Selasa, 15 September 2009

Dr. Alwi Shihab








► e-ti/rpr
Nama:
Dr Alwi Abdurrahman Shihab
Lahir:
Rappang, Sulsel, 19 Augustus 1946
Agama:
Islam
Jabatan:
= Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Kabinet Indonesia Bersatu
= Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (General Chairman of Nation Awakening Party)- Diberhentikan dengan hormat 26 Oktober 2004
Isteri:
Ashraf Shahab, MBA (Jakarta, 14 Juli 1961 – Guru)
Anak:
M. Rizvi Shihab (Student Penn State University, USA)
Samira Shihab (High school, USA)
S. Samy Shihab (Elementary school, Tadika Puri)

Pendidikan Formal :
University of AI-Azhar, Cairo - Mesir (1968)
IAIN Alaudin, Ujung Pandang - Sulsel (1986)
University of Ain Shams, Cairo - Mesir (1990) - Ph.D
Temple University, USA (1992) - M.A
Temple University, USA (1995) - Ph.D
Harvard University: The Center For the Study of Word Religious, USA (1995-1996) Post -Doctorate

Pengalaman Pekerjaan :
1975 -1979 : Presiden Direktur Glass Priangan Factory, Cianjur, Indonesia
1979 -1982 : Presiden Direktur Alfa Contracting Company, Jeddah
1982 -1986 : Presiden Direktur PT. Prima Advera, Jakarta
1982 : Pendiri Yayasan Darul Qur'an, Jakarta
1986 -1990 : Comisaris Eagle Tripelti, Jakarta
1986 : Comisaris PT Dhafco Manunggal Sejati, Jakarta

Pengalaman Akademik:
1985 -1988 : University of Aweroes, Jakarta, Penceramah
1993 -1995 : Temple University Department of Religion, USA, assistant Professor
1994 -1995 : Philadelphia College of Textile & Science (spiritual Development Program), USA - Penceramah
1996 : Harford Seminary , Harford, Connecticut, USA, Professor
1998 : Harvard University - Divinity School, USA, Professor
2002 : Dosen Universitas Islam Kadiri, Kediri, Jawa Timur
2002 : Dosen Pasca Sarjana Universitas Indonesia

Karir Politik:
1999 : Anggota DPR RI
1999 - 2000 : Menteri Luar Negeri Republik Indonesia
2002 - 2005 : Presiden Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)

Keanggotaan :
1988 : Anggota Presidium International Forum Indonesia (IFI), Jakarta
1994 : Anggota Advisory Board of The Religious Consultation on Population Reproductive Health and Ethies, Washington DC
1995 : Anggota International Scholars Annual Trialogue (ISAT), Philadelphia., USA
1996 : Anggota International Connection Committee, American Academy of Religion, Atlanta, Georgia, USA
1998 : Anggota Board of Trustee Harvard Center for the Study of World Religions Cambridge, USA
1998 : Anggota of the Advisory Board, Center for the Study of World Religions Harvard Divinity School, USA
1999 : Bina Bangsa (Nation Building) Foundation - Chairman of the Board, Jakarta
2000 : Patron ICWA ( Indonesian Council of Word Affairs), Jakarta

Penghargaan :
1996 : Penghargaan Akademi dari Pemerintah Mesir

Publikasi / Buku:
Inclusive Islam (Islam Inklusif, 1997)
Muhamadiyah movement and controversy with Christian Mission
(Membendung Arus, 1998)
Sufistic Islam (Islam Sufistik, 2001 )
Teaching Islam in the West (Segera)

Alamat:
JI. Garut No.31 Menteng Jakarta Pusat
dan
Jl. Poso, Pasar Minggu, Jakarta Selatan

Dr. Alwi Shihab

Politisi yang Elegan

Penampilan mantan Menko Kesra Kabinet Indonesia Bersatu ini simpatik, gagah, tenang dan cerdas. Peraih dua gelar doktor ini, juga seorang politisi yang elegan dan bermartabat. Nahdliyin ini salah seorang ahli Islam pertama yang duduk dalam Board of Trustee pada Centre for the Study of World Relegions. Ia sudah teruji menampilkan sosoknya sebagai diplomat andal saat menjabat Menlu.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mempercayainya menjabat Menko Kesra KIB, 20 Oktober 2004. Setahun kemudian, tepatnya 5 Desember 2005, sehubungan reshuffle kabinet, dia digantikan Ir Aburizal Bakrie. Alwi kemudian dipercaya sebagai utusan khusus untuk negara-negara Timur Tengah, termasuk Organisasi Konferensi Islam.

Saat baru diangkat menjabat Menko Kesra KIB, sempat terjadi perdebatan tentang keberadaan fungsionaris DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang merangkap jabatan di Kabinet Indonesia Bersatu, rapat pleno DPP PKB yang digelar Selasa malam 26 Oktober 2004, memutuskan, Ketua Umum PKB Alwi Shihab dan Ketua PKB Saifullah Yusuf diberhentikan dari jabatannya.

Sekretaris Dewan Syura DPP PKB Arifin Djunaedi yang memimpin rapat menjelaskan, keputusan pemberhentian Alwi yang kini menjabat Menko Kesra dan Saiful yang menduduki jabatan menteri negara percepatan pembangunan daerah tertinggal sudah sesuai dengan AD/ART PKB, peraturan partai, serta keputusan rapat gabungan Dewan Syura dan Dewan Tanfidz pada 21 September lalu.

Sebagai Ketua Umum DPP PKB, ia menunjukkan kelasnya sebagai seorang politisi yang patut diperhitungkan oleh kawan dan lawan politiknya. Di bawah kepemimpinannya PKB bergandeng tangan dengan Partai Golkar mencalonkan Jenderal TNI (Purn) Wiranto dan Solahudin Wahid sebagai Capres-Cawapres.

PKB dengan mantap bergandengan mengiplementasikan gaya berpolitik Golkar yang telah terbukti ampuh sebagai mesin politik Orde Baru selama 32 tahun. Beberapa kyai PKB mengeluarkan fatwa haram memilih Capres perempuan.

Pria bernama lengkap Alwi Abdurrahman Shihab kelahiran Rappang, Sulawesi Selatan 19 Agustus 1946, ini mengatakan tidak memposisikan diri untuk suatu jabatan. Ia, sebagai Ketua Umum PKB, hanya mengutamakan peningkatan perolehan suara pada Pemilu 2004. Sementara perihal pencalonan presiden dan wakil presiden adalah ditentukan oleh partai, tidak hanya fungsionaris partai, tetapi juga para kyai sangat besar peranannya.

Menurut peraih penghargaan Akademi dari Pemerintah Mesir (1996), ini selain dirinya masih banyak tokoh-tokoh lain yang bisa dijual jadi calon presiden atau wakil presiden. Tidak mesti dari PKB. Ada tokoh-tokoh NU dan bahkan di luar partai. "Bagi saya yang penting bagamana dapat membesarkan partai bukan bagaimana kita duduk di suatu posisi. Kita tidak berfokus pada perolehan kursi (kedudukan), tetapi mengutamakan perolehan suara sehingga PKB dapat lebih besar," kata S3 lulusan Universitas Temple, AS (1995) ini dalam percakapan dengan Wartawan Tokoh Indonesia, di ruang kerjanya, kantor DPP PKB, Jalan HR Rasuna said, Kuningan, Jakarta.

Ia memang seorang politisi yang tidak ambisius. Seorang politisi yang mengedepankan etika dan moralitas. Hampir tidak pernah ia melontarkan pendapat yang secara sengaja dapat melukai perasaan orang lain. Ia bukan politisi hipokrit, penghujat dan pendendam. Ia seorang politisi pembawa damai, konstruktif dan demokratis. Politisi yang relijius dan berjiwa kebangsaan. Seorang Nahdliyin yang tidak hanya mementingkan kelompoknya sendiri.

Persamaan visi dan misi membuatnya dekat dengan Gus Dur. Karena kedekatannya, bahkan ia dicap sebagai loyalis Gus Dur. Ia memang seorang yang setia kawan. Maka tak heran bila ketika Gus Dur menjabat presiden, mantan pengajar di Harvard Divity School, dan di Auburn Theological Seminary of New York, ini diangkat menjadi Menteri Luar Negeri. Bahkan menjadi salah seorang menteri yang paling sering bersama Gus Dur. Tidak hanya saat Gus Dur berkunjung ke luar negeri, tetapi juga ketika berkunjung ke berbagai tempat di dalam negeri. Sehingga ia dijuluki sebagai Menlu yang banyak mengurusi masalah dalam negeri.

Ia juga sering ‘menerjemahkan’ berbagai pernyataan Gus Dur yang mengundang kontroversi. Termasuk ketika Gus Dur melontarkan rencana membuka hubungan dagang RI-Israel. Alwi Shihab, yang ketika itu menjabat Menlu, adalah orang yang menjadi paling sibuk. Ia harus menangani pro kontra tentang rencana itu.

Di antaranya, ketika sekitar dua ratusan massa Generasi Muda Komite Indonesia untuk Solidaritas Dunia Islam (KISDI), Senin (1/11/1999) mendatangi kantor Deplu dan meneriakkan supaya Alwi mundur bila tidak sanggup melawan tekanan zionis atau bekingnya. Protes dan penolakan yang sama juga datang dari Gerakan Pemuda Islam (GPI) dan Pengurus Besar Pelajar Islam (PII), serta dari Ketua KISDI Ahmad Sumargono.

Pada beberapa kesempatan, peraih gelar doktor di Universitas Ain Syams, Mesir, dan Universitas Temple, AS, itu menjelaskan bahwa rencana pembukaan hubungan dagang dengan Israel semata-mata untuk kepentingan bangsa, untuk pemulihan ekonomi. Dalam pertemuan dengan pengurus Kamar dan Industri (Kadin) Pusat, Kamis (4/11/99), Alwi mengatakan, “Pemulihan ekonomi harus kita capai dengan segala cara. Tetapi bukan dengan menjual prinsip-prinsip kita."

Hal senada juga ditegaskannya dalam percakapan dengan Tokoh Indonesia. Sebenarnya permasalahannya adalah bahwa Gus Dur memiliki sebuah pemikiran yang memprioritaskan pemulihan ekonomi. Karena perihal pemulihan ekonomi sangat erat hubungannya dengan pihak barat. "Dan, bagi Gus Dur dengan membuka hubungan dagang dengan Israel, ia mau menunjukkan bahwa Indonesia adalah sebuah negara yang tidak membeda-bedakan bangsa dan etnis dalam rangka agenda economy recovery dan dalam tataran perdagangan dunia."

Menurutnya, dengan kebijakaan tersebut, Gus Dur ingin membuka sebuah wacana bahwa ternyata beberapa negara-negara Arab dan Islam sudah membuka hubungan dagang dengan Israel. Juga, toh tanpa kita buka kantor, hubungan dagang dengan kita sudah ada.

Tapi bukan hubungan diplomatik. Sebab hubungan diplomatik itu bersangkut-paut dengan politik. Tetapi hubungan dagang atau ekonomi. Sehingga diharapkan ada investasi masuk, tanpa mengorbankan prinsip dasar terhadap perjuangan bangsa Palestina.

Ayah tiga anak ini meyakinkan bahwa rencana itu sama sekali tidak mengurangi prinsip-prinsip dasar Indonesia dalam memperjuangkan hak-hak bangsa Palestina. Menurutnya, hubungan itu sebatas hubungan dagang saja, tidak sampai hubungan diplomatik. Karena Israel belum memberikan hak-hak yang seharusnya diberikan kepada Palestina.

Kendati tidak berlatarbelakang diplomat dan tidak pernah berkarir sebagai diplomat, namun ia terlihat cukup tangkas menepis tudingan-tudingan ke arahnya. Ia berhasil menunjukkan sosoknya sebagai seorang diplomat andal yang dapat disejajarkan dengan para diplomat pendahulunya, seperti Ali Alatas dan Muchtar Kusumaatmadja. Meski dikritik bahkan diminta mundur, tetap saja emosinya terkontrol dan dengan sabar menjelaskan mengenai kebijakan hubungan luar negeri tersebut.

Ia memang kelihatan cukup fasih dan tidak kenal kompromi membahasakan kebijakan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Hal itu tidak semata-mata disebabkan kedekatannya secara pribadi dengan Gus Dur. Namun, karena ia melihat ada nilai-nilai positif secara ekonomi bisa dipetik. Dalam pandangannya, Israel itu mempunyai lobi yang kuat di Barat. Sehingga diharapkan dengan hubungan dagang ini bisa membuat investor barat melirik Indonesia.

Persamaan visi dan kedekatannya dengan Gus Dur semakin teruji, ketika Gus Dur mendapat serangan politik dahsyat dari Pansus Buloggate yang melahirkan interplasi I dan II untuk memaksa Gus Dur turun tahta. Ketika Gus Dur melakukan perlawanan dengan mengeluarkan dekrit membubarkan DPR dan MPR yang telah menjadwalkan Sidang Istimewa meminta pertanggungjawaban presiden, Alwi tetap setia di belakang Gus Dur.

Sehingga ketika Matori Abdul Djalil dipecat Gus Dur dari jabatan Ketua Umum DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Alwi ditunjuk menggantikannya sebagai pejabat sementara sampai kemudian diselenggarakan muktamar. Dalam Muktamar PKB itu Alwi terpilih dan dikukuhkan sebagai Ketua Umum PKB. Sehingga muncul dua DPP PKB, yakni PKB Kuningan (Alwi Shihab-Gus Dur) dan PKB Batu Tulis (Matori). Karena sehari sebelumnya, Matori Abdul Djalil juga menyelenggarakan muktamar yang mengukuhkannya sebagai ketua umum.

Dalam menanggapi perpecahan dalam tubuh PKB ini, Alwi menunjukkan kelasnya sebagai seorang politisi yang patut diperhitungkan oleh kawan dan lawan politiknya. Ia selalu bersuara untuk damai dan rekonsiliasi. Dalam perjalanan kepemimpinannya, ia berhasil membawa PKB Kuningan ke arah yang lebih patut menggunakan nama PKB. Bahkan di luar PKB, ia kini makin diperhitungkan oleh partai-partai lain.

Diperkirakan PKB akan berhasil menaikkan perolehan suara pada Pemilu 2004. Walaupun ia tidak mau gegabah untuk memperediksi berapa persen, tapi ia mengharapkan lebih dari 20%. Sehingga PKB menjadi salah satu partai yang layak mengajukan calon presiden dan wakil presiden.

Dalam berbagai pernyataan, PKB masih akan menjagokan Gus Dur sebagai calon presiden. Namun, RUU tentang Pemilihan Presiden yang akan segera disahkan telah mengisyaratkan tidak mungkin Gus Dur dapat dicalonkan akibat syarat kesehatan. Sehingga diperkirakan, PDIP dan partai lain akan berusaha mengajak PKB untuk mengajukan paket calon Presiden dan Wakil Presiden. Yang paling mungkin dari segi ideologis adalah paket Megawati-Alwi Shihab. Kendati PKB kemungkinan akan menjagokan KH Hasyim Muzadi juga sangat terbuka.

Perihal koalisi dengan partai lain untuk pencalonan presiden dan wakil presiden, menurutnya, sebenarnya pihaknya belum bisa melihat partai mana. "Tetapi yang jelas koalisi kita itu dengan kelompok tradisional, nasional dan agamis yang sesuai dengan faham kesejukan atau visi dan misi yang sama," ujarnya.

Penulis buku Muhamadiyah movement and controversy with Christian Mission (Membendung Arus, 1998), ini bilang, untuk kelompok yang nasionalis saat ini tidak hanya PDI-P tetapi masih banyak lagi. "Dengan PDI-P memungkinkan, dengan Golkar juga memungkinkan, dengan PAN sebenarnya juga tidak mustahil, karena sebenarnya kita sama-sama berorientasi kebangsaan juga. Itu pun berdasarkan kesedian partai-partai lain. Yang jelas, kita tidak ingin menerapkan syariah Islam."

Adik kandung mantan Menteri Agama Quraish Shihab ini menyelesaikan pendidikan sarjananya bidang akidah filsafat Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ujungpandang tahun 1986. Pada saat yang hampir bersamaan ia meraih gelar master dari Universitas Al-Azhar, Mesir. Master yang lainnya diperoleh dari Universitas Temple, Amerika Serikat tahun 1992.

Selain meraih dua gelar master, suami dari Ashraf Shahab MBA ini juga meraih dua gelar doktor. Doktor pertama, dalam bidang filsafat diperoleh dari Universitas Ain Syam, Mesir tahun 1990. Gelar doktor kedua diperoleh dari Universitas Temple, AS tahun 1995.

Sebelum bergabung dengan Partai Kebangkitan Bangsa dan pulang ke Indonesia, Alwi menetap di Washinton DC, AS. Di negara Paman Sam itu, ia mengajar agama Islam di Hartford Seminary yang dilakoninya sejak tahun 1996. Selain itu, ia juga mengajar di Harvard Divity School, dan di Auburn Theological Seminary of New York.

Di kalangan cendekiawan dan pemikir Islam AS, nama Alwi tidak asing. Pria yang menghabiskan masa kecil dan remajanya di Makassar, Malang, dan Cairo (Mesir) ini, salah seorang ahli Islam pertama yang duduk dalam Board of Trustee pada Centre for the Study of World Relegions, lembaga pengkajian yang berafiliasi dengan Harfard Divity School

Perihal Islam Radikal
Penulis buku Inclusive Islam (Islam Inklusif, 1997), ini juga bicara tentang radikalisme agama, termasuk dalam dunia Islam. ”Kita adalah satu-satunya partai yang memiliki otoritas keagamaan yang dapat mengkounter radikalisme ini,” katanya. Hal ini, menurutnya, mendapat simpatik dan dukungan dari mereka yang merasa terganggu dengan hadirnya radikalisme agama di dunia termasuk di Indonesia.

Dalam suatu acara silaturrahmi warga NU dan PKB di aula Kantor NU Jember, Alwi Shihab meminta pada seluruh umat Islam Jemaah Ahlussunah untuk berhati-hati terhadap berkembangnya Islam radikal (radikalisme), menyusul banyaknya pengeboman yang dilakukan kelompok Islam radikal itu.

Menurutnya, umat Islam warga Nahdliyin dan para ulama wajib membendung kekuatan mereka agar tidak merusak Islam itu sendiri. Ia mengakui, ajaran Islam radikal pada prinsipnya berniat baik untuk memurnikan ajaran Islam dari pengaruh-pengaruh luar, selain diajarkan Rasulallah. Namun, lanjut dia, dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat di Indonesia, mereka yang beraliran Islam radikal itu, ternyata dalam memahami ajaran Rasulallah sangat literlek yang melahirkan pandangan yang keras.

"Akibatnya, mereka sering bersikap memberontak bila menghadapi perilaku manusia yang tidak cocok dengan ajaran yang mereka pahami," katanya.

Padahal, menurutnya, meski di Indonesia, warga Indonesia yang mayoritas beragama Islam, namun pada kenyataannya orang Islam yang benar-benar menjalankan aqidah dan akhlakrasulallah baru 20 persennya. "Pertanyannya apakah kemudian mereka harus dipaksa? Padahal Islam dalam mensyiarkan syariahnya selalu bertahap sesuai kemampuan manusia itu sendiri," katanya.

Untuk itulah, pihaknya sepakat untuk tidak memasukkan syariah Islam ke dalam konstitusi yang berakibat akan menjadi undang-undang. Sebab, apabila syariat Islam masuk dalam undang-undang negara, konsekwensinya terhadap siapapun yang melanggar akan dikenakan saksi.

Kekayaan

Kekayaan Alwi Shihab turun sebesar Rp 535 juta, dari kekayaan dalam rupiah pada tahun 2004 Rp 18,609 miliar menjadi Rp 18,174 miliar. Harta dalam dollar AS pada tahun 2005 125.054 dollar AS, turun dari sebelumnya tahun 2004 sebesar 210.980 dollar AS. Demikian pengumuman Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jakarta, Selasa (23/5/2006).

Harta tidak bergerak pada 25 Oktober 2004 Rp 15,981 miliar, meningkat pada 1 Februari 2006 menjadi Rp 16,046 miliar. Harta bergerak berupa alat transportasi tetap Rp 907 juta. Harta bergerak lainnya Rp 1,143 miliar. Giro dan setara kas lain menurun drastis dari Rp 576,877 juta dan 210.980 dollar AS pada 2004 menjadi Rp 77,792 juta dan 125.054 dollar AS.

KH Abdullah Gymnastiar





► e-ti
Nama :
Yan Gymnastiar
Nama Populer :
KH Abdullah Gymnastiar
Nama Panggilan :
Aa Gym
Lahir :
Bandung, 29 Januari 1962
Istri :
Ninih Muthmainah Muhsin
Anak :
- Ghaida Tsuraya
- Muhammad Ghazi Al-Ghifari
- Ghina Raudhatul Jannah
- Ghaitza Zahira Shofa
- Ghefira Nur Fatimah
- Ghaza Muhammad Al Ghazali
Agama:
Islam
Pendidikan formal :
- D-3 PAAP (Pendidikan Ahli Administrasi Perusahaan) Unpad
- Fakultas Teknik Universitas Jenderaln Ahmad Yani
Pendidikan Agama :
- Pesantren Miftahul Huda Manonjaya Tasikmalaya
- Belajar pada Ajengan Junaidi di Garut
Karir:
Komandan Resimen Mahasiswa di Akademi Teknik Jenderal Achmad Yani (1982) Pendiri Kelompok Mahasiswa Islam Wiraswasta (1987)
Pemimpin Pondok Pesantren Daarut Tauhid, Bandung (1990- sekarang)
Alamat :
Jalan Gegerkalong Girang No 38, Bandung


KH Abdullah Gymnastiar

Tawarkan Damai dan Manajemen Qalbu


KH Abdullah Gymnastiar, akrab disapa Aa Gym, mengajarkan sebuah konsep baru Syiar Islam. Manajemen Qalbu yang menawarkan diri untuk mengajak orang memahami hati atau qalbu, diri sendiri, agar mau dan mampu mengendalikan diri setelah memahami benar siapa dirinya sendiri. Kiyai yang berbekal ilmu laduni itu disambut haru dengan tetesan air mata oleh umat Muslim maupun Kristen di Palu, ketika ia dengan tulus mengunjungi daerah yang diwarnai konflik itu.

Pada tablig akbar yang diikuti lebih 10 ribu jemaah --termasuk warga Kristiani -- di Masjid Agung Darussalam Palu— AA Gym, sapaan akrab KH Abdullah Gymnastiar, mengatakan jika buta mata hanya tidak melihat dunia, tetapi jika hatinya yang buta tidak bisa lagi melihat kebenaran. "Mereka inilah yang kacaukan bangsa ini," tuturnya dengan lantunan lagu. Setelah tablig akbar di Poso, Aa Gym juga berceramah (siraman rohani) di hadapan komunitas kristiani di Tentena.


Kehadiran KH A Gymnastiar di Poso, sangat menyejukkan bagi kedua kelompok bertikai di daerah itu. Diharapkan suasana ini dapat mengugah kembali pengikut kedua agama terbesar di daerah itu dapat hidup berdampingan secara damai di bawah payung Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.


Toleransi kehidupan antarumat beragama di Poso tercabik-cabik akibat konflik yang hanya berawal dari peristiwa remaja yang mabuk-mabukan, kemudian meluas hingga menjerumuskan umat muslim dan kristiani ke dalam peritikaian yang mengenaskan.

Konflik itu mulai mereda setelah Menko Kesra Yusuf Kalla memprakarsai pertemuan pemuka agama dan tokoh masyarakat Poso di Kota kecil Malino, Sulawesi Selatan, yang kemudian melahirkan Deklarasi Malino Damai untuk Poso.


Dalam beberapa kesempatan, pemimpin Ponpes Daurut Tauhid Bandung itu mengemukakan perbedaan golongan dan agama merupakan rahmat. "Nikmatilah perbedaan itu dengan mencari titik persamaannya, yakni kita semua sama-sama bangsa Indonesia yang ingin maju".


Menurutnya, penyebab terjadinya kerusuhan di sejumlah daerah di Indonesia ini adalah karena rakyat Indonesia masih suka menonjolkan golongannya dan menganggap golongan lain tidak benar. Seharusnya, dengan adanya perbedaan tersebut justru bisa memperkuat dan mempersatukan bangsa ini, dan tidak sebaliknya berpecah-belah saling mempertahankan prinsip, padahal semua itu sama-sama bangsa Indonesia.


Untuk menikmati perbedaan tersebut, Aa Gym mencontohkan bangunan beton, yang campurannya terdiri atas semen, besi, batu krikil, dan air, tapi bisa berdiri dengan kokoh dan kuat, karena bahan-bahan yang di dalamnya tidak saling menonjolkan diri. Demikian juga bangsa ini bisa kokoh dan kuat serta tidak bisa diadu-domba dan 'dijajah' oleh bangsa lain, jika kompak dan tidak suka menonjolkan diri.


Ulama kondang ini, tampil di acara Sixty Minutes di TV NBC, AS, bulan November 2002. Media televisi di AS itu tertarik menampilkan Aa Gym karena ia dinilai menghadirkan sebuah nuansa Islam yang sejuk dan damai. Nuansa islami yang dinilai sangat berbeda dengan isu dan pandangan AS tentang Islam selama ini. Beberapa waktu lalu, koran New York Times dan majalah Time juga menyajikan profil Aa Gym, berikut pandangan-pandangannya.

Manajemen Qalbu

Aa Gym mengajarkan sebuah konsep baru Syiar Islam yang menawarkan diri untuk mengajak orang memahami hati atau qalbu, diri sendiri, agar mau dan mampu mengendalikan diri setelah memahami benar siapa dirinya sendiri.

Menurutnya, orang sering lupa terhadap diri sendiri. Bahkan, orang selalu menyalahkan orang lain jika terjadi sesuatu pada dirinya. Sebaiknya setiap orang harus sadar, bahwa semua yang terjadi dan bakal terjadi bermula dari dirinya sendiri. Jika ingin jadi baik, tentu dia harus berbuat baik. Jadi, harus lebih dulu mengenali dan memahami diri sendiri.


Dengan mengutip hadis Rasulullah SAW, iamengatakan, bahwa dalam diri manusia itu terdapat suatu organ. Kalau organ itu baik, baik jugalah seluruh manusia itu. Tetapi, kalau ia busuk, busuk pulalah seluruh manusia itu. Organ itu adalah hati.


Menurutnya, hati adalah raja. Sehubungan dengan itu, dalam dakwahnya dia selalu menyampaikan arti penting manajemen qalbu (hati). Sebab, bila seseorang memiliki hati yang baik, maka akan baiklah perilakunya, yaitu perilaku yang dipenuhi rasa ikhlas dan jujur.


Kejujuran adalah modal dasar untuk membentuk jiwa yang tangguh, penuh dedikasi, dan disiplin dalam menjalankan kerja sehari-hari. Dan, disiplin adalah modal dasar untuk membentuk kader-kader unggul yang selalu haus prestasi. Langkah seperti itulah yang diterapkan dalam membina para santrinya.


Kini dia menjadi salah satu pendakwah paling digemari di Indonesia. Bahkan telah mulai melampaui popularitas KH Zainuddin MZ, terutama setelah dai sejuta umat itu menjadi politisi lalu bertikai dan mendirikan partai baru.


Popularitas Aa Gym memang sedang berkibar. Anak tertua dari empat bersaudara, yang dilahirkan di Bandung dengan nama Yan Gymnastiar, dari pasangan Letkol (Pur) Engkus Kuswara dan Hj Yeti Rohayati, itu kini kebanjiran undangan untuk berdakwah di berbagai kota di seluruh pelosok tanah air. Jadwalnya pun makin padat.

Dakwahnya tidak hanya disiarkan di televisi, juga di berbagai radio seperti di Jakarta, Bandung, Semarang dan Medan. Bahkan, banyak isi ceramahnya yang sudah dibukukan, dibuat VCD (video compact disc), atau direkam di pita kaset. Kini, hampir setiap hari, menjelang magrib, dia tampil di SCTV.


Sukses Aa Gym tak terlepas dari konsep barunya tentang syiar Islam. Dia menyiarkan Islam dengan format yang sangat sederhana, lugas dan renyah. Dai muda yang memulai karirnya pada 1990 itu kini menjadi pendakwah yang dikagumi hampir semua lapisan masyarakat. Mulai remaja, ibu rumah tangga, hingga para eksekutif perusahaan. Bahkan, BUMN seperti PT Telkom, Bank BNI, PT DI (Dirgantara Indonesia), dan PT KAI sering mengundang dia memberikan ceramah rohani.


Setiap dia tampil berdakwah, ribuan orang berduyun-duyun ingin mendengar. Pesantrennya di kawasan utara Bandung itu hampir setiap hari dipenuhi para santri yang ingin mengaji, beriktikaf, dan mentoring.


Kemunculan Aa Gym menjadi fenomena dakwah di tengah krisis multidimensional yang sedang melanda negeri ini. Bahkan, ajaran kesederhanaan hidup, kesahajaan, pembenahan hati dari dalam diri sendiri yang dia sampaikan menjadi kebutuhan santapan rohani sekaligus obat untuk kondisi masyarakat saat ini.

"Semua harus dimulai dari hati kita sendiri," katanya. Karena itu, dia selalu mewanti-wanti jangan sampai apa yang disampaikan tidak tecermin dalam diri sendiri. Tak lupa, dia menyebut keluarga adalah cermin dari sukses dakwah yang dia sampaikan. "Keluarga jadi lingkup terkecil dari orang yang mendengar dakwah kita. Jangan sampai kita sukses mengubah orang lain dengan dakwah itu, tetapi keluarga tidak. Keluarga menjadi sangat penting bagi saya," bebernya.


Suksesnya di bidang dakwah diikuti pula sukses di bidang pendidikan dan bisnis. Dia berhasil mengelola Yayasan Pesantren Darut Tauhid di Jalan Gegerkalong Girang No 38, Bandung. Pesantren yang dibangun di atas lahan seluas tiga hektar itu tergolong modern dan multifungsi. Ada bangunan masjid 1.000 meter persegi, ada cottage 24 kamar berkapasitas 80 orang (khusus bagi orang tua dan santri dari luar kota yang ikut pelatihan atau pesantren). Ada pula gedung serbaguna, kafetaria, serta swalayan mini yang megah dan elite. Ribuan santri belajar di sana.


Bidang usahanya antara lain, swalayan, warung telekomunikasi, penerbitan buku, tabloid, stasiun radio, pembuatan kaset, dan VCD. Omzetnya miliaran rupiah. "Bisnis ini dikelola dan juga jadi wahana para santri untuk mengaktualisasikan jiwa dan pendidikan wirausahanya. Bukankah Rasulullah menyuruh kita agar berada dalam tangan posisi di atas? Tak harus minta-minta. Ini akan berhasil jika kita mampu membangun jiwa entrepreneurship dalam diri kita sendiri," ujarnya.


Sosok Aa Gym memang bisa menjadi suri teladan. Dia kyai yang masih muda, sederhana, namun bersahaja dan sukses di bidang usaha. Ia sosok teladan di tengah langkanya keteladanan pada masa kini.


Ketika tampil di depan para elite politik, pejabat negara, dan diplomat asing pada malam peringatan Nuzulul Quran di Masjid Istiqlal, dai muda yang menekankan kebersihan hati, manajemen qalbu sebagai trademark dakwahnya, itu mengatakan, "Rakyat lebih terpesona kepada pemimpin bersahaja. Pemimpin bangsa tak perlu pamer kemewahan. Melihat orang pakai mobil mewah dan punya rumah mentereng, kita jadi enek. Bukan tidak boleh. Tapi, itu bisa menimbulkan pertanyaan dari mana semua itu?"

Kisah Aa Gym
Lalu, siapakah Aa Gym yang ceramahnya mampu membuat ribuan jemaahnya mengucurkan air mata? Dan, bagaimana ia mengelola Pondok Pesantren Daarut Tauhid sehingga menjadi rujukan beberapa lembaga dari sejumlah negara asing?

Pada tahun 1980-an di Garut, Jawa Barat, di sebuah rumah yang tertata rapi, di sebuah dusun, tampak seorang lelaki muda tengah memperdalam pemahaman spiritual di bawah bimbingan ajengan Junaedi. Hanya dalam tiga hari, lelaki muda itu dinyatakan memiliki ilmu laduni (ilmu yang diberikan Allah Swt kepada hambanya yang beriman, tanpa melalui proses belajar). Untuk lebih meyakinkan ucapan gurunya, lelaki muda itu kembali melanjutkan perjalanan spiritualnya dengan berguru kepada beberapa ulama zuhud. Hasilnya sama, ia dinyatakan telah dikaruniai ma'rifatullah.

Lelaki yang bernama Abdullah Gymnastiar itu mengaku sering merasakan keajaiban yang sulit dicari penjelasannya. Setiap hari, dia mampu mengajar banyak orang dengan materi yang mengalir begitu saja. Saat materi tersebut di cek dengan kitab-kitab tafsir, ternyata isinya sama persis. "Terkadang saya mendapat ilmu baru tatkala sedang menyampaikan ceramah di hadapan jemaah," ujarnya.

Berbekal ilmu laduni itu, ia mulai menyebarkan ajaran Islam kepada sesama manusia melalui pengajian dan ceramah, baik secara langsung maupun menggunakan media cetak dan elektronik. Langkah awal dakwahnya dimulai dengan membangun Yayasan Pondok Pesantren Daarut Tauhid (DT). Ide pembentukan DT terilhami oleh keberhasilan gerakan Al-Arqom dari Malaysia yang sukses mengembangkan kemandirian dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari secara Islami. Tapi, perbedaannya, DT tidak bersifat eksklusif seperti Al-Arqom. DT terbuka untuk semua orang.

DT, yang berarti perkampungan atau rumah bagi orang-orang yang bertekad mengabdi hanya kepada Allah Swt., dirintis dari usaha wiraswasta Aa Gym bersama teman-temannya melalui lembaga Keluarga Mahasiswa Islam Wiraswasta (KMIW) pada 1987.

Saat itu, KMIW bergerak pada beberapa usaha kecil seperti pembuatan sticker, t-shirt, gantungan kunci, dan stationary yang dilengkapi slogan-slogan religius. Sebagian hasil usahanya digunakan untuk menopang dakwah, yaitu dalam bentuk pengajian rutin untuk remaja dan umum di bawah bimbingan Aa Gym.

Seiring dengan perkembangan usaha dan peningkatan jemaah pengajian, maka pada 1990 KMIW mendirikan DT di rumah orang tua Aa Gym. Beberapa waktu kemudian, DT pindah lokasi ke Jalan Gegerkalong Girang 38. Di lokasi baru yang berupa rumah pondokan dengan 20 kamar itu, ia menyewa dua kamar. Di sini gerakan dakwah lelaki penggemar warna putih itu mendapat tantangan berat. Sebab, lokasi itu dikenal sebagai markas "biang kerok" keresahan masyarakat. Dan, dengan keteguhan jiwa, akhirnya lelaki yang pintar beradaptasi dengan lingkungan itu berhasil mengontrak seluruh kamar yang ada. Bahkan, ia berhasil membeli rumah kontrakan tersebut langsung dari pemiliknya dengan harga Rp 100 juta.

Selanjutnya, pada 1993, ia memperbaiki markasnya dengan membangun gedung permanen berlantai tiga. Lantai satu digunakan untuk kegiatan perekonomian, lantai dua dan tiga dijadikan masjid. Masjid DT itu sering disebut masjid seribu tangan karena dibangun secara gotong royong oleh ribuan warga yang tinggal di sekitar tempat tersebut dan jemaah DT.

Usahanya berjalan lancar. Pada 1994, lelaki yang antirokok itu berhasil mendirikan Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren) DT untuk menopang dakwahnya. Dan, pada 1995, seorang jemaah membelikan sebidang tanah berikut bangunannya di Jalan Gegerkalong Girang 30 D, sekitar 50 meter dari masjid. Bangunan itu lalu digunakan sebagai kantor yayasan, kediaman pemimpin pondok, Taman Kanak-kanak Al-Qur’an (TKA) dan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA), ruang pertemuan, ruang produksi konveksi, gudang, dan kamar para santri.

Menjelang akhir tahun 1997, sarana dakwah dan perekonomian lelaki yang kurang suka pada pakaian batik itu bertambah lengkap setelah berdiri Gedung Kopontren empat lantai di seberang masjid. Gedung yang cukup representatif itu digunakan untuk kantor Baitul Mal wat-Tamwil (BMT), penerbitan dan percetakan, swalayan dan mini market, warung telekomunikasi, pusat informasi, serta lain-lain.

Pada 1999, DT berhasil memiliki Radio Ummat yang mengudara sejak 9 Desember 1999, mendirikan CV House and Building (HNB), PT MQs (Mutiata Qolbun Salim), PT Tabloid MQ, Asrama Daarul Muthmainnah 2000, Radio Bening Hati, dan membangun Gedung Serba Guna. Sampai 1999, aset DT--yang semula tidak seberapa--telah bernilai Rp 6 miliar.

Usaha ekonomi yang berjalan sukses tersebut ternyata sangat membantunya dalam menjalankan misi DT sebagai fasilitator pengembangan seluruh aktivitas sosial, budaya, teknologi, dan pendidikan yang bernuansa Islam. Dan, kesuksesan usaha ekonomi DT itu tercapai karena pengelolaannya menggunakan sistem keuangan yang transparan, profesional, dan inovatif, ditambah kejujuran para santri. Sifat jujur para santri itu tak terlepas dari peran sentral Aa Gym dalam menggembleng mereka.

Dalam mendidik atau menyampaikan sebuah materi ajaran agama, ia senantiasa menekankan pentingnya pembenahan hati, atau yang sering disebut metode Manajemen Qalbu. Manajemen Qalbu adalah upaya untuk mengatur dan memelihara kebeningan hati dengan cara mengenal Allah. Salah satu caranya dengan berzikir. Selanjutnya, hati yang damai itu diisi dengan nilai-nilai rohani Islam seperti sabar, rida, tawakal, ikhlas, jujur, dan disertai dengan ikhtiar.

Menurut ustad yang tidak memiliki pembantu rumah tangga itu, hati adalah raja yang dapat membuat manusia melakukan apa saja. "Kita banyak amal, tapi kalau hatinya tidak ikhlas, ya tidak akan diterima," ujarnya. Bagi Aa Gym yang fasih mendendangkan nasyid, itu suatu hal yang disampaikan dengan pikiran, maka hanya akan menyentuh pikiran. Sedangkan apa yang disampaikan dengan hati yang tulus, maka akan menyentuh relung hati pendengar yang paling dalam.

Pendapat itu terbukti kebenarannya. Sebab, di tiap pengajian yang ia adakan tiap minggu di DT, meskipun hanya membahas materi ringan ternyata mampu menyejukkan hati ribuan pendengarnya yang datang dari berbagai kota di Jawa Barat, bahkan Jakarta. Malah, ketika ia bernasyid atau memanjatkan doa, banyak jemaah yang tak kuasa membendung air matanya. "Terasa seperti sedang memutar rekaman film dari tingkah laku saya sendiri. Benar-benar menyentuh hati ceramahnya," ujar salah seorang santrinya.

Selain diajari Manajemen Qalbu, para santri DT yang jumlahnya lebih dari lima ribu orang itu juga harus mengikuti program Santri Quantum. Program ini dirancang khusus untuk meningkatkan dan melipatgandakan kemampuan otak dalam berpikir. Sebagai pelengkap, para santri juga digembleng kemampuan fisiknya, sehingga daya tahan (endurance) mereka dalam aktivitas hidup sehari-hari bisa optimal. "Di sini, seseorang dilatih untuk menjadi dirinya sendiri," ujarnya dengan mantap.

Metode pendidikan ala Aa Gym itu berjalan sukses karena dalam pelaksanaannya dijalankan dengan disiplin yang ketat. Bila ada santri yang salah, ia tak segan-segan menjatuhkan sanksi. Biasanya, sanksi diberikan sesuai dengan kemampuan orangnya, misalnya disuruh push up.

Secara umum, metode pendidikan yang menekankan arti penting zikir, pikir, dan ikhtiar itu banyak menarik minat lembaga lain untuk mempelajarinya. Misalnya, ada salah satu kesatuan TNI AD yang mengikuti pendidikan di pesantren itu selama satu bulan. Hasilnya, disiplin mereka tidak kaku seperti robot lagi, tapi berubah menjadi disiplin yang memiliki roh. Bahkan, banyak prajurit yang menjadi rajin mengerjakan salat dan mulai meninggalkan kebiasaan merokok.

Juga ada beberapa lembaga dari luar negeri, seperti dari Australia, Jepang, Mesir dan Singapura, yang pernah melakukan studi banding tentang resep sukses DT. Dan, kini, pengajian atau ceramah Aa Gym tidak lagi hanya diadakan di Bandung dan Jakarta, tapi telah merambah ke kota-kota lain seperti Semarang, Yogyakarta, Batam, dan Padang. Malah, ke luar negeri.

Selain terus berupaya meningkatkan kualitas para santrinya, Aa Gym yang semasa remaja menjadi penggemar musik country itu juga sangat peduli pada kebersihan, keamanan, dan ketenteraman lingkungan sekitarnya. Untuk masalah kebersihan, ia yang siap melayani umatnya kapan saja, itu tak segan-segan memungut kertas permen yang berserakkan di lingkungannya untuk dibuang ke tempat sampah. Dan, ia menugaskan para santrinya untuk membersihkan lingkungan pesantren dari segala macam sampah setiap hari Sabtu.

Sedangkan untuk membersihkan Bandung dari perbuatan maksiat dan perjudian, Aa Gym bersama Satuan Santri Siap Guna tidak segan-segan turun langsung ke lapangan guna mengingatkan para penjudi dan pelaku maksiat lainnya.

Keberaniannya tersebut ternyata membuatnya sering dimusuhi para bandar judi. Tapi, semua itu tak membuatnya menyurutkan langkah dalam memerangi maksiat. Sebaliknya upayanya ternyata berdampak positif. Kini, kawasan Pondok Pesantren Daarut Tauhid menjadi kawasan bebas rokok dan wilayah teraman dan terbaik se-Jawa Barat.

Pria bertubuh ramping dengan sorot mata tajam itu terkenal murah senyum. Sejak SMA, naluri bisnisnya telah berkibar. Saat itu, ia pernah berjualan roti, koran, film, dan membuat percetakan.

Moto hidupnya adalah berprestasi bagi dunia dan akhirat. Ia u menikah dengan Ninih Mutmainah M dan kini telah dikarunia enam anak, yaitu Ghaida Tsuraya, M. Ghazali Al-Ghifari, Ghina Rauddathul Jannah, Ghaitsa Shofa, Ghefira Nur Fatimah, dan M. Ghaza Al-Ghazali.

Sebagai orang yang super sibuk, ia menerapkan manajemen keseimbangan. Menurutnya, segalanya harus diukur secara proporsional. Sebab, setiap ketidakseimbangan adalah kezaliman, sedangkan kezaliman dilarang oleh Islam. "Sesibuk apa pun, menimang dan bercengkerama dengan anak harus dilakukan," ujarnya.

Dalam mendidik putra-putrinya, penggemar kegiatan membaca itu selalu menekankan arti penting kejujuran dan keikhlasan. Maksudnya, agar kita menjadi insan bertakwa dan berprestasi. Atau, siapa tahu, mendapat karunia ilmu laduni seperti Aa Gym?

Wawancara
Konsep baru syiar Islam yang ditawarkan Aa Gym adalah tentang manajemen qalbu (MQ). Apa dan bagaimana MQ itu, berikut petikan wawancaranya dengan Widaningsih:

Apa sebenarnya konsep manajemen qalbu yang ditawarkan dalam pesan dakwah Anda?
Konsep manajemen qalbu itu sebuah konsep yang menawarkan diri untuk mengajak orang memahami hati atau qalbu, diri sendiri, agar mau dan mampu mengendalikan diri setelah memahami benar siapa dirinya sendiri.
(Dia lantas mengutip hadis Rasulullah SAW). Bahwa dalam diri manusia itu terdapat suatu organ. Kalau organ itu baik, baik jugalah seluruh manusia itu. Tetapi, kalau ia busuk, busuk pulalah seluruh manusia itu. Organ itu adalah hati.
Orang kadang lupa terhadap diri sendiri. Bahkan, orang selalu menyalahkan orang lain jika terjadi sesuatu pada dirinya.
Kalau dia sadar, semua yang terjadi dan bakal terjadi bermula dari dirinya sendiri. Jika ingin jadi baik, tentu dia harus berbuat baik. Contoh yang paling konkret adalah diri sendiri. Untuk itu, mengenali dan memahami diri sendiri itu menjadi penting.

Apakah format yang cantik dan penyampaian lugas serta bahasa sederhana jadi resepnya sehingga pesan MQ yang Anda tawarkan begitu segar dan sangat menyentuh?
(Dia tertawa). Ada kalanya, beberapa pesan yang kita sampaikan harus berbentuk sesuatu yang sangat familiar. Contoh-contoh konkret harus ada di sekitar kita atau biasa terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Misalnya, bagaimana kita butuh upaya untuk pengembangan pribadi, bagaimana membangun keluarga sakinah, bagaimana membangun peradaban, atau bagaimana kita bisa meraih sukses.
Contoh nyata atas apa yang saya sampaikan juga harus tecermin dalam diri saya sendiri. Bagaimana saya bisa mempengaruhi orang kalau saya sendiri tak berbuat seperti itu.
(Lalu, Aa Gym bercerita tentang kiat suksesnya dengan mengutip ayat Alquran Surat Al Qashash:77). Seorang mukmin yang kuat itu lebih dicintai Allah daripada yang lemah. (Aa juga bertutur tentang keunggulan Nabi Muhammad). Sejak kecil, beliau memiliki etos kerja yang tinggi dan profesional.
Dari contoh itu, saya hanya sedikit meramunya dengan kiat sukses yang dirumuskan dalam rumus 7 T. Yakni tenang, terencana, terampil, tertib, tekun, tegar, dan tawadlu (rendah hati).

Mengapa Anda sering menyampaikan pesan itu secara jenaka?
Ada kalanya, apa yang kita sampaikan sangat bergantung pada situasi yang terjadi. Misalnya, saat pesan yang disampaikan berupa muhasabah atau perenungan, agar jadi lebih baik, harus konsentrasi.
Tetapi, ada kalanya, kita juga menggunakan gurauan yang membuat orang bisa dan perlu menertawakan diri sendiri. Gurauan itu punya makna sangat tinggi. Biar orang bisa mengevaluasi dirinya sendiri. Walaupun tertawa, silakan menertawakan diri sendiri.

Inti MQ itu upaya menyentuh hati atau tasawuf. Tapi, ada juga pendapat tasawuf malah menghambat karena orang cenderung berserah diri. Komentar Anda?
Jujur saja, sebenarnya saya kurang begitu paham tentang tasawuf ini. Saya hanya paham bagaimana Rasulullah mengajarkan dalam tubuh ini ada segumpal daging. Kalau daging itu baik, baik pula sekujur tubuhnya. Jika buruk, buruk pula sekujur tubuhnya itu. Segumpal daging itu dinamakan qalbu (hati).
Rasulullah mengatakan seperti itu. Dan, saya yakin, itu sebuah kebenaran. Jika kita kemas dengan cara tepat dan profesional, ini akan berdampak bukan hanya pada diri kita sendiri, tapi juga untuk orang lain sampai pada akhir hayat atau kiamat nanti.

Apa betul, bangsa kita sedang sakit? Lantas, apakah penyembuhan hati ini satu-satunya jalan?
Masyarakat Indonesia kini mengalami krisis multidimensional. Kembali menata hati dan memulai perubahan pada diri sendiri menjadi kondisi psikologis dan kebutuhan yang diperlukan masyarakat kita.
Tentu saja, itu bukan sebagai satu-satunya jalan. Tapi, saya pikir, penyembuhan hati sangat penting, terutama karena perilaku orang ditentukan hatinya. Kalau akal dan pikiran itu menunjukkan esensi, perbuatan untuk menjadikannya sebuah nilai sangat bergantung pada hatinya.
Kita lihat, banyak orang pandai, tetapi tidak punya hati nurani. Ya, dia korupsi. Korupsi itu bukan pekerjaan orang bodoh. Kerusakan negeri ini justru disebabkan orang-orang yang mempunyai kemampuan berpikir, tapi hatinya kurang baik.
Ini yang harus kita sembuhkan. Jangan lupa, penduduk Indonesia itu lebih dari 250 juta orang. Ini merupakan aset yang luar biasa.

Apakah agama masih dianggap sebagai suatu solusi?
Itu harus. Agama pasti mampu menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi bangsa ini. Hanya, masalahnya, mengamalkan agama dan menyosialisasikannya harus dilakukan terus-menerus, lebih inovatif, dan kreatif. Jadi, bisa diterima masyarakat yang terus mengalami perubahan.
Yang terpenting pula, bagaimana mengaktualisasikan pemahaman agama itu dengan benar dan konsisten. Dengan begitu, masyarakat bisa menerima agama sebagai suatu solusi. Jangan hanya mengaku beragama, tetapi tindakan dan perilakunya justru jauh dari agama itu. Kondisinya saat ini kan seperti itu. Banyak masyarakat yang tidak konsisten dengan agamanya.

Jadi, peran ulama dan dai sangat penting? Kenyataannya, sangat jarang dai seperti Anda. Banyak yang cenderung masih sangat konservatif dan ketinggalan perkembangan di masyarakat?
Saya tidak berani menilai. Sebab, kapasitas pengetahuan dan pemahaman saya tentang orang lain masih sangat terbatas. Namun, saya percaya, ulama itu harus memiliki pemahaman soal agamanya dengan benar.
Dia harus bersungguh-sungguh dan konsisten dalam mengamalkan agamanya untuk menjadi suri teladan umat. Tidak untuk kepentingan apa pun dan siapa pun, kecuali Allah semata.
Allah SWT yang mengangkat derajat umat yang tidak takut siapa pun, kecuali takut kepada Allah. Sepanjang hayatnya bersih untuk mengabdikan diri bagi kemaslahatan umat. Kalau ulama berhati tulus dan pengamalannya benar, dia akan punya kekuatan ruhiyah yang sangat tinggi.
Seorang ulama harus bisa menyajikan opini di masyarakat bahwa kebenaran itu begitu indah dan bisa menjadi jalan keluar yang realistis bagi umat. Tentu, jika melihat dinamika masyarakat yang terus berkembang dengan penggunaan perangkat modern, misi itu bakal bisa menggugah dan mengubah masyarakat itu sendiri.

Anda membina pondok pesantren dengan cara amat modern. Terbukti, itu cukup berhasil, termasuk di bidang bisnis. Misi itu tidak berbenturan?
Intinya begini. Untuk bisa berdakwah dengan baik, harus ada contoh nyata. Dengan demikian, umat tidak hanya mendengar bagaimana Islam menjadi solusi. Kami membuat Pesantren Darut Tauhid sebagai miniatur realitas.
Karena itu, kami bekerja keras untuk membuktikan bagaimana Islam benar-benar bisa membuat orang sejahtera di bumi ini. Bahwa Islam juga sangat profesional.
Islam juga membuat kita mendapat dunia dan menikmati dunia dengan baik, tetapi juga punya nilai yang bisa menjadi bekal di akhirat nanti. Dengan santri-santri yang kita bina, Islam juga bisa membuktikan bagaimana cara berbisnis yang baik. Pebisnis dengan hati dan mental yang baik itu kan yang kita perlukan. Dua sisi yang saling melengkapi.

Itu berarti keseimbangan tetap harus ada?
Saya kira begitu. Metode manajemen qalbu yang saya tekankan di Pesantren Darut Tauhid tersebut diarahkan untuk mencapai keberagamaan yang intrinsik. Keseimbangan itu dibangun dalam praktik agama yang bersifat lahiriah dan batiniah. Jadi, terwujud keseimbangan antara zikir, pikir, dan ikhtiar.
Islam membuat kita mendapat dunia dan menikmati dunia dengan baik. Tetapi, juga punya nilai untuk bekal di akhirat dan punya nilai yang membuat orang berinteraksi dengan dunia ini. Orang tidak tertipu hiruk-pikuk dunia sehingga membuat orang terhina oleh dunia yang dimilikinya.
Kita punya dunia. Namun, kita harus jauh lebih bernilai daripada dunia yang kita genggam itu sendiri. Ini yang ingin saya tekankan.

KH Achmad Mustofa Bisri


► e-ti/
BIODATA

Nama :
KH Achmad Mustofa Bisri
Lahir :
Rembang, 10 Agustus 1944
Agama :
Islam
Jabatan:
Pimpinan Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah
Istri:
Siti Fatimah
Anak:
1. Ienas Tsuroiya
2. Kautsar Uzmut
3. Randloh Quds
4. Rabitul Bisriyah
5. Nada
6. Almas
7. Muhammad Bisri Mustofa
Ayah:
Mustofa Bisri
Ibu:
Ma’rafah Cholil

Pendidikan :
- Pondok Pesantren Lirboyo Kediri
- Al-Munawwir Krapyak, Yogyakarta
- Raudlatuh Tholibin, Rembang
- Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir

Karya Tulis Buku:
- Dasar-dasar Islam (terjemahan, Abdillah Putra Kendal, 1401 H);
- Ensklopedi Ijma' (terjemahan bersama KH. M.A. Sahal Mahfudh, Pustaka Firdaus, Jakarta, 1987);
- Nyamuk-Nyamuk Perkasa dan Awas, Manusia (gubahan cerita anak-anak, Gaya Favorit Press Jakarta, 1979);
- Kimiya-us Sa'aadah (terjemahan bahasa Jawa, Assegaf Surabaya);
- Syair Asmaul Husna (bahasa Jawa, Penerbit Al-Huda Temanggung);
- Ohoi, Kumpulan Puisi Balsem (Pustaka Firdaus, Jakarta, 1991,1994);
- Tadarus, Antalogi Puisi (Prima Pustaka Yogya, 1993);
- Mutiara-Mutiara Benjol (Lembaga Studi Filsafat Islam Yogya, 1994);
- Rubaiyat Angin dan Rumput (Majalah Humor dan PT. Matra Media, Cetakan II, Jakarta, 1995);
- Pahlawan dan Tikus (kumpulan puisi, Pustaka Firdaus, Jakarta, 1996);
- Mahakiai Hasyim Asy'ari (terjemahan, Kurnia Kalam Semesta Yogya, 1996);
- Metode Tasawuf Al-Ghazali (tejemahan dan komentar, Pelita Dunia Surabaya, 1996);
- Saleh Ritual Saleh Sosial (Mizan, Bandung, Cetakan II, September 1995);
- Pesan Islam Sehari-hari (Risalah Gusti, Surabaya, 1997);
- Al-Muna (Syair Asmaul Husna, Bahasa Jawa, Yayasan Pendidikan Al-Ibriz, Rembang, 1997);
- Fikih Keseharian (Yayasan Pendidikan Al-Ibriz, Rembang, bersama Penerbit Al-Miftah, Surabaya, Juli 1997)

Organisasi:
Mantan Rois Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PB NU) periode 1994-1999 dan 1999-2004

Alamat Rumah :
Pondok Pesantren Raudlatuh Tholibin, Jalan Mulyo No. 4 Rembang 59217 Telepon/Faksimile : 0295-691483

Sumber:
Antara lain, Kompas Minggu 24 Oktober 2004, Gatra Nomor 8/IV, 10 Januari 1998, dan PDAT





KH Achmad Mustofa Bisri

Sang Kiyai Pembelajar


Kiyai, penyair, novelis, pelukis, budayawan dan cendekiawan muslim, ini telah memberi warna baru pada peta perjalanan kehidupan sosial dan politik para ulama. Ia kiyai yang bersahaja, bukan kiyai yang ambisius. Ia kiyai pembelajar bagi para ulama dan umat. Pengasuh Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin, Rembang, Jawa Tengah, ini enggan (menolak) dicalonkan menjadi Ketua Umum PB Nahdlatul Ulama dalam Muktamar NU ke-31 28/11-2/12-2004 di Boyolali, Jawa Tengah.

KH Achmad Mustofa Bisri, akrab dipanggil Gus Mus, ini mempunyai prinsip harus bisa mengukur diri. Setiap hendak memasuki lembaga apapun, ia selalu terlebih dahulu mengukur diri. Itulah yang dilakoninya ketika Gus Dur mencalonkannya dalam pemilihan Ketua Umum PB Nahdlatul Ulama pada Muktamar NU ke-31 itu.

“Saya harus bisa mengukur diri sendiri. Mungkin lebih baik saya tetap berada di luar, memberikan masukan dan kritikan dengan cara saya,” jelas alumnus Al Azhar University, Kairo (Mesir), ini, yang ketika kuliah mempunyai hobi main sepakbola dan bulutangkis. Setelah tak lagi punya waktu meneruskan hobi lamanya, ulama ini lalu menekuni hobi membaca buku sastra dan budaya, menulis dan memasak, termasuk masak makanan Arab dengan bumbu tambahan.

Lahir di Rembang, Jawa Tengah, 10 Agustus 1944, dari keluarga santri. Kakeknya, Kyai Mustofa Bisri adalah seorang ulama. Demikian pula ayahnya, KH Bisri Mustofa, yang tahun 1941 mendirikan Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin, adalah seorang ulama karismatik termasyur.

Ia dididik orangtuanya dengan keras apalagi jika menyangkut prinsip-prinsip agama. Namun, pendidikan dasar dan menengahnya terbilang kacau. Setamat sekolah dasar tahun 1956, ia melanjut ke sekolah tsanawiyah. Baru setahun di tsanawiyah, ia keluar, lalu masuk Pesantren Lirboyo, Kediri selama dua tahun. Kemudian pindah lagi ke Pesantren Krapyak, Yogyakarta. Di Yogyakarta, ia diasuh oleh KH Ali Maksum selama hampur tiga tahun. Ia lalu kembali ke Rembang untuk mengaji langsung diasuh ayahnya.

KH Ali Maksum dan ayahnya KH Bisri Mustofa adalah guru yang paling banyak mempengaruhi perjalanan hidupnya. Kedua kiyai itu memberikan kebebasan kepada para santri untuk mengembangkan bakat seni.

Kemudian tahun 1964, dia dikirim ke Kairo, Mesir, belajar di Universitas Al-Azhar, mengambil jurusan studi keislaman dan bahasa Arab, hingga tamat tahun 1970. Ia satu angkatan dengan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur).

Menikah dengan Siti Fatimah, ia dikaruniai tujuh orang anak, enam di antaranya perempuan. Anak lelaki satu-satunya adalah si bungsu Mochamad Bisri Mustofa, yang lebih memilih tinggal di Madura dan menjadi santri di sana. Kakek dari empat cucu ini sehari-hari tinggal di lingkungan pondok hanya bersama istri dan anak keenamnya Almas.

Setelah abangnya KH Cholil Bisri meninggal dunia, ia sendiri memimpin dan mengasuh Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin, didampingi putra Cholil Bisri. Pondok yang terletak di Desa Leteh, Kecamatan Rembang Kota, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, 115 kilometer arah timur Kota Semarang, itu sudah berdiri sejak tahun 1941.

Keluarga Mustofa Bisri menempati sebuah rumah kuno wakaf yang tampak sederhana tapi asri, terletak di kawasan pondok. Ia biasa menerima tamu di ruang seluas 5 x 12 meter berkarpet hijau dan berisi satu set kursi tamu rotan yang usang dan sofa cokelat. Ruangan tamu ini sering pula menjadi tempat mengajar santrinya.

Pintu ruang depan rumah terbuka selama 24 jam bagi siapa saja. Para tamu yang datang ke rumah lewat tengah malam bisa langsung tidur-tiduran di karpet, tanpa harus membangunkan penghuninya. Dan bila subuh tiba, keluarga Gus Mus akan menyapa mereka dengan ramah. Sebagai rumah wakaf, Gus Mus yang rambutnya sudah memutih berprinsip, siapapun boleh tinggal di situ.


Di luar kegiatan rutin sebagai ulama, dia juga seorang budayawan, pelukis dan penulis. Dia telah menulis belasan buku fiksi dan nonfiksi. Justru melalui karya budayanyalah, Gus Mus sering kali menunjukkan sikap kritisnya terhadap “budaya” yang berkembang dalam masyarakat. Tahun 2003, misalnya, ketika goyang ngebor pedangdut Inul Daratista menimbulkan pro dan kontra dalam masyarakat, Gus Mus justru memamerkan lukisannya yang berjudul “Berdzikir Bersama Inul”. Begitulah cara Gus Mus mendorong “perbaikan” budaya yang berkembang saat itu.

Bakat lukis Gus Mus terasah sejak masa remaja, saat mondok di Pesantren Krapyak, Yogyakarta. Ia sering keluyuran ke rumah-rumah pelukis. Salah satunya bertandang ke rumah sang maestro seni lukis Indonesia, Affandi. Ia seringkali menyaksikan langsung bagaimana Affandi melukis. Sehingga setiap kali ada waktu luang, dalam bantinnya sering muncul dorongan menggambar. “Saya ambil spidol, pena, atau cat air untuk corat-coret. Tapi kumat-kumatan, kadang-kadang, dan tidak pernah serius,” kata Gus Mus, perokok berat yang sehari-hari menghabiskan dua setengah bungkus rokok.

Gus Mus, pada akhir tahun 1998, pernah memamerkan sebanyak 99 lukisan amplop, ditambah 10 lukisan bebas dan 15 kaligrafi, digelar di Gedung Pameran Seni Rupa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta. Kurator seni rupa, Jim Supangkat, menyebutkan, kekuatan ekspresi Mustofa Bisri terdapat pada garis grafis. Kesannya ritmik menuju zikir membuat lukisannya beda dengan kaligrafi. “Sebagian besar kaligrafi yang ada terkesan tulisan yang diindah-indahkan,” kata Jim Supangkat, memberi apresiasi kepada Gus Mus yang pernah beberapa kali melakukan pameran lukisan.

Sedangkan dengan puisi, Gus Mus mulai mengakrabinya saat belajar di Kairo, Mesir. Ketika itu Perhimpunan Pelajar Indonesia di Mesir membikin majalah. Salah satu pengasuh majalah adalah Gus Dur. Setiap kali ada halaman kosong, Mustofa Bisri diminta mengisi dengan puisi-puisi karyanya. Karena Gus Dur juga tahu Mustofa bisa melukis, maka, ia diminta bikin lukisan juga sehingga jadilah coret-coretan, atau kartun, atau apa saja, yang penting ada gambar pengisi halaman kosong. Sejak itu, Mustofa hanya menyimpan puisi karyanya di rak buku.

Namun adalah Gus Dur pula yang ‘mengembalikan’ Gus Mus ke habitat perpuisian. Pada tahun 1987, ketika menjadi Ketua Dewan Kesenian Jakarta, Gus Dur membuat acara “Malam Palestina”. Salah satu mata acara adalah pembacaan puisi karya para penyair Timur Tengah. Selain pembacaan puisi terjemahan, juga dilakukan pembacaan puisi aslinya. Mustofa, yang fasih berbahasa Arab dan Inggris, mendapat tugas membaca karya penyair Timur Tengah dalam bahasa aslinya. Sejak itulah Gus Mus mulai bergaul dengan para penyair.

Sejak Gus Mus tampil di Taman Ismail Marzuki, itu kepenyairannya mulai diperhitungkan di kancah perpuisian nasional. Undangan membaca puisi mengalir dari berbagai kota. Bahkan ia juga diundang ke Malaysia, Irak, Mesir, dan beberapa negara Arab lainnya untuk berdiskusi masalah kesenian dan membaca puisi. Berbagai negeri telah didatangi kyai yang ketika muda pernah punya keinginan aneh, yakni salaman dengan Menteri Agama dan menyampaikan salam dari orang-orang di kampungnya. Untuk maksud tersebut ia berkali-kali datang ke kantor sang menteri. Datang pertama kali, ditolak, kedua kali juga ditolak. Setelah satu bulan, ia diizinkan ketemu menteri walau hanya tiga menit.

Kyai bertubuh kurus berkacamata minus ini telah melahirkan ratusan sajak yang dihimpun dalam lima buku kumpulan puisi: Ohoi, Kumpulan Puisi Balsem (1988), Tadarus Antologi Puisi (1990), Pahlawan dan Tikus (1993), Rubaiyat Angin dan Rumput (1994), dan Wekwekwek (1995). Selain itu ia juga menulis prosa yang dihimpun dalam buku Nyamuk Yang Perkasa dan Awas Manusia (1990).

Tentang kepenyairan Gus Mus, ‘Presiden Penyair Indonesia’ Sutardji Calzoum Bachri menilai, gaya pengucapan puisi Mustofa tidak berbunga-bunga, sajak-sajaknya tidak berupaya bercantik-cantik dalam gaya pengucapan. Tapi lewat kewajaran dan kesederhanaan berucap atau berbahasa, yang tumbuh dari ketidakinginan untuk mengada-ada. Bahasanya langsung, gamblang, tapi tidak menjadikan puisinya tawar atau klise. “Sebagai penyair, ia bukan penjaga taman kata-kata. Ia penjaga dan pendamba kearifan,” kata Sutardji.

Kerap memberi ceramah dan tampil di mimbar seminar adalah lumrah bagi Gus Mus. Yang menarik, pernah dalam sebuah ceramah, hadirin meminta sang kiai membacakan puisi. Suasana hening. Gus Mus lalu beraksi: “Tuhan, kami sangat sibuk. Sudah.”

Sebagai cendekiawan muslim, Gus Mus mengamalkan ilmu yang didapat dengan cara menulis beberapa buku keagamaan. Ia termasuk produktif menulis buku yang berbeda dengan buku para kyai di pesantren. Tahun 1979, ia bersama KH M. Sahal Mahfudz menerjemahkan buku ensiklopedia ijmak. Ia juga menyusun buku tasawuf berjudul Proses Kebahagiaan (1981). Selain itu, ia menyusun tiga buku tentang fikih yakni Pokok-Pokok Agama (1985), Saleh Ritual, Saleh Sosial (1990), dan Pesan Islam Sehari-hari (1992).

Ia lalu menerbitkan buku tentang humor dan esai, “Doaku untuk Indonesia” dan “Ha Ha Hi Hi Anak Indonesia”. Buku yang berisi kumpulan humor sejak zaman Rasullah dan cerita-cerita lucu Indonesia. Menulis kolom di media massa sudah dimulainya sejak muda. Awalnya, hatinya “panas” jika tulisan kakaknya, Cholil Bisri, dimuat media koran lokal dan guntingan korannya ditempel di tembok. Ia pun tergerak untuk menulis. Jika dimuat, guntingan korannya ditempel menutupi guntingan tulisan sang kakak. Gus Mus juga rajin membuat catatan harian.

Seperti kebanyakan kyai lainnya, Mustofa banyak menghabiskan waktu untuk aktif berorganisasi, seperti di NU. Tahun 1970, sepulang belajar dari Mesir, ia menjadi salah satu pengurus NU Cabang Kabupaten Rembang. Kemudian, tahun 1977, ia menduduki jabatan Mustasyar, semacam Dewan Penasihat NU Wilayah Jawa Tengah. Pada Muktamar NU di Cipasung, Jawa Barat, tahun 1994, ia dipercaya menjadi Rais Syuriah PB NU.

Enggan Ketua PB NU
Kesederhanaannya telah memberi warna baru pada peta perjalanan kehidupan sosial dan politik para ulama. Ia didorong-dorong oleh Gus Dur dan kawan-kawan dari kelompok NU kultural, untuk mau mencalonkan diri sebagai calon ketua umum PB NU pada Muktamar NU ke-31 tahun 2004, di Boyolali, Jawa Tengah. Tujuannya, untuk menandingi dan menghentikan langkah maju KH Hasyim Muzadi dari kelompok NU struktural. Kawan karib Gus Dur selama belajar di Kairo, Mesir, ini dianggap salah satu ulama yang berpotensi menghentikan laju ketua umum lama. Namun Gus Mus justru bersikukuh menolak.

Alhasil, Hasyim Muzadi mantan calon wakil presiden berpasangan dengan calon presiden Megawati Soekarnoputri dari PDI Perjuangan, pada Pemilu Preisden 2004, itu terpilih kembali sebagai Ketua Dewan Tanfidziah ‘berpasangan’ dengan KH Achmad Sahal Makhfud sebagai Rois Aam Dewan Syuriah PB NU. Muktamar berhasil meninggalkan catatan tersendiri bagi KH Achmad Mustofa Bisri, yakni ia berhasil menolak keinginan kuat Gus Dur, ulama ‘kontroversial’.

Ternyata langkah seperti itu bukan kali pertama dilakukannya. Jika tidak merasa cocok berada di suatu lembaga, dia dengan elegan menarik diri. Sebagai misal, kendati pernah tercatat sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jawa Tengah tahun 1987-1992, mewakili PPP, demikian pula pernah sebagai anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), mantan Rois Syuriah PB NU periode 1994-1999 dan 1999-2004 ini tidak pernah mau dicalonkan untuk menjabat kembali di kedua lembaga tersebut. Lalu, ketika NU ramai-ramai mendirikan partai PKB, ia tetap tak mau turun gelanggang politik apalagi terlibat aktif di dalamnya.

Demikian pula dalam Pemilu Legislatif 2004, meski namanya sudah ditetapkan sebagai calon anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dari Jawa Tengah, ia lalu memilih mengundurkan diri sebelum pemilihan itu sendiri digelar. Ia merasa dirinya bukan orang yang tepat untuk memasuki bidang pemerintahan. Ia merasa, dengan menjadi wakil rakyat, ternyata apa yang diberikannya tidak sebanding dengan yang diberikan oleh rakyat. “Selama saya menjadi anggota DPRD, sering terjadi pertikaian di dalam batin saya, karena sebagai wakil rakyat, yang menerima lebih banyak dibandingkan dengan apa yang bisa saya berikan kepada rakyat Jawa Tengah,” kata Mustofa mengenang pengalaman dan pertentangan batin yang dia alami selama menjadi politisi.

Dicalonkan menjadi ketua umum PB NU sudah seringkali dialami Gus Mus. Dalam beberapa kali mukhtamar, namanya selalu saja dicuatkan ke permukaan. Ia adalah langganan “calon ketua umum” dan bersamaan itu ia selalu pula menolak. Di Boyolali 2004 namanya digandang-gandang sebagai calon ketua umum. Bahkan dikabarkan para kyai sepuh telah meminta kesediaannya. Sampai-sampai utusan kyai sepuh menemui ibunya, Ma’rafah Cholil, agar mengizinkan anaknya dicalonkan. Sang ibu malah hanya menjawab lugas khas warga ulama NU, ”Mustofa itu tak jadi Ketua Umum PB NU saja sudah tak pernah di rumah, apalagi kalau menjadi ketua umum. Nanti saya tak pernah ketemu.”

Gus Mus sendiri yang tampak enggan dicalonkan, dengan tangkas menyebutkan, “Saya mempunyai hak prerogatif untuk menolak,” ucap pria bertutur kata lembut yang sesungguhnya berkawan karib dengan Gus Dur selama belajar di Kairo, Mesir. Saking karibnya, Gus Mus pernah meminta makan kepada Gus Dur selama berbulan-bulan sebab beasiswanya belum turun-turun. Persahabatan terus berlanjut sampai sekarang. Kalau Gus Dur melawat ke Jawa Timur dan singgah di Rembang, biasanya mampir ke rumah Gus Mus. Sebaliknya, bila dia berkunjung ke Jakarta, sebisa-bisanya bertandang ke rumah Gus Dur. Selain saling kunjung, mereka tak jarang pula berkomunikasi melalui telepon.

Prof KH Ali Yafie








► e-ti/rpr
Nama:
Prof KH Ali Yafie
Lahir:
Desa Wani, Donggala, Sulawesi Tengah, 1 September 1926
Agama:
Islam
Isteri:
Hj Aisyah
Anak:
Saiful, Hilmy, Azmy dan Badru
Ayah:
Mohammad Yafie

Jabatan:
1. Ketua Dewan Penasehat ICMI
2. Ketua Yayasan Pengurus Perguruan Tinggi As-Syafiyah (YAPTA)
3. Ketua Umum Majelis Ulama (MUI)
4. Ketua Dewan Penasehat MUI
5. Anggota Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional (BPPN)
6. Anggota Dewan Riset Nasional (BDN)
7. Guru Besar UIA-IIQ-IAIN

Riwayat Pekerjaan:
1. Hakim Pengadilan Tinggi Agama Makasar
2. Kepala Inspektorat Peradilan Agama
3. Dekan Fakultas Usuluddin IAIN Ujung Pandang
4. Anggota DPR/MPR (tahun 1971--1987)
5. Anggota Badan Pertimbangan Kesehatan Nasional
6. Anggota Komite Ahli Perbankan Syariah Bank Indonesia
7. Ketua Dewan Syariah Nasional MUI

Tanda Jasa/Penghargaan:
1. Bintang Maha Putra
2. Bintang Satya Lencana Pembangunan

Sumber:
Dari berbagai sumber, di antaranya MUI




Prof KH Ali Yafie

Ulama Ahli Fiqh

Prof KH Ali Yafie, mantan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), seorang ulama ahli Fiqh (hukum Islam). Dia ulama yang berpenampilan lembut, ramah dan bijak. Pengasuh Pondok Pesantren Darul Dakwah Al Irsyad, Pare-Pare, Sulsel, ini juga terbilang tegas dan konsisten dalam memegang hukum-hukum Islam.

Selain aktif di MUI, ulama kelahiran Desa Wani, Donggala, Sulawesi Tengah, 1 September 1926, ini juga menjabat sebagai Dewan Penasehat Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan Dewan Penasehat The Habibie Centre.


Dia sudah menekuni dunia pendidikan sejak usia 23 tahun hingga hari tuanya. Diatas usia 70 tahun pun ulama yang hobi sepak bola, itu masih aktif sebagai dosen di berbagai perguruan tinggi, antara lain di Universitas Asyafi’iyah, Institut Ilmu Al-Qur’an, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.


Ali berasal dari keluarga yang taat menjalankan ajaran agama Islam. Sejak kecil dia sudah berkecimpung di dunia pesantren. Ayahnya Mohammad Yafie, seorang pendidik, sudah mendidiknya soal keagamaan dengan memasukkannya ke pesantren.

Sang ayah mendorongnya menuntut berbagai ilmu pengetahauan, terutama ilmu pengetahuan agama sebanyak-banyaknya dari para ulama, termasuk ulama besar Syekh Muhammad Firdaus, yang berasal dari Hijaz, Makkah, Saudi Arabia.


Didikan orang tuanya untuk menimba ilmu sebanyak-banyaknya tertanam terus sejak kecil hingga kemudian dieruskan dalam mendidik putra-putranya dan santri-santrinya di Pondok Pesantren Darul Dakwah Al-Irsyad.

Mantan Dekan Fakultas Ushuluddin IAIN Alauiddin, Makassar (1966-1972), ini mendirikan pesantren itu tahun 1947. Sudah banyak mantan santrinya yang kini telah menjadi orang. Di antaranya Mantan Menteri Agama Quraisy Shihab, Mantan Menteri Luar Negeri Alwi Shihab, dan salah satu Ketua MUI Umar Shihab.


Dia seorang ulama Nahdlatul Ulama, yang produktif menulis buku. Dia telah menulis beberapa judul buku. Dia ulama yang berpola pikir modern dan tidak tradisional, seperti sebagian pemimpin pondok pesantren.

Kiai Ali (panggilan akrabnya), selalu mengedepankan Ukuwah Islamiyah di kalangan umat Islam Indonesia, dan tidak membeda-bedakan dari golongan Islam mana. Kearifan ini membuatnya diterima oleh semua pihak, baik dari kalangan Muhammaddiyah maupun kalangan Nahdatul Ulama, dan lain-lain

Salah satu tokoh pendiri Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) ini sudah menikah sejak usia 19 tahun. Saat itu, isterinya Hj Aisyah, masih berusia 16 tahun. Kendati menikah muda, mereka mengarungi bahtera mahligai rumah tangga dengan bahagia. Keluarga ini dikaruniai empat anak, yakni Saiful, Hilmy, Azmy dan Badru.

Selain pernah aktif sebagai Ketua Dewan Penasehat ICMI, Ketua Yayasan Pengurus Perguruan Tinggi As-Syafiyah (YAPTA), Ketua Umum Majelis Ulama (MUI), Ketua Dewan Penasehat MUI, Anggota Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional (BPPN), Anggota Dewan Riset Nasional (BDN) dan Guru Besar UIA-IIQ-IAIN, dia juga pernah menjabat sebagai hakim Pengadilan Tinggi Agama Makasar dan Kepala Inspektorat Peradilan Agama.

Mantan Dekan Fakultas Usuluddin IAIN Ujung Pandang, ini juga menjadi Anggota DPR/MPR (1971--1987), Anggota Badan Pertimbangan Kesehatan Nasional, Anggota Komite Ahli Perbankan Syariah Bank Indonesia dan Ketua Dewan Syariah Nasional MUI.

Atas berbagai pengabdiannya, Kiai Ali, telah menerima Tanda Jasa/Penghargaan Bintang Maha Putra dan Bintang Satya Lencana Pembangunan dari pemerintah RI.

KH Muh Zaini Abdul Ghani (1942-2005)


KH Muh Zaini Abdul Ghani (1942-2005)

Ulama Karismatik dari Sekumpul

Ulama karismatik asal Sekumpul Kota Martapura, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, KH Muhammad Zaini Abdul Ghani (63) atau lebih akrab disebut Guru Ijai atau Guru Sekumpul, tutup usia Rabu 10 Agustus 2005 pagi sekitar pukul 05.10 Wita di kediamannya, Sekumpul Martapura.

Begitu mendengar kabar meninggalnya Guru Ijai lewat pengeras suara di masjid-masjid selepas shalat subuh, masyarakat dari berbagai daerah di Kalimantan Selatan berdatangan ke Sekumpul Martapura untuk memberikan penghormatan terakhir pada almarhum yang bergelar Al Alimul Allamah Al Arif Billaah Albahrul Ulum Al Waliy Qutb As Syeekh Al Mukarram Maulana.

Pasar Martapura yang biasanya sangat ramai pada pagi hari, Rabu pagi kemarin sepi karena hampir semua kios dan toko-toko tutup. Suasana yang sama juga terlihat di beberapa kantor dinas, termasuk Kantor Bupati Banjar. Sebagian besar karyawan datang ke Sekumpul untuk memberikan penghormatan terakhir.

Sebelum wafat, KH Muhammad Zaini Abdul Ghani sempat dirawat di Rumah Sakit Mount Elizabeth, Singapura, selama 10 hari. Selasa (9/8) malam sekitar pukul 20.30, Guru Sekumpul tiba di Bandara Syamsudin Noor, Banjarmasin, dengan menggunakan pesawat carter F-28, dan pada pagi harinya tutup usia.

Sebelum dimakamkan di kompleks pemakaman keluarga di dekat Mushalla Ar Raudhah, Rabu sore sekitar pukul 16.00, warga masyarakat yang datang diberikan kesempatan untuk melakukan shalat jenazah secara bergantian. Kegiatan ibadah ini berpusat di Mushalla Ar Raudhah, Sekumpul, yang selama ini dijadikan tempat pengajian oleh Guru Sekumpul.

KH Muhammad Zaini Abdul Ghani, putra kelahiran Martapura 11 Februari 1942, merupakan ulama karismatik dalam berdakwah dan menyebarkan syiar Islam di Kalsel. Guru Sekumpul juga masih zuriat atau keturunan dari ulama besar Banjar, Maulana Syekh Muhammad Arsyad bin Abdullah Al Banjari yang disebut Dato Kelampayan.

Kegiatan pengajian atau majelis taklim yang dilakukannya selalu dibanjiri ribuan jemaah dari berbagai kota. Namanya dikenal di kalangan luas, baik pejabat pemerintahan, politisi, militer, dan seniman.

Beberapa tokoh yang pernah mengunjungi kediamannya, antara lain KH Aburahman Wahid, Megawati Soekarnoputri, Amien Rais, hingga Aa Gym. (FUL, Kompas 11/8/2005)

Benazir Bhutto (1953-2007)

►e-ti/rpr
Nama:
Benazir Bhutto
Lahir:
Provinsi Sindh, 21 Juni 1953
Meninggal:
Lapangan Liaqat Bagh, Rawalpindi, Pakistan, 27 Desember 2007

Suami:
Asif Ali Zardari
Ayah:
Zulfikar Ali Bhutto (mantan PM Pakistan)
Ibu:
Begum Nusrat Bhutto

Pendidikan:
- BA di bidang politik dari Harvard, Amerika Serikat (1969-1973
- Magister filsafat, politik dan ekonomi di Oxford, Inggris, 1973-1977

Karir:
- Ketua Partai Rakyat Pakistan (PPP)
- Perdana Menteri Pakistan 1988-1990 dan 1993-1996

Buku:
- Foreign Policy in Perspective (1978)
- The way out: Interviews, impressions, statements, and messages. Mahmood Publications (1988).
- Daughter of the East. Hamish Hamilton. ISBN 0-241-12398-4 (1989).
- Daughter of Destiny. Simon & Schuster. ISBN 0-671-66983-4 (1989).
- Benazir Bhutto defends herself. Rhotas Books (1990).
- Issues in Pakistan. Jang Publishers (1993).


Benazir Bhutto (1953-2007)

Martir Demokrasi Pakistan


Mantan Perdana Menteri Pakistan Benazir Bhutto, tewas sebagai simbol modernitas dan martir demokrasi di Pakistan. Puteri tertua mantan Perdana Menteri Zulfikar Ali Bhutto, kelahiran Sindh, 21 Juni 1953, itu ditembak pelaku bom bunuh diri, Kamis (27/12/2007) di tengah kerumunan pendukungnya saat sedang berjalan menuju mobil antipeluru beberapa menit setelah berpidato kampanye di Lapangan Liaqat Bagh, Rawalpindi, Pakistan.

Menurut penasihat keamanan Benazir, Rehman Malik, Benazir yang baru dua bulan kembali ke Pakistan itu ditembak dari jarak dekat pada bagian leher dan dada. Pelaku, setelah menembak Benazir, segera membunuh diri dengan meledakkan bom yang diikatkan di tubuhnya. Saksi mata, mengatakan terdengar suara tembakan sebanyak dua kali sebelum ledakan bom. Benazir sempat dibawa ke rumah sakit, tetapi nyawanya tidak tertolong. Bersama dengan Benazir, 20 orang turut tewas dan 56 orang luka-luka.

Sangat disesalkan, bagaimana pelaku bisa mendekati Benazir. Padahal, konon ratusan polisi antihuru-hara sudah dikerahkan untuk mengamankan lokasi kampanye Benazir. Memang, November sebelumnya, Presiden Pervez Musharraf telah meminta Benazir Bhutto membatalkan kampanye di Rawalpindi dengan alasan faktor kondisi keamanan yang tidak memungkinkan. Sebab, menurut Musharraf, akhir-akhir ini di Rawalpindi sering terjadi ledakan bom. Namun, pihak Benazir menghiraukan permintaan itu, karena dikira sebagai upaya menghalangi kampanye Benazir.

Atas terbunuhnya Benazir, para pendukungnya marah. Mereka memprotes kelalaian pemerintah dalam mengamankan lokasi kampanye Bhutto. Lokasi terbunuhnya Benazir itu terletak hanya beberapa kilometer dari tempat ayahnya, Perdana Menteri Zulfikar Ali Bhutto, tewas dihukum gantung rezim Muhammad Zia ul-Haq yang mengudetanya, 1979. Ayahnya dieksekusi karena dituduh terlibat konspirasi pembunuhan.

Menaangggapi kemarahan masyarakat pendukung Benazir Bhutto itu, Presiden Pervez Musharraf meminta masyarakat tenang supaya teroris dapat dikalahkan. Musharraf segera menggelar rapat darurat membahas isu keamanan dan nasib pemilu yang seyogyanya dilaksanakan 8 Januari 2008. Presiden Musharraf juga memberlakukan tiga hari berkabung nasional.

Sementara, dunia mengecam pembunuhan Benazir itu. Banyak kekhawatiran, Pakistan akan semakin terjerumus dalam kekacauan yang lebih parah. Selain karena gejolak kekerasan dari teroris atau kelompok bersenjata, juga karena protes besar-besaran dari masyarakat yang marah.

Belasungkawa juga datang dari berbagai penjuru dunia. Presiden RI juga mengutuk pembunuhan itu dan sekaligus menyatakan belasungkawa yang mendalam. Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon juga mengaku kaget dan berang dengan serangan di Pakistan.

Dynasti Bhutto

Benazir Bhutto, puteri sulung mantan Perdana Menteri Pakistan Zulfikar Ali Bhutto dan ibunya Begum Nusrat Bhutto, seorang suku Kurdi-Iran. Kakek dari pihak ayahnya bernama Sir Shah Nawaz Bhutto, seorang Sindhi dan tokoh penting dalam gerakan kemerdekaan Pakistan.

Benazir mengecap pendidikan Taman Kanak-kanak di Lady Jennings dan kemudian Convent of Jesus and Mary di Karachi, Presentation Convent di Rawalpindi serta Jesus and Mary Convent di Murree. Dia lulus ujian O-level (dalam sistem pendidikan Inggris, setara dengan SMA kelas 1).

April 1969, dia diterima di Radcliffe College dari Universitas Harvard, AS, lulus dengan gelar BA dalam ilmu politik, 1973. Juga terpilih sebagai anggota Phi Beta Kappa. Kemudian melanjut ke Universitas Oxford, Inggris, 1973 dan lulus dengan gelar magister dalam Filsafat, Politik dan Ekonomi, 1977. Dia terpilih menjadi Presiden dari Oxford Union yang bergengsi. Setelah berhasil menyelesaikan kuliahnya, Benazir kembali ke Pakistan, 1977.

Kurang dari dua tahun setelah berada di Pakistan, Benazir segera terseret dalam pusaran keras pertarungan politik di negerinya. Kala itu, ayahnya dikudeta oleh militer pimpinan Jenderal Muhammad Zia ul-Haq, kemudian ditahan dan dihukum gantung, 1979. Benazir dan ibunya dikenai tahanan rumah. Beruntung kemudian, Benazir diizinkan pergi ke Inggris, 1984.

Kondisi dan kesempatan ini dimanfaatkan Benazir untuk mengasah kemampuannya dalam politik. Pada periode ini, dia menggalang komunikasi dengan Partai Rakyat Pakistan (PPP) yang dulu dipimpin ayahnya dan diambilalih oleh ibunya Begum Nusrat Bhutto. Bahkan Benazir berperan sebagai seorang pemimpin PPP di pengasingan.

Setelah kematian Muhaammad Zia ul-Haq, Benazir bisa kembali ke Pakistan. Dia segera menggantikan posisi ibunya sebagai pemimpin PPP. Di bawah pimpinannya, PPP memenangi pemilu terbuka pertama di Pakistan, 1988. Kemenangan PPP itu mengantarkan Benazir menjadi perdana menteri perempuan pertama Pakistan. Suatu prestasi tersendiri, sebab bagi perempuan di negara itu bukan perkara mudah untuk menerobos kekuasaan yang didominasi politisi laki-laki.

Ketika itu usianya baru 35 tahun. Sehingga, selain menjadi perdana menteri perempuan pertama, Benazir juga tercatat sebagai politisi paling muda yang memimpin Pakistan.
Kala itu, beberapa saat setelah Benazir terpilih sebagai PM Pakistan, BBC menobatkannya sebagai tokoh perempuan paling high-profile di dunia.

Namun, gejolak politik yang demikian dinamis (cenderung keras) di Pakistan, membuat Benazir hanya 20 bulan menduduki kursi PM. Dia disingkirkan Presiden Ghulam Ishaq Khan atas dukungan militer,dengan tuduhan korupsi tanpa pernah diadili, 1990, menggunakan Amandemen ke-8 untuk membubarkan parlemen dan memaksa diselenggarakannya pemilihan umum. Kekuasaan PM kemudian diambil-alih Nawaz Sharif, anak didik Zia ul-Haq.

Bhutto terpilih kembali pada 1993 namun tiga tahun kemudian diberhentikan di tengah-tengah berbagai skandal korupsi oleh presiden yang berkuasa waktu itu, Farooq Leghari, yang juga menggunakan kekuasaan pertimbangan khusus yang diberikan oleh Amandemen ke-8

Setelah disingkirkan dari jabatan PM, Benazir terus berjuang menggalang kekuatan politik. Tahun 1993, dia kembali terpilih menjadi PM, setelah memaksa Sharif mengundurkan diri. Namun, seperti sebelumnya, Benazir hanya berhasil mempertahankan kekuasaannya sampai 1996. Presiden Farooq Leghari membubarkan pemerintahan Bhutto karena tuduhan beberapa skandal korupsi. Jabatan PM kemudian kembali ke tangan Sharif.

Sial terjadi lagi bagi Benazir. Tahun 1999, dia bersama suaminya, Asif Ali Zardari (yang diangkatnya menjadi menteri investasi selama masa pemerintahannya 1993-1996), dihukum lima tahun penjara dan didenda 8,6 juta dollar AS karena dituduh menerima imbalan dari sebuah perusahaan Swiss yang dibayar untuk memerangi penggelapan pajak. Namun, hukuman itu dibatalkan pengadilan tinggi karena dianggap bias.

Meski didera berbagai kasus dan fitnah, pengaruh politik Benazir tetap berjalan dan kuat. Terbukti pada Pemilu 2002, partainya tetap mendapatkan dukungan suara terbanyak (28,42 persen dan 80 kursi) di majelis nasional. Sedangkan partai Sharif, hanya memperoleh 18 kursi.

Namun, kala itu partainya (PPP) yang memenangi Pemilu, memilih bergabung dalam pemerintahan yang dipimpin Jenderal Pervez Musharraf. Ketika itu, Musharraf mengamandemen konstitusi yang melarang perdana menteri menjabat lebih dari dua kali. Konstitusi ini merintangi jalan Benazir ke kursi kekuasaan PM untuk ketiga kalinya.

Namun, Benazir tidak mau pasrah. Dia tahu kapan saat yang tepat untuk bertindak. Dia sabar menunggu kesempatan. Bahkan dia telaten menciptakan sendiri kesempatan itu. Maka saat popularitas Musharraf mulai redup, 2006, Benazir mulai melancarkan serangan balik. Dia mengambil keputusan politik yang sulit diprediksi Musharraf. Dia bergabung rival lamanya, Sharif, dalam Aliansi untuk Pemulihan Demokrasi. Bersama aliansi ini, kelompok oposisi berupaya menggulingkan Musharraf dari tampuk kekuasaan.

Tetapi, bagi Benazir, bergabung dengan aliansi itu, tampaknya hanya sebuah manuver politik untuk meningkatkan posisi tawar politiknya dengan Musharraf. Terbukti, Juni 2007, Benazir mengadakan pertemuan dengan Musharraf untuk tawar-menawar pembagian kekuasaan. Manuver politik Benazir itu sontak membuat marah anggota aliansi lainnya.

Keputusan politik Benazir itu, sebenarnya juga disorong perbedaan pendapat dengan anggota aliansi lainnya yang ingin memboikot pemilu. Sementara bagi Benazir, memboikot pemilu sama saja dengan membiarkan pihak Musharraf tetap bercokol sendirian di tampuk kekuasaan. Perbedaan inilah yang membuat aliansi pecah. Mereka kemudian sepakat berpisah dengan mengambil jalan politik masing-masing.

Di tengah kondisi politik seperti itu, Benazir tampak yakin partainya akan memenangkan Pemilu. Maka, 19 Oktober 2007, Benazir pulang ke Karachi, Pakistan, setelah delapan tahun hidup di pengasingan. Kepulangannya disambut bom bunuh diri yang menewaskan 139 orang. Beruntung, Benazir selamat.

Namun, perjalanan hidupnya yang penuh dengan pertarungan itu berakhir tragis Kamis 27 Desember 2007, seusai berpidato dalam kampanye di Rawalpindi, ditembak seorang pelaku bom bunuh diri.

Tewasnya Benazir, merupakan peristiwa tragis keempat yang menimpa keluarga Bhutto. Sebelumnya, 1979, ayahnya, mantan Perdana Menteri Zulfikar Ali Bhutto, tewas digantung rezim Muhammad Zia ul-Haq yang mengudetanya. Hukuman gantung itu dijatuhkan Jenderal Zia ul-Haq dengan tuduhan Ali Bhutto terlibat konspirasi pembunuhan ayah politisi Ahmed Raza Kasuri.

Setahun kemudian, Shahnawaz Bhutto, saudara laki-laki Benazir Bhutto, dibunuh di Perancis. Lalu, 1996, Mir Murtaza Bhutto, saudara Benazir Bhutto lainnya, juga tewas dibunuh. Tragedi kematian Benazir Bhutto, telah mengingatkan duka lama dan meradang duka baru bagi rakyat Pakistan. Bagi mereka, terutama pendukungnya, kematian Benazir Bhutto merupakan kehilangan besar bagi Pakistan. Benazir telah menjadi simbol modernitas dan demokrasi di Pakistan. Sehingga, beberapa saat setelah kematiannya, berbagai pihak menyebutnya sebagai martir bagi demokrasi.

"MAJELIS RASULULLAH SAW"

"MAJELIS RASULULLAH SAW"









"PERADABAN BARU ISLAM (FITRAH MANUSIA)"

Seaching Blog