini banyak lahir anak-anak yang
tidak memiliki kesopanan, tata krama dan tak mengenal budi pekerki.
“Jangan-jangan, karena kedua orangtuanya tak pernah berdoa saat
berhubungan intim,” ujarnya. Boleh jadi ungkapan ini benar. Sebab, saat
itu, sebagaimana hadits di atas, syetan-syetan ikut terlibat di dalam
kamar.
Karena itu, berdoalah ketika hendak berjima’ (berhubungan
intim). Agar dapat mengundang berkah Allah SWT, hingga proses hubungan
tersebut benar-benar dirdhoi Allah dan mampu menghasilkan putra-putri
yang dikaruniai dan diberkahi Allah. Dampaknya, tentu akan menjadi hamba
Allah yang shalih dan shalihah.
Merayu Istri
Bercanda sering dilakukan Nabi beserta istrinya Aisyah di saat
berduaan. Pakar kesehatan saat ini sering menyebutnya dengan istilah
bercumbu atau pembukaan sebelum jima’ (berhubungan seks).
Wanita dikenal memiliki perasaan halus. Ia juga harus diperlakukan
sangat halus, bukan dengan cara kasar. Karenanya, tidak layak seorang
suami memperlakukan para istri seperti binatang.
Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam selalu bercanda, tertawa dan merayu istri-istrinya sebelum berjima’.
Lakukan Dengan Tenang
Biasanya kesibukan sehari-hari, pekerjaan dan beragam tugas lainnya,
menjadikan kualitas dan kuantitas interaksi suami istri sedikit
terganggu. Namun demikian dalam prose jima’ akan sangat baik jika
diberikan waktu yang pas. Jadi, tidak dilakukan dengan tergesa-gesa,
namun tetap mengikuti tuntunan nabi, tenang.
“Janganlah salah seorang di antara kalian menggauli istrinya
seperti binatang. Hendaklah ia terlebih dahulu memberikan pendahuluan,
yakni ciuman dan cumbu rayu.” (HR. At-Tirmidzi).
Wanita merupakan makhluk Allalh yang sangat lembut hati dan
perasaannya. Ciuman kepada istri merupakan satu hal yang amat didambakan
dan dinantikan. Sebab ciuman suami bagi istri sholehah merupakan bentuk
kasih sayang yang mampu menenangkan jiwa dan pikirannya. Maka dari itu
mencium istri, merayu dan bercumbu dengannya merupakan satu hal yang
tidak boleh ditinggalkan oleh para suami.
Berwudhu
Jika sang suami ingin berjima’ lagi, maka dianjurkan berwudhu
terlebih dahulu, karena Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam
bersabda: “Apabila salah seorang kamu telah bersetubuh dengan istrinya, lalu ingin mengulanginya kembali maka hendaklah ia berwudhu”. (HR. Muslim).
Aisyah menuturkan:”Adalah Rasulullah Shallallaahu alaihi wa
Sallam apabila beliau hendak makan atau tidur sedangkan ia junub, maka
beliau mencuci kemaluannya dan berwudhu sebagaimana wudhu untuk shalat.”
(Muttafaq’alaih).
Larangan Dubur
Haram bagi suami menyetubuhi istrinya di saat ia sedang haid atau
menyetubuhi duburnya. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda:
“Barangsiapa yang melakukan persetubuhan terhadap wanita haid atau
wanita pada duburnya, atau datang kepada dukun (tukang sihir) lalu
membenarkan apa yang dikatakannya, maka sesungguhnya ia telah kafir
terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad.” (HR. Al-Arba`ah dan dishahihkan oleh Al-Alnbani).
Tidak Membuka Aib nya
Haram bagi suami-istri menyebarkan tentang rahasia hubungan keduanya. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: “Sesungguh-nya
manusia yang paling buruk kedudukannya di sisi Allah pada hari Kiamat
adalah orang lelaki yang berhubungan dengan istrinya (jima`), kemudian
ia menyebarkan rahasianya.” (HR. Muslim).
Jangan Tergesa Meninggalkan Istri
Umumnya suami lebih sering mengalami orgasme lebih cepat daripada
istri. Namun demikian hal ini tidak bisa dijadikan alasan untuk bersikap
egois. Suami juga wajib berusaha agar istri dapat merasakan puncak
kenikmatan dalam hubungan intim.
Kemudian agar sedekah yang kita
lakukan bersama pasangan kita juga memberikan hasil optimal maka upaya
untuk bisa mencapai puncak kepuasan secara bersama-sama merupakan satu
hal yang perlu diperhatikan dengan sangat. Bahkan ada yang mengatakan
wajib.
Karena pencapaian kenikmatan secara bersama merupakan salah satu unsur penting dalam mencapai tujuan pernikahan yakni sakinah, mawaddah dan rahmah.
Ketidakpuasan salah satu pihak dalam jima’, jika dibiarkan
berlarut-larut, dikhawatirkan akan mendatangkan madharat yang lebih
besar, yakni perselingkuhan. Maka, sesuai dengan prinsip dasar Islam, “la dharara wa la dhirar” (tidak berbahaya dan membahayakan), segala upaya mencegah hal-hal yang membahayakan pernikahan yang sah hukumnya juga wajib.
Dengan demikian hal yang wajib dilakukan suami ialah belajar dan
berusaha agar sang istri juga dapat merasakan puncak kepuasan. Merupakan
satu tindakan yang bisa disebut egois dan dholim apabila suami telah
mengalami orgasme kemudian dengan segera ia mengakhiri hubungan tersebut
dan bergegas lepas dari pelukan sang isteri.
Tindakan di atas adalah keliru. Sebab keikmatan yang dirasakanoleh
istri dalam jima’ dan sampainya ia pada orgasme, bukan semata-mata
terletak pada alat kelaminnya saja. Tetapi ia juga sangat menikmati
adanya keterpautan tubuh, bahkan sangat menikmati setiap sentuhan yang
terjadi pada organ tubuh luar.
Bahkan yang terpenting dari semua itu adalah istri dapat merasakan
adanya cinta dan kasih sayang dari sang suami. Sebab dengan hal itulah
istri akan memliki kesiapan mental dalam dirinya untuk mengakhiri
hubungan tersebut, bahkan hal itu akan sangat menjadikan istri selalu
rindu untuk melakukan hubungan intim.
Oleh karena itu, sangat ditekankan kepada para suami untuk tidak lupa
selalu memberikan ciuman kepada istri seketika setelah hubungan
berakhir. Selain itu kata-kata yang manis, dekapan yang hangat dari
kedua belah pihak akan semakin memperkuat jalinan cinta di antara
keduanya.
Beberapa langkah di atas merupakan bagian kecil dari tuntunan
Rosulullah saw bagi umatnya untuk memelihara kasih sayang antara suami
dan istri.
Dengan demikian, upaya untuk mewujudkan rumah tangga yang sakinah, mawaddan wa rahmah insya Allah secara perlahan dapat dicapai. Islam itu sempurna, maka raihlah kebahagiaan dengan memahaminya dan mengamalkannya.
Mudah-mudahan kita mengamalkan sunnah Nabi dan meninggalkan tradisi jahilillah yang datangnya dari Barat dan orang kafir.*/Imam Nawawi
Rep: Imam Nawawi
Red: Cholis Akbar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar